Khotbah Di Atas Bukit

Dilereng Bukit

Lebih dari empat belas abad sebelum Yesus lahir di Betlehem, orang-orang Israel berkumpul di Lembah Sikhem yang indah, dan dari bukit-bukit di sebelahnya suara-suara para imam kedengaran menyatakan berkat-berkat dan kutukan-kutukan — “berkat, apabila kamu mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu. . . dan kutuk, jika kamu tidak mendengarkan perintah Tuhan” (Ulangan 11:27, 28). Dan demikianlah bukit dari mana kata-kata berkat diucapkan menjadi terkenal sebagai bukit berkat. Tetapi kata-kata yang diucapkan sebagai suatu berkat kepada sebuah dunia yang berdosa dan menderita bukanlah di atas Bukit Gerizim. Orang Israel menggagalkan cita-cita luhur yang telah ditetapkan di hadapannya. Seseorang yang lain dari Yosua harus memimpin umat Allah kepada landasan iman yang benar. Bukan Gerizim lagi yang terkenal sebagai bukit Kebahagiaan, tetapi bukit yang tidak bernama dekat Danau Galilea, di mana Yesus mengucapkan kata-kata berkat kepada murid-murid-Nya dan orang banyak.

Mari kita bayangkan kembali suasana itu, dan sambil duduk dengan murid-murid itu di lereng bukit ikut serta dalam pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan yang memenuhi hati mereka. Memahami apa yang dimaksudkan kata-kata Yesus kepada mereka yang mendengar-Nya, kita dapat melihat di dalam diri mereka suatu semangat dan keindahan baru, dan boleh juga kita petik pelajaran-pelajaran mereka yang lebih dalam untuk diri kita.

Ketika Juruselamat memulai pelayanan-Nya, konsep populer dari Mesias dan pekerjaan-Nya seakan sama sekali tak layak membuat orang menerima-Nya. Roh kesetiaan telah hilang dalam tradisi dan kegiatan upacara, dan nubuatan-nubuatan ditafsirkan dengan hati yang sombong dan cinta dunia. Orang Yahudi mencari Seorang yang datang, bukan sebagai seorang Penyelamat dari dosa, tetapi sebagai seorang pangeran besar yang akan membawa segala bangsa di bawah keagungan Singa dari suku Yehuda. Dengan sia-sia Yohanes Pembaptis, yang memperoleh kuasa menyelidiki hati dari para nabi zaman dulu, memanggil mereka untuk bertobat. Dengan sia-sia dia di Sungai Yordan, menunjuk Yesus sebagai Anak Domba Allah, yang mengangkat dosa dunia ini. Allah berupaya mengarahkan pikiran mereka kepada nubuatan Yesaya tentang penderitaan Juruselamat itu, tetapi mereka tidak mau mendengar.

Sekiranya para guru dan pemimpin di Israel menyerah kepada kasih karunia-Nya yang mengubah, Yesus telah membuat mereka para duta-Nya di antara manusia. Di Yudea pertama kali kedatangan kerajaan itu telah diumumkan, dan panggilan supaya bertobat telah diberikan. Dengan tindakan mengusir orang-orang yang menajiskan bait suci di Yerusalem, Yesus telah mengumumkan diri-Nya sebagai Mesias — Orang yang akan membersihkan jiwa dari kecemaran dosa dan membuat umat-Nya sebuah bait suci kepada Tuhan. Tetapi para pemimpin Yahudi tidak mau merendahkan diri mereka untuk me-nerima Guru yang sederhana dari Nazaret itu. Pada kunjunganNya yang kedua ke Yerusalem Dia didakwa di hadapan Sanhedrin dan karena takut terhadap orang-orang sajalah yang mencegah orang-orang terkemuka ini mengambil nyawa-Nya. Kemudian setelah meninggalkan Yudea, Ia memulai pelayanan-Nya di Galilea.

Pekerjaan-Nya di sana telah dilanjutkan beberapa bulan sebelum Khotbah di Atas Bukit diberikan. Pekabaran yang Dia sampaikan di seluruh negeri itu, “Kerajaan surga sudah dekat” (Matius 4:17), telah menawan perhatian segala golongan, dan masih terus membesarkan nyala pengharapan ambisi mereka, popularitas Guru baru itu telah meluas bahkan melampaui Palestina, dan tanpa mempedulikan perasaan para pejabat tinggi, sudah tersebar luas perasaan akan adanya kemungkinan bahwa inilah Pelepas yang diharapkan itu. Begitu banyak orang mengikuti Yesus dengan berdesak-desakan, dan semangat mereka sangat tinggi.

Saatnya telah tiba bagi murid-murid yang paling dekat bergaul dengan Kristus supaya lebih cepat bergabung dalam pekerjaan-Nya, supaya kelompok orang banyak ini tidak ditinggalkan tanpa dipelihara, bagaikan domba tanpa gembala. Sebagian dari murid-murid ini telah menggabungkan diri mereka kepada-Nya pada permulaan pelayanan-Nya, dan hampir semua kedua belas murid itu telah bergaul bersama-sama sebagai anggota keluarga Yesus. Namun mereka juga, disesatkan oleh ajaran para rabi, dengan memberi pengharapan populer kerajaan duniawi. Mereka tidak dapat memahami gerakan-gerakan Yesus. Mereka telah bingung dan susah karena Dia tidak mengadakan upaya untuk menguatkan pekerjaan-Nya dengan memperoleh dukungan dari para imam dan rabi, Dia tidak berbuat apa-apa untuk menegakkan wibawa-Nya sebagai seorang raja duniawi. Suatu pekerjaan besar masih harus diselesaikan untuk murid-murid ini sebelum mereka dipersiapkan untuk kepercayaan yang suci yang akan menjadi milik mereka apabila Yesus harus naik ke surga. Namun mereka telah memberi reaksi kepada kasih Kristus, dan walaupun mereka lambat percaya, Yesus melihat mereka dapat dilatih dan ditertibkan untuk pekerjaan-Nya yang besar. Dan sekarang mereka sudah cukup lama bersama-Nya untuk menetapkan, dalam ukuran tertentu, iman mereka pada sifat Ilahi misi-Nya, dan orang-orang juga telah menerima bukti kuasa-Nya yang tidak dapat disangsikan, jalan dipersiapkan untuk mengakui prinsip-prinsip kerajaanNya yang akan menolong mereka memahami sifat-Nya yang sebenarnya.

Sendirian di atas bukit dekat Laut Galilea, Yesus berdoa sepanjang malam untuk murid-murid pilihan ini. Pada waktu dini hari Dia memanggil mereka kepada-Nya dan dengan kata-kata doa dan pengajaran, Dia menumpangkan tangan-Nya ke atas kepala mereka dengan ucapan syukur, mengasingkan mereka kepada pekerjaan Injil. Kemudian Dia kembali dengan mereka ke tepi laut, di mana pagi-pagi sekali orang banyak sudah mulai berkumpul.

Selain kelompok orang banyak yang biasa dari kota-kota Galilea, di sana banyak orang dari Yudea, dari Yerusalem sendiri, dari Perea, dari Dekapolis yang penduduknya setengah kafir, dari Idumea, jauh di Selatan Yudea, dan dari Tirus dan Sidon, kota-kota Fenisia di pantai Laut Tengah. “Mendengar hal-hal besar yang Dia lakukan,” mereka “datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka; . . kuasa keluar dari pada-Nya dan semua orang itu disembuhkan.” Markus 3:8; Lukas 6:17-19.

Kemudian, setelah pantai sempit itu tidak mampu menampung orang-orang berdiri yang dapat dijangkau suara-Nya, Yesus membawa mereka kembali ke lereng bukit. Setelah tiba di tempat datar yang dapat menampung kumpulan orang banyak dengan baik, Dia duduk di atas rumput, dan murid-murid-Nya bersama orang banyak ikut duduk di atas rumput.

Dengan suatu perasaan yang mungkin diharapkan lain dari yang biasa, murid-murid itu datang dekat mengelilingi Guru mereka. Sejak peristiwa-peristiwa pagi itu mereka mengumpulkan kepastian bahwa suatu pengumuman akan diberikan mengenai kerajaan yang sangat mereka harapkan, yang segera Dia dirikan. Suatu perasaan yang penuh harapan meliputi orang banyak itu juga, dan wajah-wajah yang ingin tahu memberikan bukti perhatian yang dalam.

Ketika mereka duduk di atas lereng bukit yang hijau itu, menunggu kata-kata dari Guru Ilahi itu, hati mereka penuh dengan pikiran kemuliaan mendatang. Di situ ada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang menanti-nantikan hari bila mereka akan menguasai orang-orang Roma yang dibenci itu dan memiliki kekayaan dan kemegahan dari kerajaan dunia yang besar. Para petani dan nelayan miskin berharap untuk mendengar jaminan bahwa gubuk mereka yang buruk, makanan yang sedikit, kehidupan yang kerja keras, dan kekhawatiran akan kebutuhan, akan ditukar dengan rumah besar yang banyak dan hari-hari yang menyenangkan. Menggantikan sebuah pakaian kasar yang menutupi tubuh pada siang hari dan selimut pada malam hari, mereka berharap bahwa Kristus akan memberikan kepada mereka kekayaan dan jubah-jubah yang mahal dari para penakluk mereka.

Hati mereka digairahkan dengan pengharapan bangga bahwa bangsa Israel segera akan dihormati di hadapan bangsabangsa sebagai bangsa pilihan Tuhan, dan Yerusalem diagungkan sebagai kepala dari kerajaan seluruh dunia

Ucapan Berbahagisa

Maka Yesus pun mulai, berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya: Berba-hagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan surga” Matius 5:2, 3.

Bagaikan sesuatu yang aneh dan baru, kata-kata ini masuk ke telinga orang banyak yang ingin mengetahuinya. Ajaran yang demikian bertentangan dengan semua yang pernah mereka dapat dari imam dan rabi. Mereka tidak melihat apa-apa di dalamnya untuk menyanjung kesombongan mereka atau untuk mendukang pengharapan-pengharapan ambisius mereka. Tetapi tentang Guru baru ini ada suatu kuasa yang membuat mereka terpesona. Manisnya kasih Ilahi mengalir dari hadiratNya sendiri bagaikan keharuman dari sekuntum bunga. Katakata-Nya mengalir bagaikan “hujan yang turun ke atas padang rumput, sepert dirus hujan menggenangi bum i .” Mazmur 72:6. Semua merasa secara naluri bahwa inilah Dia yang membaca rahasia-rahasia jiwa, namun yang datang dekat kepada mereka dengan belas kasihan yang lembut. Hati mereka terbuka kepada–Nya, dan apabila mereka mendengar, Roh Kudus meinbukakan kepada mereka sesuatu dari makna pelajaran yang sangat perlu dipelajari umat manusia pada sepanjang zaman.

