Ahli Kitab (Yahudi dan Kristen) telah mengklaim bahwa Allah menurunkan Kitab-kitab mereka dan para Nabi yang telah menulis selama berabad-abad; namun banyak dari mereka yang tidak beriman tidak mempercayai klaim tersebut. Banyak orang tidak percaya bagaimana bisa Allah mewahyukan Firman-Nya pada manusia secara langsung. Para Nabi mengklaim dalam Kitab-kitab bahwa Allah berbicara pada mereka kemuidan mereka menuliskan segala yang dikatakan-Nya. Ada beberapa orang di kalangan Kristen yang disebut sebagai Kristen Gnostik dan Kristen sesat. Mereka telah membuat beragam pendapat mengenai wahyu Allah sementara mereka sendiri tidak mempercayai apapun. Banyak dari orang-orang Krsiten Gnostik dan sesat ini sebenarnya diusir dari tempat-tempat mayoritas Kristen karena keyakinan mereka yang tidak ortodoks, sehingga memaksa mereka untuk pindah ke tanah Arab. Pada masa pra-Islam dan kemunculan Islam, kelompok-kelompok Kristen ini sudah ada disana.
Mungkinkah untuk meneguhkan Kitab-kitab sebelumnya dan untuk menuntun Ahli Kitab-kitab Kembali pada Kitab-kitab mereka sendiri (Alkitab), Qur’an diturunkan pada abad ketujuh dan menceritakan Kembali kisah-kisah yang terdapat dalam Alkitab, untuk membuktikan keabsahan risalah Kitab-kitab sebelumnya.
Apakah Allah menurunkan Taurat kepada Nabi Musa (as)?
Sebelum kita mencari tahu apakah Taurat (Perjanjian Lama) masih asli atau tidak, apakah ia masih dalam bentuknya yang orisinal atau tidak, pertama kita perlu mencari tahdu apakah Taurat itu benar diturnkan oleh Allah atau sekedar tulisan orang-orang yang bijaksana. Dibawah ini sebuah ayat Qur’an, yang menunjukkan fakta bahwa Taurat diberikan oleh Allah sendiri.
إِنَّآ أَنزَلْنَا ٱلتَّوْرَىٰةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ ۚ يَحْكُمُ بِهَا ٱلنَّبِيُّونَ ٱلَّذِينَ أَسْلَمُوا۟ لِلَّذِينَ هَادُوا۟ وَٱلرَّبَّٰنِيُّونَ وَٱلْأَحْبَارُ بِمَا ٱسْتُحْفِظُوا۟ مِن كِتَٰبِ ٱللَّهِ وَكَانُوا۟ عَلَيْهِ شُهَدَآءَ ۚ فَلَا تَخْشَوُا۟ ٱلنَّاسَ وَٱخْشَوْنِ وَلَا تَشْتَرُوا۟ بِـَٔايَٰتِى ثَمَنًا قَلِيلًا ۚ وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْكَٰفِرُونَ
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. (Al Ma’idah 44)
Ayat diatas menyatakan bahwa Allah menurunkan Taurat kepada Nabi Musa (as). Qur’an menyebutkan kata Taurat sebenyak delapan belas kali dan meneguhkan bahwa itu adalah Firman Allah. Ayat diatas bukanlah satu-satunya teks yang menyebutkan bahwa Taurat (atau Perjanjian Lama) diberikan oleh Allah karena masih banyak teks lain di dalam Qur’an yang menyatakan fakta ini.
Ayat tersebut diatas menunjukkan bahwa terdpat petunjuk dan cahaya di dalam Taurat yang dengan aturan-aturan di dalamnya kaum Yahudi memutuskan perkara diantara mereka. Yahudi sudah memiliki pentujuk dan cahaya ini selama ribuan tahun dan mengadakan peradilan diantara mereka berdasarkan aturan-aturan yang ada di dalam Taurat (Perjanjian Lama).
