Sebagian orang berkata bahwa “Kitab-kitab sebelumnya (Alkitab, termasuk didalamnya Taurat, Zabur, dan Injil) adalah Firman Allah dan sebagai Muslim kita sepatutnya beriman padanya,” sementara Sebagian lagi berkata, “Alkitab sudah diubah.” Mana yang benar? Apakah keputusan yang kita buat harus berdasarkan pada perkataan ulama-ulama masa kini mengenai kitab-kitab kuno tersebut? Bagi seorang Muslim, sumber inspirasi adalah Qur’an (Wahyu Allah) dan Hadits (trandisi dan perkataan Nabi Muhammad (saw) yang menjelaskan tentang hidup keseharian dan perilaku beliau [Sunnah]. Ada du acara untuk melihat hal ini; melihat apa yang Qur’an katakana mengenai masalah ini atau sekedar mendengarkan kata orang. Lebih jauh lagi, kitab isa melihat bagaimana para ulama mula-mula dan para Sahabat nabi meyakini kitab-kitab Allah sebelumnya?
Benarkah Qur’an menuduh Alkitab telah diubah dan dipalsukan? Benarkah Qur’an menyatakan bahwa karena Alkitab telah dipalsukan oleh kaum Yahudi dan Kristen makanya Qur’an diturunkan? Ataukah Qur’an malah meneguhkan bahwa Akitab memang diturunkan oleh Allah dan oleh karenanya patut diimani? Apakah Qur’an benar-benar menunjuk Alkitab dan menguhkan keasliannya atau tidak? Pertanyaan-pertanyaan ini penting untuk direnungkan, karena kita perlu menentukan apakah Akitab dapat menjadi sumber Kebenaran yang sahih dan apakah ia bisa memberikan gamaran mengenai sejarah hubungan Tuhan dengan manusia.
Buku ini disusun dengan tujuan untuk mendapatkan pengertian apa yang sebenarnya dikatakan oleh Qur’an mengenai Alkitab. Qur’an tidak diam mengenai Alkitab. Banyak orang Kristen terkejut Ketika mereka mengetahui bahwa Qur’an memiliki banyak pernyataan mengenai kitab-kitab sebelumnya (Alkitab). Berikut ini adalah contoh apa yang Qur’an katakana tentang Ahli Kitab (Yahudi dan Kristen):
وَلَوْ اَنَّهُمْ اَقَامُوا التَّوْرٰىةَ وَالْاِنْجِيْلَ وَمَآ اُنْزِلَ اِلَيْهِمْ مِّنْ رَّبِّهِمْ لَاَكَلُوْا مِنْ فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ اَرْجُلِهِمْۗ مِنْهُمْ اُمَّةٌ مُّقْتَصِدَةٌۗ وَكَثِيْرٌ مِّنْهُمْ سَاۤءَ مَا يَعْمَلُوْنَ
Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil dan (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas dan dari bawah kaki mereka. Di antara mereka ada golongan yang pertengahan. Dan alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka. (Al-Ma’idah Ayat 66)
Jadi dari ayat diatas menjadi jelas bahwa Qur’an sedang membicarakan tentang Kitab-kitab sebelumnya (Taurat dan Injil) yang merujuk pada Ahli Kitab (kaum Yahudi yang memiliki Taurat, dan Kristen yang memiliki Injil atau Kabar Baik). Melalui buku ini kita akan menelusuri Qur’an untuk mencari tahu apa saja yang Qur’an katakana mengenai Kitab-kitab sebelumnya yang dimiliki oleh para Ahli Kibat.
Bagaimana Keyakinan Islam terhadap Kitab-kitab Suci Allah?
Satu prinsip fundamental dalam Islam adalah bahwa Kitab-kitab Allah (Firman Allah) diturunkan oleh Allah sendiri. Termasuk Kitab-kitab Allah adalah Taurat, Zabur, injil dan Qur’an.
Taurat adalah kata Bahasa Arab untuk Perjanjian Lama atau Syariat Nabi Musa (sa). Menurut tradisi Yahudi, kata ‘Torah’ secara harafiah berarti ‘ajaran’ dan mengacu tidak hanya pada lima kitab Musa tapi juga Nabi-nabi dan Tulisan-tulisan Suci lain yang termaktub dalam Kitab kaum Yahudi yang disebut Perjanjian Lama. Meski Sebagian ulama Yahudi menganggap Talmud dan Midrash juga sebagai tulisan yang sacral, mereka tahu itu bukanlah Firman Allah melainkan komentar para ulama.