Pada zaman Kristus para pemimpin agama dari bangsa itu merasa bahwa mereka kaya dalam harta rohani. Doa orang Farisi, Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-VIu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain” (Lukas 18:11), me. nyatakan perasaan dari golongannya, dan sebagian besar dari seluruh bangsa itu. Tetapi di dalam orang banyak yang mengelilingi Yesus itu ada beberapa orang yang mempunyai suatu perasaan tentang kemiskinan rohani mereka. Ketika dalam mukjizat menangkap ikan kuasa Ilahi dari Kristus di. nyatakan, Petrus tersungkur di kaki Juruselamat itu dan berseru “Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa (Lukas 5:8); begitu juga di antara orang banyak yang berkumpu di atas bukit ada beberapa orang, di hadirat kesucian Yesus, merasa bahwa mereka, “melarat dan malang, miskin, buta dan telanjang (Wahyu 3:17); dan mereka rindu akan “kasih karunia Allah yang menyelamatkan” (Titus 2:11). Dalam jiwa-jiwa ini kata-kata sambutan Kristus membangkitkan harapan; mereka lihat bahwa kehidupan mereka berada dalam berkat Allah.

Yesus telah memberikan cawan berkat kepada mereka yang merasa bahwa mereka “kaya dan aku telah memperkaya diriku” (Wahyu 3:17), dan tidak kekurangan apa-apa, dan mereka telah berpaling de-ngan cemooh dari pemberian yang penuh kemurahan hati itu. Dia yang merasa sempuma, dia yang berpikir bahwa dirinya cukup baik, dan puas dengan keadaannya, tidak berupaya supaya ikut serta memperoleh kasih karunia dan kebenaran Kristus. Kesombongan tidak merasakan keperluan, dan itu menutupi hati terhadap Kristus dan berkat-berkat tak terbatas yang akan Dia berikan. Tidak ada tempat bagi Yesus di dalam hati orang yang demikian. Mereka yang kaya dan terhormat dalam pandangan mereka sendiri tidak meminta dengan iman, dan menerima berkat Allah. Mereka merasa lengkap, itu sebabnya mereka pergi dengan hampa. Mereka yang tahu bahwa mereka tidak dapat menyelamatkan diri mereka, atau melakukan suatu tindakan yang benar dari diri mereka sendiri, adalah orang-orang yang menghargai pertolongan yang dapat diberikan Kristus. Mereka itulah yang miskin di hadapan Allah, yang dinyatakan-Nya berbahagia.

Siapa yang diampuni Kristus, Dialah yang pertama membuat menyesal, dan tugas Roh Kuduslah menyadarkan orang terhadap dosa. Mereka yang hatinya telah digerakkan oleh Roh Allah yang memberikan keyakinan melihat bahwa tidak ada kebaikan dalam diri mereka. Mereka lihat bahwa semua yang pernah mereka lakukan adalah bercampur dengan diri dan dosa. Seperti pemungut cukai yang malang itu, mereka berdiri jauhjauh, tidak berani menengadah ke langit, dan berseru, “Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini” (Lukas 18:13). Dan mereka diberkati. Ada pe-ngampunan bagi orang yang menyesal; karena Kristus adalah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia” (Yohanes 1:29). Janji Allah adalah: “Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.” “Akan Kuberikan hati yang baru kepadamu— Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu” (Yesaya 1:18; Yehezkiel 36:26, 27).

Mengenai miskin di hadapan Allah Yesus mengatakan, merekalah yang empunya kerajaan surga. Kerajaan ini bukanlah suatu kekuasaan sementara dan duniawi, seperti yang telah diharapkan para pendengar Kristus. Kristus membukakan kepada manusia kerajaan rohani dari kasih, rahmat dan kebenaran-Nya. Panji pemerintahan Mesias dikenal karena citra Anak Manusia itu. Rakyat-Nya adalah orang-orang yang miskin di hadapan Allah, rendah hati, dianiaya karena kebenaran. Kerajaan surga adalah milik mereka. Walaupun belum digenapkan sepenuhnya, pekerjaan itu telah mulai dalam diri mereka yang akan membuat mereka “mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang kudus di dalam kerajaan terang” (Kolose 1:12).

Semua yang merasakan dalamnya kemiskinan jiwa mereka, yang merasa bahwa tidak ada kebaikan dalam diri mereka, boleh mendapat kebenaran dan kekuatan dengan melihat kepada Yesus. Dia mengatakan, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat” (Matius 11:28). Dia tawarkan kepadamu supaya menukarkan kemiskinanmu dengan kekayaan kasih karunia-Nya. Kita tidak layak untuk kasih Allah, tetapi Kristus, jaminan kita adalah layak, dan mampu menyelamatkan semua orang yang akan datang kepada-Nya. Bagaimanapun pengalamanmu masa lalu, betapa mengecewakan pun keadaanmu sekarang ini, jika engkau mau datang kepada Yesus sebagaimana keadaanmu lemah, tak berdaya, dan putus asa, Juruselamat kita yang penuh kasih akan menemuimu dan akan merangkulkan tangan-Nya dan jubah kebenaran-Nya kepadamu. Kepada Bapa, Dia menghadapkan kita dengan memakaikan jubah putih, yaitu tabiat-Nya. Untuk kepentingan kita Dia memohon ke hadapan Allah: Aku telah mengambil alih tempat orang berdosa. Janganlah hendaknya anak yang tidak patuh ini Engkau pandang, tapi biarlah Aku. Tatkala Setan dengan teriakan keras menuntut jiwa kita, mempersalahkan kita karena dosa, dan mengklaim kita sebagai mangsanya, darah Kristus membela kita dengan kuasa yang lebih besar.

“Keadilan dan kekuatan hanya ada di dalam Tuhan. . . . Seluruh keturunan Israel akan nyata benar dan akan bermegah di dalam Tuhan” (Yesaya 45:24, 25).

“Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.” Matius 5:4

Dukacita yang dinyatakan di sini adalah hati yang sungguh berduka karena dosa. Yesus mengatakan, “Dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku” Yohanes 12:32). Dan sementara seseorang ditarik untuk memandang Yesus yang ditinggikan di atas kayu salib, dia pun akan melihat keberdosaan umat manusia. Dia akan melihat bahwa dosalah yang mencambuk dan menyalibkan Tuhan kemuliaan itu. Dia lihat bahwa sementara dia telah dikasihi dengan kelembutan yang tak terkatakan, kehidupannya telah menjadi suatu pemberontakan dan suasana tak berterima kasih yang berkelanjutan. Dia telah meninggalkan Sahabat karibnya dan menyalahgunakan pemberian surga yang paling berharga. Sekali lagi, dia sendiri telah kembali menyalibkan Anak Allah dan menusuk sekali lagi hati yang terluka dan hancur itu. Dia dipisahkan dari Allah oleh jurang dosa yang lebar, gelap dan dalam, dan dia berdukacita dengan hati yang hancur.

Dukacita seperti itu “akan dihibur.” Allah menyatakan kesalahan kita supaya kita boleh lari kepada Kristus, dan melalui Dia kita dibebaskan dari perhambaan dosa, dan bergembira dalam kemerdekaan putra-putra Allah. Dalam penyesalan yang benar kita boleh datang ke bawah salib itu, dan di situlah kita tinggalkan beban kita.

Kata-kata Juruselamat itu mempunyai suatu pekabaran untuk menghibur orang-orang yang menderita kesusahan atau kesedihan. Dukacita kita tidak muncul dari tanah. Allah “tidak dengan rela hati menindas dan merisaukan anak-anak manusia” (Ratapan 3:33). Apabila Ia mengizinkan pencobaan dan kesusahan, itu adalah “untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya” (Ibrani 12:10). Jika diterima dengan iman, pencobaan yang tampaknya sangat pahit dan berat ditanggung akan terbukti menjadi suatu berkat. Pukulan kejam yang merusak sukacita dunia akan menjadi alat untuk memalingkan mata kita ke surga. Berapa banyak orang yang tidak pernah akan mengenal Yesus sekiranya kesusahan tidak membuat mereka mencari peng-hiburan dari Dia!

Cobaan-cobaan hidup adalah alat-alat Allah untuk membersihkan kekotoran-kekotoran dan kekasaran-kekasaran dari tabiat kita. Penebangan, pembentukan, pemahatan, pemolesan dan pemelituran adalah suatu proses yang menyakitkan, sukar untuk ditekan ke roda asahan. Tetapi batu itu dipersiapkan untuk mengisi tempatnya dalam bait suci surga. Kepada bahan yang tidak berguna Tuhan tidak melakukan pekerjaan yang demikian hati-hati dan teliti. Hanya batu-batu berharga-Nya yang dipoles agar dapat membentuk sebuah istana.

Tuhan akan bekerja untuk semua orang yang menaruh keper-cayaannya kepada-Nya. Kemenangan-kemenangan berharga akan diperoleh orang-orang yang setia. Pelajaran-pelajaran berharga akan dipelajari. Pengalaman-pengalaman berharga akan diperoleh.

Bapa kita yang di surga tidak pernah tak menghiraukan orang-orang yang ditimpa kesusahan. Ketika Daud mendaki Bukit Zaitun “sambil menangis, kepalanya berselubung dan ia berjalan dengan tidak berkasut” (2 Samuel 15:30), Tuhan kasihan melihatnya. Daud berpakaian karung, dan nuraninya mencambuknya. Tindakan perendahan diri secara luar ini menunjukkan penyesalannya. Dengan kata-kata linangan air mata dan patah hati dia mengajukan masalahnya kepada Allah, dan Tuhan tidak meninggalkan hamba-Nya. Daud tidak pernah lebih berharga dalam hati yang Mahapengasih itu lebih daripada ketika ia, melarikan diri dengan batin yang terpukul, untuk menyelamatkan nyawanya dari musuh-musuhnya, yang dihasut memberontak oleh putranya sendiri. Tuhan mengatakan “Barang siapa Kukasihi, ia Kutegur dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!” Wahyu 3:19. Kristus mengangkat hati yang menyesal dan memurnikan jiwa yang berduka sampai hati itu menjadi tempat kediaman-Nya.

Tetapi apabila kesengsaraan datang kepada kita berapa dari kita yang seperti Yakub! Kita pikir itu tangan dari seorang musuh; dan di dalam kegelapan kita bergumul dengan membabi buta hingga tenaga kita habis, dan kita tidak mendapat penghiburan atau kelepasan. Bagi Yakub jamahan Ilahi pada waktu fajar mulai menyingsing menyatakan Dia dengan siapa dia telah berjuang Malaikat perjanjian itu; dan sambil menangis dan tidak berdaya, ia jatuh ke pangkuan Kasih Yang Tak Terhingga itu, untuk menerima berkat yang dirindukan jiwanya. Kita juga perlu tahu bahwa kesusahan-kesusahan itu tidak dimaksudkan untuk membuat kita melecehkan hajaran Tuhan atau melemahkan kita bila dimarahi-Nya, tapi justru untuk kebaikan kita.