Ayat ini tidak menyatakan Kitab Taurat “dulu” pernah digunakan untuk memutuskan perkara, melainkan ayat tersebut menggunakan bentuk kalimat yang menyatakan peristiwa sekarang dan berkelanjutan (present continouse tense). Ayat tersebut menyebutkan ‘barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang kafir.’ Pernyataan ini dalam terjemahan Bahasa Inggris ada dalam bentuk kalimat seperti telah dijelaskan sebelumnya. Ini berarti Taurat masih berlaku dan sahih pada waktu Qur’an sedang dituliskan. Bagian pertama dari ayat tersebut membicarakan tentang waktu (dalam masa lampau) Ketika Taurat diturunkan oleh Allah, namun bagian kedua dari ayat berbicara tentang waktu (di masa Ketika Qur’an diturnkan) bahwa seharunya taka da seorang pun yang tidak menggunakan Taurat dalam memutuskan perkara. Meski Taurat diturnkan sebelum Qur’an, namun Qur’an sendiri mengarahkan bahwa barang siapa tidak memutuskan perkara berdasarkan cahaya (terang) yang diturunkan didalam Taurat, maka orang tersebut sebenarnya adalah orang yang tidak beirman. Orang tidak beriman itu kafir.
Apakah Allah memberikan Zabur kepada Nabi Daud (as)?
Qur’an juga meneguhkan bahwa Allah menurunkan Zabur (Mazmur) kepada Nabi Daud (Surah 4:163; 17:55). Itu adalah sebuah Kitab yang diturunkan dengan erkah kepadanya (Surah 38:29). Karena dia merupakan salah seorang keturunan Ibrahim (as) yang diberikan petunjuk yang benar (Surah 6:84), Allah memberikan padanya Kitab, kebijaksanaan dan nubuatan. Qur’an menyebutkan kata Zabur sebanyak tiga kali.
Komentar (mufassir) Yusuf Ali, seorang yang menerjemahkan Qur’an ke dalam Bahasa Inggris, menuliskan, “Daud diberi Zabur, Mazmur atau nyanyian dimaksudkan untuk dinyanyikan pada saat beribadah pada Allah dan merayakan puji-pujian bagi-Nya. (Yusuf Ali, Abdullah 1991, The Holy Qur’an – English Translation of the Meanings and commentary Marylan: Amana Corporatioan) Sebagian dari ayat-ayat Qur’an mengenai Zabur disebutkan dibawah ini. Dari ayat-ayat tersebut tertera jelas bahwa Allah menurunkan Mazmur (Zabur) kepada Nabi Daud (as).
وَرَبُّكَ أَعْلَمُ بِمَن فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۗ وَلَقَدْ فَضَّلْنَا بَعْضَ ٱلنَّبِيِّۦنَ عَلَىٰ بَعْضٍ ۖ وَءَاتَيْنَا دَاوُۥدَ زَبُورًا
Wa rabbuka a’lamu biman fis-samāwāti wal-arḍ, wa laqad faḍḍalnā ba’ḍan-nabiyyīna ‘alā ba’ḍiw wa ātainā dāwụda zabụrā
Dan Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang di langit dan di bumi. Dan sungguh, Kami telah memberikan kelebihan kepada sebagian nabi-nabi atas sebagian (yang lain), dan Kami berikan Zabur kepada Dawud. (Surat Al-Isra Ayat 55)
إِنَّآ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ كَمَآ أَوْحَيْنَآ إِلَىٰ نُوحٍ وَٱلنَّبِيِّۦنَ مِنۢ بَعْدِهِۦ ۚ وَأَوْحَيْنَآ إِلَىٰٓ إِبْرَٰهِيمَ وَإِسْمَٰعِيلَ وَإِسْحَٰقَ وَيَعْقُوبَ وَٱلْأَسْبَاطِ وَعِيسَىٰ وَأَيُّوبَ وَيُونُسَ وَهَٰرُونَ وَسُلَيْمَٰنَ ۚ وَءَاتَيْنَا دَاوُۥدَ زَبُورًا
Innā auḥainā ilaika kamā auḥainā ilā nụḥiw wan-nabiyyīna mim ba’dih, wa auḥainā ilā ibrāhīma wa ismā’īla wa is-ḥāqa wa ya’qụba wal-asbāṭi wa ‘īsā wa ayyụba wa yụnusa wa hārụna wa sulaimān, wa ātainā dāwụda zabụrā
Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma’il, Ishak, Ya’qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud. (Surat An-Nisa Ayat 163)
وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِى ٱلزَّبُورِ مِنۢ بَعْدِ ٱلذِّكْرِ أَنَّ ٱلْأَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِىَ ٱلصَّٰلِحُونَ
Wa laqad katabnā fiz-zabụri mim ba’diż-żikri annal-arḍa yariṡuhā ‘ibādiyaṣ-ṣāliḥụn
Dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang saleh. (Surat Al-Anbiya Ayat 105)
Apakah Allah menurunkan Injil (Perjanjian Baru) Kepada Isa Al-Masih (as)?
