Kesimpulan

Dari analisis diatas kita telah melihat bahwa Qur’an tidak saja meneguhkan Kitab-kitab sebelumnya namun mengajak kaum Muslim untuk beriman pada mereka juga.

Kita telah melihat bahwa:

  1. Kaum Mu’min ditantang untuk menerima Kitab-kitab Allah sebelumnya (Surah 3:3)
  2. Allah yang menurunkan Kitab-kitab sebelumnya yaitu Taurat, Zabur dan Injil (Surah 5:44; 17:55; 5:46; 4:163; 21:105)
  3. Ahli Kitab (kaum Yahudi dan para pengikut Isa Al-Masih) tidak mengubah Kitab-kitab mereka, namun terkadang mereka yang tidak setia mengikutinya (Surah 3:110, 113-115; 2:113, 140; 3:187)
  4. Tidak ada ayat di dalam Qur’an yang menyatakan bahwa Alkitab sudah diubah-ubah (Surah 10:64)
  5. Kaum Muslim harus juga meyakini Kitab-kitab sebelumnya (Surah 2:4; 3:3; 2:136; 4:136; 5:48)
  6. Wahyu Allah tidak dapat diubah-ubah bahkan sekiranya manusia berusaha mengubahnya (Surah 6:34, 115; 10:64)
  7. Ahli Kitab (Yahudi dan para pengikut Isa Al-Masih) tidak boleh meninggalkan Kitab-kitab mereka sendiri tapi harus senantiasa mengikutinya (Surah 5:47, 68; 29:46)
  8. Kepada Nabi diperintahkan seandainya beliau berada dalam keragu-raguan, beliau hendaknya pergi menemui dan bertanya pada Ahli Kitab yang telah membaca Kitab-kitab sebelumnya (Surah 10:94; 45:15; 21:7; 43:44-45; 16:43-44; 17:101)
  9. Para ulama Muslim mula-mula juga berbicara mengenai keabsahan dan kesinambungan Kitab-kitab sebelumnya milik Ahli Kitab.
  10. Qur’an tidak diturunkan untuk menggantikan Alkitab (kitab-kitab sebelumnya) karena ia sudah dipalsukan, melainkan untuk mengukuhkan keabsahan Kitab-kitab sebelumnya dan keasliannya yang masih berkesinanbungan (Surah 5:48)

Semua ini menunjukkan bahwa Kitab-kitab sebelumnya (Alkitab yaitu Taurat, Zabur dan Injil) merupakan wahyu-wahyu Allah, yang telah lama dibaca olehkaum Yahudi dan Kristen. Qur’an meneguhkan keabsahan dan keaslian Kitab-kitab sebelumnya serta kesinambungannya sekaligus bahwa Kitab-kitab sebelumnya menjadi bagian dari system keyakinan Islam. Qur’an juga menyuruh orang-orang beriman untuk percaya kepada Kitab-kitab sebelumnya (Taurat, Zabur dan Injil yang pada intinya adalah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, atau lazim disebut Alkitab). Oleh karena itu orang-orang yang bermian yang setia harunya tidak terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran manusia mengenai pemalsuan Kitab-kitab sebelumnya, karena itu akan membatasi pemahaman mereka akan keutuhan wahyu Allah. Secara khusus ini disebabkan karena Qur’an hanya menyajikan rangkuman kisah-kisah para Nabi, yang dikisahkan lebih rinci dalam Kitab-kitab sebelumnya (Alkitab).

Bantahan terhadap Alkitab muncul karena salah penafsiran terhadap teks Qur’an. Qur’an tidak menyerang Alkitab. Sebaliknya ia menghardik Ahli Kitab (kaum Yahudi dan Kristen) yang tidak mengikuti apa yang dikatakan Alkitab. Beberapa ulama mengartikan ayat-ayat tertentu untuk menujukkan bahwa Alkitab tidak lagi berlaku padahal ayat-ayat tersebut tidak mempertanyakan keabsahan Alkitab melainkan ketidaksetiaan para pembacanya. Dengan menghardik Ahli Kitab karena tidak mengikuti Alkitab, Qur’an sebenarnya mengesahkan keasliannya, menekankan pada pentingnya risalah yang berkesinambungan, dan mendorong tidak hanya kaum Yahudi dan Kristen untuk membaca dan mengikutinya, namun juga Muslim untuk meyakininya sebagai Kitab-kitab Allah yang sejati.

Dari pemaparan ini menjadi jelas bahwa Qur’an sedang memberitahukan para pembaca bahwa Alkitab harus diyakini. Wahyu Qur’an menjadi semakin jelas Ketika dibaca Bersama-sama dengan Alkitab. Terlebih lagi, jika Rukun Iman mendorong seseorang untuk berucap, “kami beriman pada keempat Kitab Suci” lantas kemudian menyangkal tiga Kitab Suci Allah yang lain karena mengira bahwa mereka sudah dipalsukan, lalau bagaimana seseorang dapat memiliki wahyu yang utuh?

Cara lain untuk melihatnya adalah sebagai berikut: jika ada empat Kitab yang diberikan untuk memperoleh pengertian yang utuh mengenai kehendak dan rencana Allah namun tiga Kitab ditolak, maka orang tersebut akan kehilangan tiga perempat (75%) dari Kebenaran Allah. Mereka yang sudah pernah membaca Qur’an dan Alkitab sepakat bahwa kisah-kisah di dalam Qur’an yang disajikan secara ringkas ditampilkan lebih terperinci di dalam Alkitab (Taurat dan Injil)

Akhirul kalam, Qur’an dengan jelas menyatakan tanpa bias apapun bahwa orang-orang yang membaca Kitab-kitab sebelumnya juga akan masuk surga:

“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Sahbiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Al-Baqarah 62)