“Berbahagialah manusia yang ditegur Allah: …. Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat; Dia yang memukuli, tetapi yang tangan-Nya menyembuhkan pula. Dari enam macam kesesakan engkau diluputkan-Nya dan dalam tujuh macam engkau tidak kena malapetaka.” Ayub 5:17-19. Kepada setiap orang yang dihajar, Yesus datang dengan pelayanan untuk menyembuhkan. Hidup yang kehilangan sesuatu, getir dan menderita dapat diterangi oleh penyataan-penyataan kehadiran-Nya yang berharga.

Allah tidak akan membiarkan kita tetap ditekan oleh dukacita yang dungu, dengan hati yang luka dan kecewa. Dia ingin agar kita menengadah dan melihat wajah-Nya yang penuh kasih. Juruselamat yang suci itu berdiri dekat orang-orang yang berderai air mata sehingga mereka tidak dapat melihat-Nya. Dia rindu untuk menjabat tangan kita, supaya melihat-Nya dengan iman yang tulus, mengizinkan-Nya untuk membimbing kita. Hati-Nya terbuka terhadap kesedihan, dukacita kita dengan kasih abadi dan dengan kebaikan yang penuh kasih yang selalu menyertai kita. Kita dapat menjaga hati kita tetap kepada-Nya dan merenung-renungkan kebaikan-Nya yang penuh kasih sayang sepanjang hari. Dia akan mengangkat jiwa di atas dukacita dan kebingungan setiap hari, ke dalam kerajaan damai.

Ingatlah ini, anak-anak yang menderita dan berdukacita, dan bersukacita dalam pengharapan. “Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita.” 1 Yohanes 5:4.

Berbahagialah juga mereka yang menangis bersama Yesus karena simpati kepada dukacita dunia dan kepada dukacita akibat dosa dunia. Dalam dukacita yang demikian tidak terdapat pemikiran untuk kepentingan diri sendiri. Yesus adalah Manusia yang penuh dukacita, menahan penderitaan batin yang tak terlukiskan dengan kata-kata. Jiwa-Nya robek dan hancur oleh pelanggaran-pelanggaran manusia. Dia berupaya keras dengan upaya yang menguras tenaga untuk meringankan sengsara manusia dan memenuhi keperluan mereka, dan hati-Nya mengalami dukacita yang dalam ketika melihat orang banyak tidak mau datang kepada-Nya agar dapat memperoleh hidup. Semua pengikut Kristus akan mendapat pengalaman ini. Apabila mereka menerima kasih-Nya mereka masuk ke dalam penderitaan-Nya untuk menyelamatkan orang-orang yang sesat. Mereka mengalami penderitaan-penderitaan Kristus, dan mereka juga akan memperoleh kemuliaan yang akan dinyatakan itu. Oleh menyatu dengan Dia dalam pekerjaan-Nya, minum cawan penderitaan-Nya, mereka juga akan ikut menikmati sukacita-Nya.

Melalui penderitaanlah Yesus mendapatkan tugas pelayanan penghiburan. Di dalam segala penderitaan umat manusia Dia menderita; dan “sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai.” Yesaya 63:9; Ibrani 2:18. Dalam pelayanan ini setiap jiwa yang telah memasuki persahabatan penderitaan-Nya diberi hak istimewa untuk menanggungnya. “Sebab sama seperti kami mendapat bagian berlimpah-limpah dalam kesengsaraan Kristus demikian pula oleh Kristus kami menerima penghiburan berlimpah-limpah.” 2 Korintus 1:5. Tuhan mempunyai kasih karunia khusus untuk orang yang berdukacita, dan kuasanya adalah untuk, meluluhkan hati dan memenangkan jiwa-jiwa. Kasih-Nya membuka saluran ke dalam jiwa yang luka dan memar, dan menjadi obat yang menyembuhkan bagi mereka yang berdukacita. “Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan…. menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan peng-hiburan yang kami terima sendiri dari Allah. 2 Korintus 1:3, 4.

“Berbahagialah orang yang lemah lembut.” Matius 5:5.

Di seluruh kata-kata yang menyatakan kebahagiaan itu terdapat suatu barisan pengalaman Kristen yang memajukan. Mereka yang telah merasakan keperluan mereka akan Kristus, mereka yang telah berdukacita karena dosa dan telah duduk dengan Kristus dalam sekolah penderitaan, akan mempelajari kelemahlembutan dari Guru Ilahi itu.

Kesabaran dan kelemahlembutan dalam kesalahan tidak dihargai oleh orang kafir atau orang Yahudi. Pernyataan yang dibuat oleh Musa dengan ilham Roh Kudus, bahwa dialah orang yang paling lemah-lembut di atas dunia ini, tidak dihargai oleh orang-orang pada zamannya sebagai suatu pujian; malah itu menimbulkan belas kasihan atau kejijikan. Tetapi Yesus menempatkan kelemahlembutan di antara persyaratan utama untuk kerajaan-Nya. Dalam kehidupan dan tabiat-Nya sendiri keindahan Ilahi dari kasih karunia yang berharga ini dinyatakan.

Yesus, kecemerlangan dari kemuliaan Bapa, “tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba.” Filipi 2:6, 7. Melalui segala pengalaman hidup yang hina Dia setuju untuk melewatinya, berjalan di antara anak-anak manusia, bukan sebagai seorang raja, menuntut penghormatan, tetapi sebagai seorang yang misinya adalah melayani orang-orang lain. Dalam sikapnya tidak ada noda kekerasan hati dan sikap dingin. Penebus dunia itu mempunyai sifat yang lebih agung daripada malaikat, namun disatukan dengan keagungan Ilahi-Nya adalah kelemah-lembutan dan kerendahan hati yang menarik semua orang kepada diri-Nya.

Yesus mengosongkan diri-Nya, dan di dalam semua yang Dia lakukan, diri tidak kelihatan. Dia menaklukkan segala sesuatu kepada kehendak Bapa-Nya. Apabila misi-Nya di dunia berakhir, Ia mengatakan, “Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya.” Yohanes 17:4. Dan Dia minta kepada kita, “Belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati.” “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya” (Matius 11:29; 16:24); biarlah diri diturunkan dan jangan lagi berpegang kepada keunggulan jiwa.

Dia yang melihat Kristus dalam penyangkalan diri-Nya, kerendahan hati-Nya akan dipaksa mengatakan, seperti Daniel, ketika dia melihat Seorang seperti anak manusia, “Aku menjadi pucat sama sekali, dan tidak ada lagi kekuatan padaku.” Daniel 10:8. Kebebasan dan keunggulan diri di mana kita bangga kelihatan dalam keburukannya sebagai tanda-tanda perhambaan kepada Setan. Sifat manusia selalu bergumul untuk dinya-takan, siap untuk bertanding; tetapi dia yang belajar mengenai Kristus dikosongkan dari diri, dari kesombongan, dari cinta akan keunggulan, dan ada ketenangan di dalam jiwa. Diri diserahkan kepada urusan Roh Kudus. Kemudian kita tidak ingin untuk memperoleh tempat tertinggi. Kita tidak berambisi untuk mendesak dan mendorong diri kita supaya diperhatikan; tetapi kita merasa bahwa tempat kita yang tertinggi adalah di kaki Juruselamat kita. Kita melihat Yesus, menunggu tanganNya untuk memimpin, mendengar suara-Nya untuk membimbing. Rasul Paulus memperoleh pengalaman ini, dan ia katakan, “Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” Galatia 2:20.

Apabila kita menerima Kristus sebagai seorang tamu yang tinggal di dalam jiwa, damai Allah yang melebihi segala pengertian, akan memelihara hati dan pikiran kita melalui Kristus Yesus. Kehidupan Juruselamat di atas dunia, walaupun hidup di tengah-tengah pertentangan, adalah suatu kehidupan yang damai. Sementara musuh-musuh yang marah mengejarNya, Ia mengatakan, “Ia telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.” Yohanes 8:29. Tidak ada topan manusia atau amarah Setan yang dapat mengganggu ketenangan dari hubungan yang sempurna dengan Allah. Dan la katakan kepada kita, “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera Kuberikan kepadamu.” “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.” Yohanes 14:27; Matius 11:29. Marilah sama-sama menanggung kuk pelayanan untuk kemuliaan Allah dan mengangkat pikiran umat manusia, dan engkau akan menemukan kuk itu empuk dan beban itu ringan.

Cinta dirilah yang merusak kedamaian kita. Bila diri masih hidup, kita terus siaga melindunginya dari pelecehan dan penghinaan; tapi bila ego kita telah mati, dan hidup kita tersembunyi dengan Kristus dalam Allah, hati tak lagi terusik bila ditolak dan diremehkan orang. Kita akan tuli terhadap celaan dan buta terhadap caci-maki atau hinaan. “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan.” 1 Korintus 13”4-8.

Kebahagiaan yang diperoleh dari sumbersumber duniawi berubah-ubah sebagaimana keadaan yang bermacam-macam dapat mengubahnya; tetapi damai dari Kristus adalah damai yang tetap dan abadi. Itu tidak bergantung kepada keadaankeadaan dalam dunia, pada jumlah harta duniawi atau jumlah sahabat-sahabat duniawi. Kristus adalah mata air hidup, dan kebahagiaan yang diperoleh dari Dia tidak pernah gagal.

Kelemahlembutan Kristus, yang dinyatakan dalam rumah tangga, akan membuat penghuninya bahagia; itu tidak menimbulkan pertengkaran, tidak memberikan jawaban marah, tetapi memenangkan watak yang menjengkelkan dan menyebarkan suatu kelembutan yang dirasakan oleh semua dalam lingkungannya yang menyenangkan. Ke mana saja dihargai, itu membuat keluarga-keluarga dunia sebagian dari satu keluarga besar yang di atas.

Jauh lebih baik bagi kita menderita dalam tuduhan palsudaripada membebani diri kita untuk melakukan siksaan pembalasan kepada musuh-musuh kita. Roh kebencian dan balas dendam berasal dari Setan, dan hanya dapat membawa kejahatan bagi orang yang menghargainya. Kerendahan hati, kelemahlembutan yakni buah dari tinggalnya Kristus di dalam hati adalah rahasia berkat yang sebenarnya. “Ia memahkotai orangorang yang rendah hati dengan keselamatan.” Mazmur 149:4.