Sepanjang sejarah mereka, kaum Yahudi hanya mengenal satu Kitab yaitu Perjanjian Lama seperti yang kita kenal sekarang ini. Tidak kurang dari delapan ratus tahun sebelum kemunculan Islam, Perjanjian Lama pertama sekali diterjemahkan kedalam teks Bahasa Yunani yang dikenal sebagai Septuaginta. Dengan demikian Qur’an, saat sedang berbicara mengenai Taurat (yang dimiliki oleh kaum Yahudi), juga sedang membicarakan Perjanjian Lama yang oleh Qur’an diteguhkan sebagai Firman Allah.
Zabur adalah Mazmur Daud (as) dan digunakan sebagai nyanyian-nyanyian (zabur berasal dari kata “Zimrah” dalam Bahasa Ibrani dan Aram kuno) yang terdapat dalam Perjanjian Lama. Secara historis, inilah yang selama ini dipahami oleh bangsa Yahudi dan ini juga yang dipahami oleh orang-orang Arab dan kaum Muslim mula-mula.
Injil adalah Perjanjian Baru atau Kabar Baik yang disampaikan Nabi Isa Al-Masih (as). Qur’an berkata:
وَلْيَحْكُمْ اَهْلُ الْاِنْجِيْلِ بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ فِيْهِۗ وَمَنْ لَّمْ يَحْكُمْ بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ
Dan hendaklah pengikut Injil memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah di dalamnya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang fasik. (Al Ma’Idah 47)
“Orang-orang yang mengikut Injil (Ahlul Injil)” yang disebut dalam Qur’an adalah umat Kristen; dan disini, sama seperti kaum Yahudi, mereka diperintahkan untuk memutuskan berbagai perkara berdasarkan pada kitab-kitab yang diwahyukan kepada mereka. Mengingat perintah ini ditujukan kepada orang-orang Kristen di zaman Nabi Muhammad (saw), pertanyaan yang jelas muncul-apakah mereka memiliki Injil dari Allah? Bagaimana bisa jelas sedang merujuk pada Kitab yang ada ditangan mereka, dimana umat Kristen itu sendiri menganggapnya sebagai Kitab suci mereka. Sepanjang sejarah, umat Kristen telah mengetahui dan memiliki Kitab-kitab injil, yang dikenal sebagai Perjanjian Baru.
Menurut keyakinan Islam, Kitab-kitab Ibrahim juga diturunkan oleh Allah namum keberadaannya tidak diketahui sampai hari ini. Kitab suci keempat adalah Qur’an dan diwahyukan kepada Nabi Muhammad (saw). Qur’an sedari awal tertulis dalam Bahasa Arab.
Apa saja alasan yang diberikan untuk tidak membaca Kitab-kitab Allah sebelumnya?
Untuk menjadi seorang Muslim sejati, seseorang harus beriman pada Kitab-kitab Suci Allah; dan iman ini didukung sepenuhnya di dalam Qur’an. Meskipun ini merupakan sebuah bentuk keimanan dalam Islam, mengapa kaum Mu’min tidak membaca Kitab-kitab sebelumnya? Yang pertama dan paling utama, dugaan bahwa Kitab-kitab sebelumnya (Alkitab) sudah dipalsukan (diubah), oleh karena itu kita tidak perlu lagi membaca. Pertanyaan berikut diambil dari sebuah situs silam;
“Kaum Muslim percaya pada seluruh Kitab Allah yang diturunkan pada umat manusia melalui Nabi-nabi-Nya. Termasuk dalam Kitab-kitab tersebut adalah Kitab Ibrahim, Taurat Musa, Zabur Daud, dan Injil Yesus Kristus. Semua Kitab ini berasal dari sumber yang sama (Allah), pesan yang sama, dan semuanya diturunkan dalam kebenaran. Namun tidak berarti bahwa mereka semua tetap terjaga kebenarannya. Kaum Muslim (dan banyak dari sarjana dan sejarawan Yahudi dan Kristen) menemukan bawha Kitab-kitab yang ada pada hari ini bukanlah Kitab yang asli, yang pada kenyataannya telah hilang, diubah, dan/atau diterjemahkan berulang kali, menghilangkan pesan aslinya.” (http://www.islamreligion.com/articles/4/)
