Obat Yang Dicairkan

Roma 1:16 Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.”

⛪📖  Pada tahun 2005, pasien kanker Georgia Hayes, memenangkan 2,2 miliar dolar amerika yang merupakan putusan dalam gugatan terhadap mantan apotekernya, Robert R. Courtney.  Kejahatannya: mengencerkan obat kemoterapi Georgia dengan air. Dia melakukan ini untuk meraup keuntungan dari menjual lebih banyak obat mahal tersebut kepada pasien lain, namun sementara itu korbannya melewatkan kesempatan terbaiknya untuk mendapatkan kesembuhan karena tidak mendapat pengobatan dengan baik. Apoteker mengaku mencairkan obat-obatan itu selama lebih dari satu dekade, dan berdampak pada hampir 4.200 pasien! Ayah lima anak berusia 48 tahun itu kini sedang menjalani hukuman 30 tahun penjara!

 Ini bukanlah kasus yang terisolasi. Sayangnya, pemalsuan obat-obatan telah menjadi masalah yang semakin meningkat di masyarakat kita. ‘The Food and Drug Administration’ Amerika Serikat memeriksa rata-rata lima kasus setahun sepanjang dekade 1990an, namun sekarang terdapat lebih dari 20 investigasi dalam setahun. Dengan teknologi yang lebih canggih, para pemalsu terkadang berhasil memasukkan obat palsu ke dalam sistem. Misalnya, Procrit, yang melawan anemia dan kelelahan pada pasien kanker dan AIDS, telah dipalsukan pada tahun 2002. Air keran yang tidak disterilkan digunakan untuk mencairkan obat asli sampai hanya tinggal seperduapuluh kekuatan aslinya. Tidak hanya melemah, namun juga menimbulkan ancaman infeksi dari air yang terkontaminasi. Epogen, obat yang digunakan untuk mengobati anemia berat, juga baru-baru ini dipalsukan. Dan masih banyak lagi. Obat-obatan yang dicairkan ini tidak memiliki efektifitas yang sama dengan obat aslinya dan tidak dapat membantu pasien yang meminumnya.

 Demikian pula, sebagian orang mengencerkan Air Kehidupan. Dengan mengajar dan memberitakan Injil yang “lunak” atau “murah”, mereka merusak obat bagi jiwa manusia.  Sama seperti obat-obatan yang encer, Injil yang lemah berbahaya bagi kesehatan rohani. Salah satu bentuk Injil yang encer adalah yang mengatakan, adalah tidak masalah untuk terus berbuat dosa, karena Tuhan selalu mengampuni pendosa. Paulus menjawab argumen ini dengan mengatakan,

”…Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?”(Roma 6:1, 2). Dan Yesus berkata,  ”Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” (Yohanes 14:15). Injil Yesus Kristus yang benar dan murni adalah seruan untuk patuh dan pemuridan.