Orang yang lemah-lembut hatinya “akan mewarisi bumi.” Karena keinginan untuk membesarkan dirilah dosa masuk ke dunia ini, dan orangtua kita yang pertama kehilangan kuasa atas dunia yang indah ini, kerajaan mereka. Karena pengingkaran dirilah sehingga „Kristus menebus apa yang hilang. Dan Ia katakan kita harus menang sebagaimana Ia menang. Wahyu 3:21. Melalui kerendahan hati dan penyerahan diri kita dapat menjadi pewaris bersama Dia apabila ‘’orang-orang yang lemah-lembut hatinya akan mewarisi bumi.” Mazmur 37:11.

Dunia yang dijanjikan kepada orang-orang yang lemah-lembut tidak akan seperti dunia ini, digelapkan oieh bayangan maut dan kutuk. “Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran.” “Maka tidak akan ada lagi laknat. Takhta Allah dan takhta Anak Domba akan ada di dalamnya dan hamba-hambaNya akan beribadah kepada-Nya.” 2 Petrus 3:13; Wahyu 22:3.

Di sana tidak ada kekecewaan, tidak ada dukacita, tidak ada dosa, tidak seorang pun akan mengatakan, Saya sakit; tidak ada kereta mayat, tidak ada ratapan, tidak ada kematian, tidak ada perpisahan, tidak ada yang patah hati; tetapi di sanalah Yesus dan ke-damaian. Di sana “mereka tidak menjadi lapar atau haus; angin hangat dan terik matahari tidak akan menimpa mereka, sebab Penyayang mereka akan memimpin mereka dan akan menuntun mereka ke dekat sumber-sumber air.” Yesaya 49:10.

“Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuas-kan.” Matius 5:6.

Kebenaran adalah kesucian, serupa dengan Allah, dan “Allah adalah kasih.” 1 Yohanes 4:6. Itu adalah persesuaian dengan hukum Allah, karena “segala perintah-Mu benar” (Mazmur 119:172), dan “kasih adalah kegenapan hukum Taurat” (Roma 13:10). Kebenaran adalah kasih, dan kasih adalah terang dan kehidupan Allah. Kebenaran Allah diwujudkan dalam Kristus. Kita menerima kebenaran oleh menerima-Nya.

Kebenaran diperoleh bukan oleh pergumulan yang menyakitkan atau kerja keras yang melelahkan, bukan oleh pemberian atau pengorbanan; tetapi kebenaran secara cuma-cuma diberikan kepada setiap orang yang lapar dan dahaga untuk menerimanya. “Ayo, hai semua orang yang haus marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah tanpa bayaran.” “Dan kebenaran yang mereka terima daripada-Ku.” Inilah nama-Nya yang diberikan orang kepadanya. Tuhan keadilan kita.” Yesaya 55:1; 54:17; Yeremia 23:6.

Tidak ada kuasa manusia yang dapat memuaskan orang yang jiwanya lapar dan dahaga. Tetapi Yesus mengatakan, “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membuka pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.” “Akulah roti hidup; barang siapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barang siapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.” Wahyu 3:20; Yohanes 6:35.

Sebagaimana kita memerlukan makanan untuk mempertahankan tenaga fisik kita, begitu juga kita memerlukan Kristus, Roti dari surga untuk mempertahankan kehidupan rohani kita dan memberikan kekuatan untuk melakukan pekerjaan Allah. Sebagaimana tubuh terus-menerus menerima makanan yang mempertahankan kehidupan dan kekuatan, begitu juga jiwa harus senantiasa berhubungan erat dengan Kristus, berserah kepada-Nya dan bergantung sepenuhnya kepada-Nya.

Sebagaimana pejalan kaki mencari mata air di padang gurun lalu menemukannya dan memuaskan dahaganya, hendaknya begitulah dahaga orang Kristen untuk memperoleh air mumi kehidupan yang bersumber dari Kristus.

Sementara kita memandang kesempumaan tabiat Juruselamat kita, kita akan lebih rindu diubah dan dibarui sepenuhnya dalam citra kesucian-Nya. Semakin kita kenal Allah, semakin tinggi cita-cita tabiat kita, dan semakin sungguh-sungguh kerinduan kita untuk memantulkan citra-Nya. Unsur Ilahi digabungkan dengan unsur manusia apabila jiwa mencapai Allah dan hati yang rindu dapat mengatakan, “Ha nya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab daripada-Nyalah harapanku.” Mazmur 62:5.

Jika engkau merasa perlu dalam jiwamu, jika engkau lapar dan dahaga akan kebenaran, ini adalah bukti bahwa Kristus telah menempa dalam hatimu hal-hal yang tidak mungkin engkau lakukan sendiri, supaya Dia dapat melakukan bagimu melalui anugerah Roh Kudus. Kita tidak perlu memuaskan dahaga kita di sungai-sungai yang dangkal; karena sumber besar adalah di atas kita, yang airnya berkelimpahan dapat kita minum dengan bebas, jika kita naik lebih tinggi sedikit pada jalan iman.

Firman Allah adalah mata air kehidupan. Apabila engkau mencari mata air hidup ini, melalui Roh Kudus, engkau akan dibawa ke dalam perhubungan yang erat dengan Kristus. Kebenaran-kebenaran biasa akan menyatakan diri kepada pikiranmu dalam suatu aspek yang baru, ayat-ayat Kitab Suci akan muncul kepadamu dengan suatu makna yang baru sebagai cahaya terang, engkau akan melihat hubungan kebenaran-kebenaran lain dengan pekerjaan penebusan, dan engkau akan mengetahui bahwa Kristus tengah memimpinmu, Guru Ilahi berada di sampingmu.

Yesus mengatakan, “Air yang akan Kuberikan ke-padanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.” Yohanes 4:14. Apabila Roh Kudus membuka kepadamu kebenaran, engkau akan menghargai pengalaman yang paling mulia itu dan akan rindu untuk berbicara kepada orang-orang lain tentang hal-hal yang menghiburkan yang telah dinyatakan kepadamu. Apabila bergaul dengan mereka, engkau akan menceritakan beberapa pemikiran yang menyegarkan mengenai tabiat atau pekerjaan Kristus. Engkau akan memperoleh suatu penyataan yang segar tentang kasih yang akan diberikan kepada orang-orang yang mengasihi-Nya dan kepada orang-orang yang tidak mengasihiNya.

“Berilah dan kamu akan diberi.” (Lukas 6:38); karena firman Allah adalah “mata air di kebun, sumber air hidup, yang mengalir dari Gunung Libanon!” (Kidung Agung 4:15). Hati yang telah pernah merasakan kasih Kristus, terus-menerus meneriakkan rencana yang lebih dalam, dan apabila engkau beritahukan engkau akan menerima dalam ukuran yang lebih banyak dan lebih melimpah. Setiap upaya menyatakan Allah kepada jiwa, menambah kemampuan untuk mengenal dan mengasihi. Seruan hati yang terus-menerus adalah “Lebih Banyak tentang Eng-kau”, dan senantiasa jawaban Roh itu adalah “Lebih Banyak lagi.” Roma 5:9, 10. Karena Allah kita senang melakukan “jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan.” Efesus 3:20. Kepada Yesus, yang mengosongkan diri-Nya untuk keselamatan umat manusia yang sesat, Roh Kudus diberikan tanpa ukuran. Jadi itu akan diberikan kepada setiap pengikut Kristus apabila segenap hati diserahkan untuk ditempati-Nya. Tuhan kita sendiri telah memberikan perintah, “Hendaklah kamu penuh dengan Roh (Efesus 5:18), dan perintah ini adalah juga suatu janji dari kegenapannya. Itu adalah kesenangan yang baik dari Bapa bahwa di dalam Kristus “seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia” dan “kamu telah dipenuhi di dalam Dia”. Kolose 1:19; 2:10.

Allah telah mencurahkan kasih-Nya dengan melimpah, seperti hujan menyegarkan bumi. Dia mengatakan, “Hai langit, teteskanlah keadilan dari atas, dan baiklah awan-awan mencurahkannya! Baiklah bumi membukakan diri dan bertunaskan keselamatan, dan baiklah ditumbuhkannya keadilan.” “Orangorang sengsara dan orang-orang miskin sedang mencari air, tetapi tidak ada, lidah mereka kering kehausan; tetapi Aku, Tuhan, akan menjawab mereka, dan sebagai Allah orang Israel Aku tidak akan meninggalkan mereka. Aku akan membuat sungai-sungai memancar di atas bukit-bukit yang gundul, dan membuat mata-mata air membual di tengah dataran; Aku akan membuat padang gurun menjadi telaga dan memancarkan air dari tanah kering.” Yesaya 45:8; 41:17, 18.

“Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia.” Yohanes 1:16.

“Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.” Matius 5:7.

Pada dasamya hati manusia adalah dingin, gelap dan tidak Mengasihi; kapan saja seseorang menyatakan roh kemurahan dan pengampunan, itu tidak dari dirinya, tetapi melalui pengaruh Roh Ilahi yang menggerakkan hatinya. “Kita mengasihi, karena Allah lebih dulu mengasihi kita.” 1 Yohanes 4:19.

Allah sendiri adalah sumber segala kemurahan. Nama-Nya “penyayang dan pengasih”. Keluaran 34:6. Dia tidak memperlakukan kita sebanding dengan kebaikan kita. Dia tidak bertanya apakah kita layak menerima kasih-Nya, tapi Dia curahkan kepada kita kekayaan kasih-Nya, untuk membuat kita layak. Dia tidak berupaya untuk menghukum, tetapi untuk menebus. Bahkan kekerasan yang Dia nyatakan melalui pemeliharaanNya, dinyatakan untuk keselamatan orang yang suka melawan. Dia rindu sekali untuk meringankan kesengsaraan manusia dan mempergunakan obat-Nya kepada luka mereka. Benar bahwa Allah “tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman” (Keluaran 34:7), tetapi Dia akan menyingkirkan kesalahan.

Orang yang murah hati “memperoleh sifat Ilahi,” dan di dalam diri mereka nyata kasih sayang Allah. Semua orang yang hatinya sesuai dengan Kasih Yang Tak Terbatas itu akan berupaya untuk memperbaiki dan bukan untuk mempersalahkan. Kristus yang berada di dalam jiwa adalah suatu mata air yang tidak pernah kering. Di mana Dia tinggal, di situ akan ada suatu kelimpahan dari kemurahan hati.

Terhadap seruan orang-orang yang bersalah, dicobai dan korban yang menderita karena keinginan dan dosa, orang Kristen tidak boleh bertanya, Apakah mereka layak? Tapi, Bagaimanakah saya daparmenolong mereka? Dalam diri orang yang paling menderita, paling hina, dia melihat jiwa-jiwa yang akan diselamatkan kematian Kristus dan untuk merekalah Allah telah memberikan kepada anak-anak-Nya pekerjaan mendamaikan.