Qur’an menyebutkan bahwa setelah Allah memberikan Perjanjian Lama, Dia juga menurunkan Injil (Kabar Baik atau Perjanjian Baru).
وَقَفَّيْنَا عَلَىٰٓ ءَاثَٰرِهِم بِعِيسَى ٱبْنِ مَرْيَمَ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ ٱلتَّوْرَىٰةِ ۖ وَءَاتَيْنَٰهُ ٱلْإِنجِيلَ فِيهِ هُدًى وَنُورٌ وَمُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ ٱلتَّوْرَىٰةِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةً لِّلْمُتَّقِينَ
Wa qaffainā ‘alā āṡārihim bi’īsabni maryama muṣaddiqal limā baina yadaihi minat-taurāti wa ātaināhul-injīla fīhi hudaw wa nụruw wa muṣaddiqal limā baina yadaihi minat-taurāti wa hudaw wa mau’iẓatal lil-muttaqīn
Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan Isa putera Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa. (Surat Al-Ma’idah Ayat 46)
Qur’an dengan tegas menyatakan bahwa Alkitab (Kitab-kitab sebelumnya) yang mereka miliki tersebut diturunkan oleh Allah. Isa Al-Masih (as) secara pribadi tidak pernah menulis Injil. Beliau tidak perlu melakukan hal tersebut hanya supaya Injil dianggap sebagai wahyu asli yang diberikan pada-Nya, sama seperti Nabi Muhammad (saw) tidak perlu menulis Qur’an secara pribadi untuk menunjukkan bahwa itu adalah wahyu yang diberikan pada beliau. Murid-murid Isa Al-Masih (as) yang mendengarkan sabda-sabda beliau yang kemudian menulis setiap kata yang diucapkan-Nya.
Apakah Allah menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad (saw)? Wahyu mana saja yang Allah turunkan pada umat manusia menurut Qur’an?
Qur’an dengan jelas menyatakan melalui ayat dibawah ini bahwa termasuk wahyu Allah adalah yang disampaikan melalui Qur’an dan juga Kitab-kitab yang datang sebelum Qur’an.
نَزَّلَ عَلَيْكَ ٱلْكِتَٰبَ بِٱلْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَأَنزَلَ ٱلتَّوْرَىٰةَ وَٱلْإِنجِيلَ
Nazzala ‘alaikal-kitāba bil-ḥaqqi muṣaddiqal limā baina yadaihi wa anzalat-taurāta wal-injīl
Dia menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil. (Surat Ali ‘Imran Ayat 3)
مِن قَبْلُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَأَنزَلَ ٱلْفُرْقَانَ ۗ إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ ۗ وَٱللَّهُ عَزِيزٌ ذُو ٱنتِقَامٍ
Ming qablu hudal lin-nāsi wa anzalal-furqān, innallażīna kafarụ bi`āyātillāhi lahum ‘ażābun syadīd, wallāhu ‘azīzun żuntiqām
Sebelum (Al Quran), menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al Furqaan. Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat; dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan (siksa). (Surat Ali ‘Imran Ayat 4)
Ayat diatas menyatakan bahwa Allah menurunkan Qur’an namun Dia juga menurunkan Kitab-kitab yang datang sebelumnya (Taurat/Perjanjian Lama dan Injil/Perjanjian Baru) sebagai sebuah petunjuk bagi umat manusia dengan menyediakan sebuah system moral untuk menentukan baik dan buruk serta norma dalam memutuskan perkara bagi umat manusia. Seperti telah disebutkan sebelumnya, menurut Rukun Iman dalam Islam, ada empat buah Kitab yang diturunkan oleh Allah: Taurat, Zabur, Injil, dan Qur’an. Membatalkan salah satu wahyu yang diturunkan Allah tersebut akan membuat kita kehilangan system moral yang sempurna untuk dapat melakukan penilaian yang akurat.