Yang kedua, dugaan yang menyatakan bahwa Qur’an datang sebagai wahyu yang lebih baik dari wahyu-wahyu yang diturunkan sebelumnya; dengan begitu kita seharnya mengikuti wahyu yang lebih baru tersebut, seperti yang disebutkan kutipan berikut;
“Semua Muslim menghormati wahyu Qur’an sebagai Firman Allah yang sacral, dimaksudkan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam Kitab-kitab Suci sebelumnya seperti Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru” (http://www.bbc.co.uk/religion/religions/islam/texts/quran_1.shtml)
Argument lain yang baru belakangan ini diajukan menyebutkan bawha “Allah menurunkan Perjanjian Lama (Taurat), kemudian Perjanjian Baru (Injil), dan puncaknya Perjanjian Terakhir (Qur’an); oleh sebab itu wahyu yang baru mengoreksi wahyu yang sudah lama. ‘Sebuah situs Islam menyebutkan:
“Sebagaimana Kristen memandang Perjanjian Baru sebagai penggenapan dan penyempurna Perjanjian Lama, Muslim percaya bahwa Nabi Muhammad (saw) menerima wahyu allah melalui malaikat Jibril untuk memperbaiki kesalahan manusia yang telah masuk kedalam Kitab-kitab dan doktrin Yudaisme, Kekristenan dan seluruh agama yang lain” (http://www.islamreligion.com/articles/4)
Bagaimana konsep tentang Kitab-kitab sebelumnya diubah berkembang?
Ketika Muslim mengamat-amati orang di sekitar mereka yang dianggap membaca Alkitab, yang diketahui sebagai Ahli Kitab dan secara spesifik orang-orang Kristen, mereka terkejut dengan kenyataan bahwa gaya hidup mereka mencerminkan kebiasaan-kebiasaan yang sebenarnya terlarang di dalam Alkitab. Akibatnya, dimasa sekarang, alasan terbesar bagi para ulama Muslim untuk menekankan bahwa Alkitab telah mengalami banya perubahan adalah melalui pengamatan terhadap gaya hidup masyarakat Barat (yang dianggap sebagai orang-orang Kristen).
Ketika duni Islam melihat gaya hidup masyarakat Barat, kebiasaan minum-minuman beralkohol dan mengkonsumsi daging babi (walaupun kebanyakan orang Barat tidak mengklaim bahwa mereka mengikuti Alkitab ataupun menganggap diri mereka orang Kristen kecuali bahwa mereka Kristen karena keturunan atau kultru), Muslim lantas menyimpulkan bawha “mungkin orang-orang Kristen telah mengubah Alkitab mereka karena apa yang mereka lakukan tidak mungkin diperintahkan oleh Kitab -kitab yang asli. Padahal faktanya, kebanyakan dari orang-orang Barat ini bahkan tidak menyebutk diri mereka Kristen (Sebagian besar malah menyatakan ateis) atau Kristen nominal semata karena mereka tidak bergabung dengan agama lain dan bisa disebut sebagai Kristen kultural.
Kemerosotan moral masyarakat sekuler Barat juga melanda kebanyakan orang-orang Kristen nominal hari ini. Umat Kristen di Barat yang percaya teguh pada Alkitab juga merasa amat kecewa dengan perilaku asusila masyarakat Barat yang sebenarnya berdasarkan pada budaya modern yang liberal dan sekuler. Banyak kebiasaan makan dan minum tersebut berasal dari tradisi-tradisi kultural, dan bukan dari Alkitab.
Oleh karena itu Ketika Sebagian Ahli Kitab ditanya mengapa mereka memakan daging babi atau minum Alkohol, Ahli Kitab (Kristen secara spesifik) mencoba untuk mencari pembenaran terhadap perilaku mereka tersebut dari Alkitab sehingga salah menafsirakan Firman Allah yang sebenarnya sudah jelas. Telah berabad-abad lamanya, banyak yang dianggap sebagai sarjana atau ulama Kristen mengajarkan bahwa semua makanan halal, sebuah pengajaran yang sepertinya tak pernah secara jelas ditemukan dalam Alkitab.