Orang yang murah hati adalah mereka yang menyatakan kasih sayang kepada orang miskin, orang yang menderita dan tertindas. Ayub menyatakan, “Karena aku menyelamatkan orang sengsara yang berteriak minta tolong, juga anak piatu yang tidak ada pe-nolongnya; aku mendapat ucapan berkat dari orang yang nyaris binasa, dan hati orang janda kubuat bersukaria; aku berpakaian kebenaran dan keadilan menutupi aku seperti jubah dan serban; aku menjadi mata bagi orang buta, dan kaki bagi orang lumpuh; aku menjadi bapa bagi orang miskin, dan perkara orang yang tidak kukenal, kuselidiki.” Ayub 29:12-16.

Banyak orang yang baginya kehidupan adalah suatu pergumulan yang menyakitkan; mereka merasakan kekurangan mereka dan merasa sengsara dan tidak percaya; mereka pikir mereka tidak mempunyai apa-apa untuk disyukuri. Kata-kata ramah, pandangan simpati, pernyataan penghargaan, kepada banyak orang yang sedang bergumul dan kesunyian akan bagaikan semangkuk air kepada orang dahaga. Perkataan simpati, perbuatan baik, akan mengangkat beban berat yang menekan bahu orang-orang lelah. Dan setiap kata atau perbuatan baik yang tidak mementingkan diri adalah suatu pernyataan kasih Kristus untuk umat manusia yang sesat.

Orang yang murah hati “akan beroleh kemurahan.” “Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum.” Amsal 11:25. Ada kedamaian man is bagi roh yang penuh kasih sayang, suatu kepuasan yang menyenangkan dalam kehidupan pelayanan yang melupakan diri untuk kebaikan orang-orang lain. Roh Kudus yang tinggal dalam jiwa dan dinyatakan dalam kehidupan akan melunakkan hati yang keras dan membangkitkan simpati dan kelemahlembutan. Engkau akan menuai yang engkau tabur. “Berbahagialah orang yang memperhatikan orang lemah! . . . Tuhan akan melindungi dia dan memelihara nyawanya, sehingga ia disebut berbahagia di bumi; Eng-kau takkan membiarkan dia dipermainkan musuhnya! Tuhan membantu dia di ranjangnya waktu sakit; di tempat tidurnya Kaupulihkan sama sekali dari sakitnya.” Mazmur 41:1-4.

Dia yang telah memberikan hidupnya kepada Allah dalam pelayanan untuk anak-anak-Nya dihubungkan dengan Dia yang mempunyai segala sumber yang tersedia di alam semesta. Hidupnya diikat oleh rantai emas janji abadi dengan kehidupan Allah. Tuhan tidak akan menggagalkannya pada waktu sedang menderita dan memerlukan sesuatu. “Aliahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.” Filipi 4:19. Dan pada saat keperluan akhir orang yang murah hati akan menemukan tempat perlindungan dalam kemurahan Juruselamat yang penuh kasih sayang itu, dan akan diterima ke tempat yang abadi.

“Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.” Matius 5:8.

Orang Yahudi begitu ketat terhadap kesucian hukum upacara sehingga peraturan-peraturan me-reka sangat memberatkan. Pikiran mereka diisi oleh peraturan-peraturan, pembatasan-pembatasan dan ketakutan akan kecemaran lahiriah, dan mereka tidak melihat noda yang diberikan kepentingan diri dan kedengkian kepada jiwa.

Yesus tidak menyebutkan kemurnian upacara ini sebagai syarat untuk memasuki kerajaan-Nya, tetapi menunjukkan perlunya kemurnian hati. Hikmat yang dari atas “adalah pertamatama murni.” Yakobus 3:17. Ke dalam kota Allah tidak masuk orang-orang yang cemar. Semua yang menjadi penghuninya adalah orang-orang yang telah mumi hatinya semasih di dunia ini. Di dalam diri orang yang belajar tentang Yesus akan nyata suatu kebencian yang berkembang terhadap sikap sembarangan, bahasa yang tak pantas, dan pikiran yang kasar. Apabila Kristus tinggal di dalam hati akan terdapat kemurnian dan kehalusan pikiran dan perilaku.

Tetapi kata-kata Yesus, ‘’Berbahagialah orang yang suci hatinya,” mempunyai arti yang lebih dalam — bukan hanya suci dalam perasaan di mana dunia memahami kesucian, bebas dari hawa nafsu badani, suci dari nafsu berahi, tetapi benar di dalam maksud-maksud yang tersembunyi dan motif-motif jiwa, bersih dari kesombongan dan memikirkan diri sendiri, rendah hati, tidak mementingkan diri, dan mumi seperti anak-anak.

Hanya kesukaan yang dapat menghargai kesukaan. Kecuali engkau menerima di dalam hidupmu prinsip kasih pengorbanan diri, yakni prinsip tabiat-Nya engkau tak dapat mengenal Allah. Hati yang ditipu oleh Setan, melihat Allah sebagai seorang oknum yang kejam dan tidak berbelas kasihan; bertabiat manusia yang mementingkan diri, bahkan sampai menganggap Setan sendirilah Pencipta yang penuh kasih itu, “Engkau menyangka,” kata-Nya, “bahwa Aku ini sede-rajat dengan eng-kau.” Mazmur 50:21. Tuntunan-Nya ditafsirkan sebagai pernyataan sifat sewenang-wenang dan balas dendam. Demikian juga dengan Alkitab, gudang perbendaharaan kekayaan kasih karunia-Nya. Kemuliaan kebenarannya, yang menjulang setinggi langit, dan menunjuk kepada kekekalan, tak dapat dilihat. Kristus sendiri telah dianggap oleh sebagian besar umat manusia “sebagai tunas dari tanah kering,” dan “rupa pun tidak” mereka lihat dalam Dia sehingga mereka “menginginkan-Nya.” Yesaya 53:2. Ketika Yesus berada di antara manusia, penyataan Allah dalam umat manusia, para ahli Taurat dan orang Farisi menyatakan kepada-Nya, “Engkau orang Samaria dan kerasukan Setan?” Yohanes 8:48. Bahkan murid-murid-Nya sangat dibutakan oleh kepentingan diri sendiri sehingga mereka lamban memahami Dia yang telah datang menyatakan kasih Allah kepada mereka. Itulah yang menyebabkan Yesus berjalan kesunyian di tengah-tengah manusia. Hanya di surgalah Dia dipahami sepenuhnya.

Apabila Kristus datang dalam kemuliaan-Nya, orang-orang jahat tidak tahan melihat-Nya. Terang kehadiran-Nya, yakni kehidupan bagi mereka yang mengasihi-Nya adalah kematian bagi orang-orang yang tidak beriman. Pengharapan akan kedatangan-Nya bagi mereka adalah “kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat yang akan menghanguskan.” Ibrani 10:27. Apabila Dia muncul, mereka akan berdoa supaya disembunyikan dari wajah Dia yang mati untuk menebus mereka.

Tetapi kepada hati yang telah disucikan melalui tinggalnya Roh Kudus segalanya berubah. Ini dapat mengenal Allah. Musa disembunyikan di celah batu ketika kemuliaan Tuhan dinyatakan kepadanya; dan begitulah kita disembunyikan di dalam Kristus sehingga kita melihat kasih Allah.

“Orang yang mencintai kesucian hati dan yang manis bicaranya menjadi sahabat raja.” Amsal 22:11. Oleh iman kita melihat-Nya sekarang di dunia ini. Dalam pengalaman kita sehari-hari kita melihat kebaikan dan rahmat-Nya dalam ujud pemeliharaan-Nya. Kita mengenal-Nya dalam tabiat AnakNya. Roh Kudus membawa kebenaran tentang Allah dan Dia yang telah Dia utus, dan membukanya kepada pengertian dan kepada hati. Orang yang suci hatinya melihat Allah dalam suatu hubungan yang baru dan penuh kasih sayang seperti Penebus mereka; dan sementara mereka melihat kesucian dan keindahan tabiat-Nya, mereka rindu untuk memantulkan gambar-Nya. Mereka melihat-Nya sebagai seorang Bapa yang rindu memeluk seorang anak yang bertobat, dan hati mereka penuh dengan sukacita yang tak terkatakan dan penuh kemuliaan.

Orang yang suci hatinya melihat Pencipta itu dalam hasil pekerjaan tangan-Nya yang perkasa, dalam benda-benda yang indah yang meliputi alam semesta. Dalam firman-Nya yang tertulis mereka baca dengan deretan yang lebih jelas penyataan tentang kemurahan-Nya, kebaikan dan kasih karunia-Nya. Kebenaran yang disembunyikan dari orang bijak dan arif dinyatakan kepada orang-orang yang sederhana. Keindahan dan harga kebenaran yang tidak dilihat oleh orang bijaksana duniawi senantiasa dibukakan kepada mereka yang mempunyai keinginan yang penuh keyakinan dan lugu seperti anak-anak untuk mengetahui dan melakukan kehendak Allah. Kita melihat kebenaran dengan ikut ambil bagian dalam sifat Ilahi.

Orang yang suci hatinya hidup seperti di hadirat Allah selama waktu yang Dia berikan kepada mereka di dunia ini. Dan mereka juga akan melihat-Nya muka dengan muka pada masa mendatang, keadaan abadi, seperti yang dilakukan Adam ketika dia berjalan dan berbicara dengan Allah di Eden. “Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samarsamar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka.” 1 Korintus 13:12.

“Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” Matius 5:9.

Kristus adalah “Raja Damai” (Yesaya 9:6), dan misi-Nyalah untuk memulihkan damai ke bumi dan surga yang telah dirusak dosa. ‘’Kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera de-ngan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.” Roma 5:1. Barang siapa setuju meninggalkan dosa dan membuka hatinya kepada kasih Kristus, menjadi seorang yang memperoleh kedamaian surga.

Tidak ada dasar kedamaian lain daripada ini. Kasih karunia Kristus yang diterima dalam hati, menundukkan permusuhan; itu menghilangkan perselisihan dan memenuhi jiwa dengan kasih. Orang yang berdamai dengan Allah dan sesama manusia tidak bisa dibuat sengsara. Dengki tidak akan ada dalam hatinya; sangkaan-sangkaan jahat tidak mendapat tempat dalam hatinya; kebencian tidak ada. Hati yang sesuai dengan Allah memperoleh damai surga dan akan menyebarkan pengaruhnya yang menyenangkan di sekitarnya. Roh kedamaian akan turun bagaikan embun ke hati yang lelah dan disusahkan oleh perselisihan-perselisihan duniawi.

Para pengikut Kristus diutus ke dunia dengan pekabaran damai. Barang siapa, oleh pengaruh kehidupan suci secara diamdiam dan tak sadar menyatakan kasih Kristus; barang siapa, oleh perkataan atau perbuatan, memimpin orang lain untuk meninggalkan dosa dan menyerahkan hatinya kepada Allah, adalah pembawa damai.