Tak pelak lagi, karena begitu banyak yang telah dikatakan mengenai pembatalan Kitab-kitab sebelumnya (yang merupakan wahyu Allah juga), membaca Kitab-kitab tersebut tidak saja dihalangi-halangi tapi juga di beberapa tempat Mu’min bahkan mengira bahwa sekadar menyentuh Alkitab pun akan mendatangkan konsekuensi dan hukum yang berat dari Allah. Apa yang seharusnya dilakukan orang-orang beriman yang berkata “kami beriman pada keempat Kitab Allah (Taurat, Zabur, Injil dan Qur’an”; membaca keempat Kitab suci tersebut, atau mengabaikan Kitab-kitab sebelumnya?
Juga menyatakan tentang keaslian wahyu Allah disebutkan dalam ayat-ayat berikut:
أَفَرَءَيْتَ ٱلَّذِى تَوَلَّىٰ
A fa ra`aitallażī tawallā
Maka apakah kamu melihat orang yang berpaling (dari Al-Quran)? (An-Najm 33)
وَاَعۡطٰى قَلِيۡلًا وَّاَكۡدٰى
Wa a’taa qaliilanw wa akdaa
dan dia memberikan sedikit (dari apa yang dijanjikan) lalu menahan sisanya (An-Najm 34)
اَعِنۡدَهٗ عِلۡمُ الۡغَيۡبِ فَهُوَ يَرٰى
A’indahuu ‘ilmul ghaibi fahuwa yaraa
Apakah dia mempunyai ilmu tentang yang gaib sehingga dia dapat melihat(nya)? (An-Najm 35)
اَمۡ لَمۡ يُنَبَّاۡ بِمَا فِىۡ صُحُفِ مُوۡسٰىۙ
Am lam yunabbaa bimaa fii suhuhfi Muusa
Ataukah belum diberitakan (kepadanya) apa yang ada dalam lembaran-lembaran (Kitab Suci yang diturunkan kepada) Musa? (An-Najm 36)
وَإِبْرَٰهِيمَ ٱلَّذِى وَفَّىٰٓ
Wa ibrāhīmallażī waffā
Dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji? (An-Najm 37)
أَلَّا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَىٰ
Allā taziru wāziratuw wizra ukhrā
(yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, (An-Najm 38)
وَقَالُوْا لَوْلَا يَأْتِيْنَا بِاٰيَةٍ مِّنْ رَّبِّهٖۗ اَوَلَمْ تَأْتِهِمْ بَيِّنَةُ مَا فِى الصُّحُفِ الْاُوْلٰى
Wa qālụ lau lā ya`tīnā bi`āyatim mir rabbih, a wa lam ta`tihim bayyinatu mā fiṣ-ṣuḥufil-ụlā
Dan mereka berkata, “Mengapa dia tidak membawa tanda (bukti) kepada kami dari Tuhannya?” Bukankah telah datang kepada mereka bukti (yang nyata) sebagaimana yang tersebut di dalam kitab-kitab yang dahulu? (thaha 133)
Menurut komentar Baidawi terhadap ayat ini “kitab-kitab yang dahulu” mengacu pada “Taurat dan Injil dan semua Kitab-kitab Ilahi.” Allah sedang berbicara pada warga Mekah dan mengatakan pada mereka bahwa bukti yang nyata telah turun pada mereka dan itu terdapat dalam halaman dari Kitab-kitab terdahulu. Dengan begitu Qur’an menyatakan bahwa Alkitab “adalah” Firman Allah, bukan Alkitab “dulunya” Firman Allah. Kata “adalah” mengacu pada keaslian dan kesinambungan halaman-halam (Kitab-kitab sebelumnya). Ayat-ayat tersebut mengindikasikan bahwa ada kesahihan yang berkesinambungan dari Kitab-kitab sebelumnya atau Alkitab.