Dan “berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” Roh kedamaian adalah bukti dari hubungan mereka dengan surga. Rasa manis dari Kristus mengelilingi mereka. Keharuman hidup, keindahan tabiat, menyatakan fakta ke dunia bahwa mereka adalah anakanak Allah. Manusia memerlukan pengetahuan dari mereka yang telah bersama-sama dengan Yesus. “Setiap orang yang mengasihi lahir dari Allah.” “Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus,” tetapi “semua orang, yang dipimpin Roh Aah, adalah anak Allah.” 1 Yohanes 4:7; Roma 8:9, 14.

“Maka sisa-sisa Yakub akan ada di tengah-tengah banyak bangsa seperti embun dari pada Tuhan, seperti dirus hujan ke atas tumbuh-tumbuhan yang tidak menanti-nantikan orang dan tidak mengharap-harapkan anak manusia.” Mikha 5:6.

“Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya kerajaan surga.” Matius 5:10.

Yesus tidak memberikan kepada para pengikut-Nya pengharapan untuk memperoleh kemuliaan dan kekayaan duniawi, dan untuk memperoleh suatu kehidupan yang bebas dari pencobaan, tetapi Dia memperkenalkan kepada mereka hak istimewa untuk berjalan dengan Guru mereka pada jalan penyangkalan diri dan celaan, karena dunia tidak mengenal mereka.

Dia yang datang untuk menebus dunia yang berdosa ditentang oleh kekuatan-kekuatan yang terpadu dari musuh-musuh Allah dan manusia. Dalam persekutuan yang tidak berbelas kasihan, orang-orang jahat dan malaikat-malaikat jahat mempersiapkan diri mereka melawan Raja Damai itu. Walaupun setiap firman dan tindakan-Nya meniupkan kasih Ilahi, ketidakserupaan-Nya dengan dunia menimbulkan permusuhan yang paling sengit. Karena Dia tidak akan memberi izin untuk mengumbar hawa nafsu kebiasaan kita, bangkitlah perlawanan dan permusuhan yang paling sengit. Begitulah dengan semua orang yang akan hidup suci di dalam Kristus Yesus. Antara kebenaran dan dosa, kasih dan kebencian, keaslian dan kepalsuan terdapat pertentangan yang tidak dapat ditahan. Apabila seseorang menunjukkan kasih Kristus dan indahnya kesucian, dia sedang menjauhkan warga-warga kerajaan Setan, dan raja kejahatan muncul untuk menentangnya. Penganiayaan dan celaan menunggu semua orang yang dikaruniai dengan Roh Kristus. Sifat penganiayaan berubah dengan zaman, tetapi prinsipnya — roh yang mendasa-rinya — adalah roh yang sama yang telah membantai orang-orang pilihan Tuhan sejak zaman Habel.

Apabila manusia berupaya rukun dengan Allah, akan mereka dapati bahwa serangan terhadap salib itu tidak berhenti. Kerajaan dan kuasa dan roh-roh jahat di tempat-tempat yang tinggi dipersiapkan melawan semua orang yang menurut kepada hukum surga. Itu sebabnya, sebegitu jauh menyebabkan dukacita, penganiayaan harus membawa sukacita kepada murid-murid Kristus, karena itu merupakan bukti bahwa mereka tengah mengikuti langkah-langkah Guru mereka.

Walaupun Tuhan tidak menjanjikan kebebasan dari pencobaan kepada umat-Nya, Dia telah menjanjikan yang jauh lebih baik. Dia telah mengatakan, “Selama umurmu kiranya kekuatanmu.” “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Ulangan 33:25; 2 Korintus 12:9. Jika engkau dipanggil supaya pergi melewati perapian yang menyala-nyala untuk kepentingan-Nya, Yesus akan hadir di sampingmu sebagaimana Dia bersama-sama dengan ketiga orang muda yang setia di Babel itu. Mereka yang mengasihi Penebus mereka akan bersukacita pada setiap kesempatan bersama Dia menanggung penghinaan dan celaan. Kasih yang mereka tujukan kepada Tuhan mereka membuat penderitaan untuk kepentingan-Nya manis.

Sepanjang zaman Setan telah menganiaya umat Allah. Dia telah menyiksa mereka dan membunuh mereka, tetapi dalam kematian mereka menjadi para pemenang. Mereka nyatakan dalam iman mereka yang kukuh Seseorang yang lebih kuat daripada Setan. Setan dapat menyiksa dan membunuh tubuh, tetapi dia tidak dapat menjamah kehidupan yang disembunyikan dengan Kristus di dalam Allah. Dia dapat mengurung dalam tembok-tembok penjara, tetapi dia tidak dapat mengikat semangat atau roh. Mereka dapat melihat melewati kegelapan sampai kepada kemuliaan, seraya berkata, “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.” “Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar daripada penderitaan kami. Roma 8:18; 2 Korintus 4:17.

Lewat penderitaan dan penganiayaan, kemuliaan — tabiat Allah dinyatakan dalam orang-orang pilihan-Nya. Gereja Allah yang dibenci dan dianiaya oleh dunia sedang dididik dan didisiplin dalam sekolah Kristus. Mereka berjalan di jalan-jalan sempit di dunia; mereka disucikan dalam api penderitaan. Mereka mengikut Kristus melalui pertentangan-pertentangan yang menyakitkan; mereka menjalani penyangkalan diri dan mengalami kekecewaan yang pahit; tetapi pengalaman mereka yang menyakitkan itu mengajarkan kepada mereka kesalahan dan kesusahan dari dosa, dan mereka melihatnya dengan kebencian. Mengambil bagian dalam penderitaan Kristus, berarti dipersiapkan akan mengambil bagian dalam kemuliaan-Nya. Dalam penglihatan yang suci nabi itu melihat kemenangan umat Allah. Dia berkata, “Dan aku melihat sesuatu bagaikan lautan kaca bercampur api, dan di tepi lautan kaca itu berdiri orangorang yang telah mengalahkan binatang itu dan patungnya dan bilangan namanya. Pada mereka ada kecapi Allah. Dan mereka menyanyikan nyanyian Musa hamba Allah, dan nyanyian Anak Domba, bunyinya: Besar dan ajaib segala pekerjaan-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa! Adil dan benar segala jalanMu, ya Raja segala bangsa.” “Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar, dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba. Karena itu mereka berdiri di hadapan takhta dan melayani Dia siang malam di Bait Suci-Nya. Dan Ia yang duduk di atas takhta itu akan membentangkan kemah-Nya di atas mereka.” Wahyu 15:2, 3; 7:14, 15.

“Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela.” Matius 5:11.

Sejak kejatuhannya, Setan telah bekerja dengan alat-alat penipuan. Sebagaimana dia telah salah menggambarkan Allah, begitulah lewat para wakilnya, dia salah menggambarkan anakanak Allah. Juruselamat itu mengatakan, “Sebab oleh karena Engkaulah aku menanggung cela, noda meliputi mukaku.” Mazmur 69:8. Dengan cara yang sama celaan-celaan itu datang kepada murid-murid-Nya.

Tidak pernah ada orang yang berjalan di antara manusia yang difitnah lebih kejam daripada Anak manusia itu. Dia diejek dan diolok karena penurutan-Nya yang teguh kepada prinsip-prinsip hukum Allah yang suci. Mereka membenci-Nya tanpa sebab. Namun Ia berdiri tenang di hadapan musuh-musuh-Nya, menyatakan bahwa celaan adalah bagian dari warisan Kristen, menasihati para pengikut-Nya bagaimana menghadapi kedengkian, meminta mereka jangan lemah di dalam penganiayaan.

Walaupun fitnah dapat menurunkan reputasi, ia tak dapat menodai tabiat. Ia berada dalam pemeliharaan Allah. Selama kita tidak setuju untuk berdosa, tidak ada kuasa, apakah itu kuasa manusia atau Setan, yang dapat membawa noda kepada jiwa. Seseorang yang hatinya tetap kepada Allah sama saja baginya pada saat ia mengalami derita yang paling menyakitkan dan lingkungannya yang paling mengecewakan dengan saat ia dalam kemakmuran, ketika terang dan karunia Allah tampaknya berada padanya. Kata-katanya, motifnya, tindakannya, bisa digambarkan dengan salah dan dipalsukan, tetapi ia tidak peduli, karena dia mempunyai perhatian yang lebih besar untuk dipertaruhkan. Seperti Musa, dia bertahan “sama seperti ia \ melihat apa yang tidak kelihatan” (Ibrani 11:27); melihat “yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara” (2 Korintus 4:18).

Kristus mengetahui semua yang disalahartikan dan disalahgambarkan oleh manusia. Anak-anak-Nya sanggup menunggu dengan kesabaran dan keyakinan yang tenang betapa dihina dan dianggap rendah pun mereka itu, karena tidak ada rahasia yang tidak akan dinyatakan, dan mereka yang menghormati Allah akan dihormati oleh-Nya di hadapan manusia dan malaikat-malaikat.

“Jika karena Aku, kamu dicela dan dianiaya”, kata Yesus, “berbahagialah kamu.” Dan Dia tunjukkan kepada para pendengar-Nya para nabi yang telah berbicara dalam nama Tuhan, sebagai “teladan penderitaan dan kesabaran.” Yakobus 5:10. Habel, orang Kristen pertama dari anak-anak Adam, mati syahid. Henokh berjalan dengan Allah, dan dunia tidak mengenalnya. Nuh diejek sebagai seorang fanatik dan seorang yang membuat gelisah. Ada pula yang diejek dan didera, bahkan yang dibelenggu dan dipenjarakan. Orang-orang lain membiarkan dirinya disiksa dan tidak mau menerima pembebasan, supaya mereka beroleh kebangkitan yang lebih baik.” Ibrani 11:36, 35.

Pada setiap zaman para utusan pilihan Allah telah dicela dan dianiaya, namun lewat penderitaan mereka pengetahuan akan Allah telah disebarluaskan. Setiap murid Kristus harus terjun ke dalam barisan itu dan melaksanakan pekerjaan yang sama, karena ia tahu bahwa musuhnya tak dapat berbuat apa-apa menentang kebenaran, tetapi justru untuk kebenaran. Allah bermaksud supaya kebenaran dinyatakan dan menjadi pokok ujian dan diskusi, bahkan melalui hinaan yang diberikan kepada kebenaran itu. Pikiran orang harus digerakkan, setiap pertentangan, setiap celaan, setiap upaya untuk membatasi kebebasan hati nurani, adalah alat Allah untuk membangunkan pikiran yang tanpa itu bisa tertidur.

Betapa sering akibat ini telah kelihatan dalam sejarah para utusan Allah! Ketika Stefanus yang mulia dan fasih bicara itu dilempari hingga mati atas anjuran majelis Sanhedrin, tidak ada kerugian kepada pekerjaan Injil. Terang surga yang memuliakan wajahnya, belas kasihan Ilahi yang disebutkan dalam doanya pada waktu mau meninggal adalah bagaikan sebuah panah keyakinan yang tajam kepada anggota Sanhedrin fanatik yang siap siaga itu, dan Saul, Farisi penganiaya itu menjadi alat terpilih pembawa nama Kristus di hadapan orang-orang bukan Yahudi dan raja-raja dan bani Israel. Dan lama sesudah itu Paulus yang lanjut usia itu menulis dari penjara Roma: “Ada orang yang memberitakan Kristus karena dengki dan perselisihan. . . dengan maksud yang tidak ikhlas sangkanya dengan demikian mereka memperberat bebanku. . . . Tetapi tidak mengapa, sebab bagaimanapun juga, Kristus diberitakan, baik dengan maksud palsu maupun dengan jujur.” Filipi 1:15-18. Dengan dipenjarakannya Paulus Injil disebarluaskan, dan jiwajiwa ditarik kepada Kristus di istana Kaisar sendiri. Oleh upaya Setan untuk membinasakannya, benih firman Allah “yang tidak fana”, “yang hidup dan yang kekal” (1 Petrus 1:23), ditaburkan di dalam hati manusia; lewat celaan dan penganiayaan kepada anak-anak-Nya nama Kristus dibesarkan dan jiwa-jiwa diselamatkan.

Besarlah di surga upah orang-orang yang menyaksikan Kristus lewat penganiayaan dan celaan. Sementara manusia mencari harta duniawi, Yesus me nunjukkan upah surga kepada mereka. Tetapi Dia tidak menempatkan itu semua dalam kehidupan mendatang; itu dimulai dari dunia ini. Pada zaman dulu kala Tuhan menampakkan diri kepada Abraham dan berkata, “Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar.” Kejadian 15:1. Inilah upah semua orang yang mengikut Kristus. Yahwe Immanuel — “di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan,” “dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan Keallahan” (Kolose 2:3, 9) supaya simpati kepadaNya, supaya mengenal-Nya, supaya memiliki-Nya, apabila hati semakin dibukakan untuk menerima sifat-sifat-Nya; untuk mengetahui kasih dan kuasa-Nya, untuk memperoleh kekayaan Kristus yang tak terselidiki itu, untuk lebih memahami “betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah” (Efesus 3:18, 19) — “inilah yang menjadi bagian hamba-hamba Tuhan dan kebenaran yang mereka terima dari pada-Ku, demikianlah firman Tuhan.” Yesaya 54:17.

Sukacita inilah yang memenuhi hati Paulus dan Silas ketika mereka berdoa dan menyanyi memuji Allah pada waktu tengah malam di penjara Filipi. Kristus di samping mereka dalam penjara, dan cahaya kehadiran-Nya menyinari kegelapan dengan kemuliaan istana surga. Dari Roma, Paulus menulis, tanpa menghiraukan belenggunya apabila dia melihat tersebarnya Injil itu, “Tentang hal itu aku bersukacita. Dan aku akan tetap bersukacita.” Filipi 1:18. Dan kata-kata Kristus sendiri di atas menggema kembali dalam pekabaran Paulus kepada gereja Filipi, di tengah-tengah penganiayaan mereka, “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!”

“Kamu adalah garam dunia.” Matius 5:13.

Garam berharga karena khasiatnya yang mengawetkan; dan apabila Allah menyebutkan anak-anak-Nya garam, Dia mengajarkan bahwa maksud-Nya membuat mereka tujuan kasih karunia-Nya adalah mereka menjadi wakil-wakil untuk menyelamatkan orang-orang lain. Tujuan Allah dalam memilih suatu umat di hadapan seluruh dunia bukan hanya Dia dapat mengangkat mereka sebagai putra-putri-Nya, tetapi melalui mereka dunia dapat menerima kasih karunia yang membawa keselamatan. Titus 2:11. Ketika Tuhan memilih Abraham, ia bukan hanya menjadi teman khusus Allah, tetapi menjadi perantara dari hak-hak istimewa yang dirindukan Tuhan untuk diberikan kepada bangsa-bangsa. Yesus dalam doa-Nya terakhir dengan murid-murid-Nya sebelum penyaliban-Nya, berkata, “Dan Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya mereka pun dikuduskan dalam kebenaran.” Yohanes 17:19. Demikian juga orang-orang Kristen yang disucikan melalui kebenaran akan memiliki sifat-sifat yang menyelamatkan yang melindungi dunia dari kerusakan moral sama sekali.

Garam harus bercampur dengan bahan ke mana garam itu dimasukkan atau dicampurkan; garam itu harus masuk dan meresap supaya mengawetkan. Demikian juga lewat kontak pribadi dan pergaulan manusia dijangkau oleh kuasa Injil yang menyelamatkan. Mereka tidak diselamatkan secara ramairamai, tetapi secara perseorangan. Pengaruh pribadi adalah suatu kuasa. Kita harus datang dekat kepada mereka yang kita inginkan beroleh manfaat.

Khasiat garam menggambarkan kuasa penting dari orang Kristen -kasih Yesus dalam hati, kebenaran Kristus meliputi kehidupan. Kasih Kristus bersifat menyebar dan agresif. Jika kasih itu tinggal dalam diri kita, itu akan mengalir kepada orang lain. Kita akan datang mendekati mereka hingga hati mereka diha-ngatkan oleh perhatian dan kasih kita yang tidak mementingkan diri. Orang-orang percaya yang tulus hati menyebarkan tenaga yang sangat penting, yang menerobos dan memberikan kuasa moral baru kepada jiwa-jiwa untuk siapa mereka bekerja. Bukan kuasa manusia itu sendiri, tetapi kuasa Roh Kudus yang melakukan pekerjaan yang mengubah itu.

Yesus menambahkan amaran khidmat itu: “jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia dia-sinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.”

Setelah mereka dengar kata-kata Kristus itu, orang-orang tersebut dapat melihat garam putih berkiiau-kilauan di jalan di mana itu telah dibuang karena sudah tawar dan tidak ada lagi gunanya. Itu baik menggambarkan keadaan orang Farisi dan pengaruh agama mereka kepada masyarakat. Itu menggambarkan kehidupan setiap orang dari siapa kuasa kasih karunia Allah telah pergi dan yang telah menjadi dingin dan tanpa Kristus. Apa pun profesinya, orang yang demikian dianggap manusia dan malaikat-malaikat sebagai orang tidak menarik dan tidak menyenangkan. Kepada orang yang demikianlah Kristus berkata: “Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.” Wahyu 3:15, 16.

Tanpa iman yang hidup dalam Kristus sebagai Juruselamat pribadi tidak mungkin membuat pengaruh kita dirasakan dalam dunia yang skeptis. Kita tidak dapat memberikan kepada orang lain apa yang kita sendiri tidak miliki. Itu selaras dengan kesetiaan dan pengabdian kita kepada Kristus sehingga kita menggunakan pengaruh untuk memberkati dan mengangkat umat manusia. Jika tidak ada pelayanan yang sungguh-sungguh, tidak ada kasih sejati, tidak ada kenyataan pengalaman, tidak ada kuasa untuk menolong, tidak ada hubungan dengan surga, tidak ada khasiat Kristus dalam kehidupan. Kecuali Roh Kudus dapat menggunakan kita sebagai wakil-wakil yang menyampaikan kebenaran seperti yang terdapat dalam Yesus, kita bagaikan garam yang telah tawar dan sama sekali tidak berguna. Oleh kurangnya kita memiliki kasih karunia Kristus, kita menyaksikan kepada dunia bahwa kebenaran yang kita nyatakan supaya dipercayai tidak mempunyai kuasa yang menyucikan; dan dengan demikian, sepanjang pengaruh kita bekerja, kita membuat firman Allah tidak berhasil. “Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada fae-dahnya bagiku.” 1 Korintus 13:1-3.

Apabila kasih memenuhi hati, itu akan mengalir kepada orang-orang lain, bukan karena kebaikan hati yang diterima dari mereka, tetapi karena kasih adalah prinsip perbuatan. Kasih mengubah tabiat, menguasai gerakan hati, menaklukkan musuh, dan memuliakan kasih sayang. Kasih ini seluas alam semesta, dan selaras dengan para malaikat pekerja. Dihargai dalam hati, itu mempermanis seluruh kehidupan, dan mencurahkan berikutnya kepada sekelilingnya. Ini dan hanya inilah, yang dapat membuat kita garam dunia.

“Kamu adalah terang dunia.” Matius 5:14.

Apabila Yesus mengajar orang, Dia membuat pelajaranpelajaran-Nya menarik dan menguasai perhatian para pendengar-Nya dengan ilustrasi-ilustrasi biasa dari pemandangan alam di sekitar mereka. Walaupun masih pagi orang-orang telah berkumpul. Matahari terang-benderang yang semakin tinggi di langit biru menghalau bayang-bayang gelap yang mengendap di lembah-lembah dan di antara ngarai gunung-gunung. Keindahan langit sebelah timur belum pudar. Cahaya matahari memenuhi bumi de-ngan keindahannya; permukaan danau yang tenang memantulkan cahaya yang keemas-emasan dan mencerminkan awan pagi yang kemerah-merahan. Setiap kuncup, bunga dan tangkai berdaun berkilau-kilauan dengan tetesantetesan embun. Alam tersenyum dengan ucapan syukur akan hari yang baru, dan burung-burung berkicau merdu di antara pepohonan. Juruselamat itu melihat ke rombongan orang di depan-Nya, kemudian ke matahari yang terbit, dan berkata kepada murid-murid-Nya, “kamu adalah terang dunia.” Sebagaimana matahari berjalan melaksanakan tugas kasihnya, menghalau naungan malam dan membangunkan dunia kepada kehidupan, demikian juga para pengikut Kristus harus pergi melaksanakan misi mereka, menyebarkan terang surga kepada orang-orang yang di dalam kegelapan kesalahan dan dosa.

Dalam cahaya pagi yang cemerlang itu, kota-kota dan kampung-kampung di bukit-bukit sekitarnya jelas kelihatan berdiri megah, membuat suatu wajah pemandangan yang menarik. Sambil menunjuk kepada pemandangan itu, Yesus berkata, “Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.” Lalu Dia tambahkan, “Lagi pula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.” Kebanyakan mereka yang mende-ngar kata-kata Yesus adalah petani dan nelayan yang rumahnya hanya mempunyai satu kamar, di mana pelita satu-satunya itu diletakkan untuk menerangi seluruh rumah. Kemudian, kata Yesus, “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga.”

Tidak ada terang lain yang telah menerangi atau akan menerangi manusia berdosa kecuali yang berasal dari Kristus. Yesus, Juruselamat itu, adalah terang satu-satunya yang dapat menerangi kegelapan dunia yang ada di dalam dosa. Tentang Kristus dituliskan, “Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.” Yohanes 1:4. Dengan menerima kehidupanNyalah murid-murid-Nya dapat menjadi pembawa terang. Kehidupan Kristus yang di dalam jiwa, kasih-Nya yang dinyatakan dalam tabiat, akan membuat mereka menjadi terang dunia.

Dalam diri umat manusia tidak ada terang. Terpisah dari Kristus kita adalah bagaikan lilin kecil yang tidak menyala, bagaikan bulan ketika wajahnya dipalingkan dari matahari; kita tidak mempunyai seberkas cahaya pun untuk dipancarkan ke dalam kegelapan dunia. Tetapi apabila kita menghadap kepada Matahari Kebenaran, apabila kita berhubungan dengan Kristus, seluruh jiwa diterangi dengan cahaya kehadiran Ilahi.

Para pengikut Kristus harus melebihi sebuah terang di tengah-tengah manusia. Mereka adalah terang dunia. Yesus berkata kepada semua yang telah menyebut nama-Nya, Kamu telah memberikan dirimu kepada-Ku, dan Aku telah memberikan kamu kepada dunia sebagai utusan-utusan-Ku. Sebagaimana Bapa telah mengutus-Nya ke dunia, begitu juga Dia menyatakan, “Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia.” Yohanes 17:18. Sebagaimana Kristus adalah saluran untuk menyatakan Bapa itu, begitu juga kita harus menjadi saluran untuk menyatakan Kristus. Walaupun Juruselamat kita itu adalah sumber terang yang besar, jangan lupa hai orang Kristen, Dia dinyatakan lewat umat manusia. Berkat-berkat Allah diberikan lewat perantara manusia. Kristus sendiri datang ke dunia sebagai Anak manusia. Umat manusia, disatukan dengan sifat Ilahi, harus menyentuh umat manusia. Gereja Kristus, setiap murid dari Guru Besar itu, adalah saluran yang diangkat surga untuk menyatakan Allah kepada manusia. Melalui engkau malaikatmalaikat kemuliaan menunggu untuk memberitakan terang dan kuasa surga kepada jiwa-jiwa yang segera akan binasa. Apakah wakil manusia akan gagal menyelesaikan pekerjaannya yang ditentukan itu? Oh, sedikit banyaknya dunia dirampas dari pengaruh Roh Kudus yang dijanjikan itu!

Tetapi Yesus tidak meminta murid-murid itu “Berjuang membuat terangmu bercahaya.” Dia berkata, “Biarlah terangmu bercahaya.” Jika Kristus tinggal dalam hati, tidak mungkin untuk menyembunyikan terang kehadiran-Nya. Jika orangorang yang mengaku pengikut Kristus bukan terang dunia, itu disebabkan kuasa yang sangat penting itu telah meninggalkan mereka; jika mereka tidak memiliki terang untuk diberikan, itu disebabkan mereka tidak memiliki hubungan dengan Sumber terang.

Sepanjang zaman “Roh Kristus, yang ada di dalam mereka” (1 Petrus 1:11) telah membuat anak-anak Allah yang benar menjadi terang dalam generasi mereka. Yusuf adalah pembawa terang di Mesir. Dalam kesucian, kebajikan dan kasihnya sebagai seorang anak dia memperkenalkan Kristus di tengah-tengah bangsa penyembah berhala. Sementara bangsa Israel dalam perjalanan keluar dari Mesir menuju Negeri Perjanjian, orangorang yang benar hatinya dari antara mereka adalah terang kepada bangsa-bangsa di sekitarnya. Melalui mereka Allah dinyatakan kepada dunia. Dari Daniel dan teman-temannya di Babel, dan dari Mordekhai di Persia, sinar terang bercahaya di tengah-tengah kegelapan istana-istana raja. Demikian jugalah murid-murid Kristus ditentukan sebagai pembawa terang di jalan menuju surga; melalui mereka rahmat dan kebaikan Bapa dinya-takan ke dunia yang diselubungi kegelapan salah pengertian tentang Allah. Oleh melihat pekerjaan baik mereka, orangorang lain dipimpin untuk memuliakan Bapa yang di atas; karena itu menyatakan ada Allah di atas takhta alam semesta yang tabiatnya patut dipuji dan ditiru. Kasih Ilahi yang bersinar dalam hati, keselarasan tabiat Kristus yang nyata dalam hidup adalah bagaikan sekilas pandang dari surga yang ditujukan kepada manusia di dunia, agar mereka dapat menghargai keunggulannya.

Dengan demikian manusia dipimpin untuk mempercayai “kasih Allah kepada kita.” 1 Yohanes 4:16. Jadi hati yang pernah berdosa dan jahat disucikan dan diubah, supaya dinyatakan “tak bernoda dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaan-Nya.” Yudas 1:24.

Kata-kata Juruselamat, “Kamu adalah terang dunia,” menunjukkan fakta bahwa Dia telah menyerahkan misi yang meliputi seluruh dunia kepada para pengikut-Nya. Pada zaman Kristus, sifat mementingkan diri, kesombongan dan prasangka telah membangun tembok pemisah yang kuat dan tinggi di antara para wali peramal yang diangkat dan setiap bangsa lain di atas bumi. Tetapi Juruselamat itu telah datang untuk mengubah semua ini. Kata-kata yang didengar orang itu dari bibir-Nya tidak seperti yang pernah mereka dengar dari imam atau rabi. Kristus merobohkan tembok pemisah, kasih diri, prasangka kebangsaan yang terbagi, dan mengajarkan kasih untuk semua keluarga manusia. Dia mengangkat manusia dari lingkungan sempit yang ditetapkan sifat mementingkan diri mereka; Dia menghapuskan semua pengotakan dan perbedaan masyarakat yang dibuat-buat. Dia tidak membuat perbedaan antara sesama dan orang asing, kawan dan lawan. Dia mengajar kita supaya menganggap setiap jiwa yang miskin sebagai sesama kita dan dunia sebagai ladang kita.

Sebagaimana sinar matahari menembusi sudut-sudut dunia yang paling terpencil, begitu juga Allah merencanakan terang Injil akan disampaikan kepada setiap jiwa di atas dunia. Jika gereja Kristus memenuhi maksud Tuhan kita, terang akan dipancarkan kepada semua orang yang duduk dalam kegelapan, dalam daerah dan bayang-bayang kematian. Ganti berkumpul bersama-sama dan mengelakkan beban tanggung jawab dan salib, anggota-anggota gereja akan tersebar ke seluruh negeri, membiarkan terang Kristus memancar dari mereka, bekerja seperti yang Dia lakukan untuk keselamatan jiwa-jiwa, dan “Injil kerajaan. itu” akan segera disampaikan ke seluruh dunia.

Jadi maksud Allah memanggil umat-Nya, dari Abraham di dataran Mesopotamia kepada kita pada zaman ini adalah untuk mencapai kegenapannya. Kata-Nya, “Aku . . . memberkati engkau, . . . dan engkau akan menjadi berkat.” Kejadian 12:2. Kata-kata Kristus melalui nabi Injil, yang menggema kembali dalam Khotbah di Atas Bukit adalah untuk kita pada generasi terakhir ini: “Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan Tuhan terbit atasmu.” Yesaya 60:1. Jika ke atas rohmu kemuliaan Tuhan terbit, jika engkau telah melihat keindahan-Nya yang “terindah dari yang berlaksa itu” dan Orang “yang elok sama sekali,” jika jiwamu telah bersinar-sinar di hadirat kemuliaan-Nya, kepadamulah kabar ini disampaikan Guru Besar itu. Sudahkah engkau berdiri dengan Kristus di atas bukit kemuliaan itu? Di dataran sana banyak jiwa yang diperbudak Setan; mereka sedang menunggu berita yang menguatkan iman dan doa untuk membebaskan mereka.

Kita bukan hanya merenungkan kemuliaan Kristus, tetapi juga menyatakan keunggulan-Nya. Yesaya bukan hanya melihat kemuliaan Kristus, tetapi dia juga menyatakan-Nya. Sementara Daud merenung, api menyala; lalu ia bicara dalam bahasanya. Sementara dia merenungkan kasih Allah yang ajaib itu dia hanya membicarakan apa yang dia lihat dan rasakan. Oleh iman siapa yang dapat melihat rencana penebusan yang ajaib itu, kemuliaan Putra Allah satu-satunya, dan tidak membicarakannya? Siapa yang dapat merenungkan kasih yang tak terukur yang telah dinyatakan di atas salib Golgota pada waktu kematian Kristus, agar kita tidak binasa, tetapi beroleh hidup yang kekal -siapa yang dapat melihat ini dan tidak mengeluarkan kata-kata untuk memuji kemuliaan Juruselamat itu?

“Di dalam bait-Nya setiap orang berseru: Hormat!” Mazmur 29:9. Penyanyi merdu Israel memuji Dia dengan kecapi, katanya: “Semarak kemuliaan-Mu yang agung dan perbuatanperbuatan-Mu yang ajaib akan kunyanyikan. Kekuatan perbuatan-perbuatan-Mu yang dahsyat akan diumumkan mereka, dan kebesaran-Mu hendak kuceritakan” Mazmur 145:5, 6.

Salib Golgota harus diangkat tinggi di atas manusia, memikat pikiran mereka dan memusatkan pemikiran mereka. Kemudian segala kemampuan rohaniah akan diisi dengan kuasa Ilahi yang langsung dari Allah. Lalu akan terjadi pemusatan tenaga dalam pekerjaan yang ikhlas untuk Guru Besar itu. Para pekerja akan menjadi sinar terang dunia, sebagai perantara yang hidup untuk menerangi bumi.

Oh, begitu scnang Kristus menerima setiap perantara manusia yang menyerah kepada-Nya. Dia membawa manusia ke dalam persatuaq dengan Ilahi supaya Dia dapat menceritakan kepada dunia rahasia kasih yang menjelma itu. Bicarakan itu, doakan itu, nyanyikan itu; sebarluaskan pekabaran tentang kemuliaan-Nya, dan lanjutkan terus ke daerah-daerah seberang.

Dengan sabar menderita kesusahan, dengan berterima kasih menerima berkat-berkat, dengan berani menentang pencobaan, kerendahan hati, kebaikan, kemurahan hati dan kasih yang dinyatakan dalam tabiat adalah terang yang bersinar dalam tabiat bertentangan dengan kegelapan hati yang mementingkan diri, yang ke dalamnya terang kehidupan belum pernah bersinar.