(Kitab-kitab sebelumnya)
Sebagian besar orang beriman terlibat dalam perdebatan ini. Penekanannya adalah bahwa kaum Yahudi menerima Taurat (Perjanjian Lama), Kristen menerima Injil (Perjanjian Baru) dan Muslim sekarang telah menerima Qur’an (Perjanjian Terakhir). Klaimnya kemudian, “tetapi Qur’an diturunkan tidak hanya untuk Muslim tapi untuk semua uamt manusia.” Banyak ulama mengatakan bahwa Qur’an sendiri seudah sempurna oleh karena itu Muslim tidak lagi memerlukan Alkitab. Apakah Qur’an meneguhkan klaim semacam itu? Kita akan lihat Qur’an untuk memastikan klaim tersebut.
Adakah di dalam Qur’an Perintah bagi Mu’min untuk Beriman pada kitab-kitab sebelumnya?
Terhadap sebuah pertanyaan yang ditanyakan oleh seorang Muslim kepada para ulama Isalam di Kanada, tentang apakah dia harus membaca Alkitab atau tidak, jawaban yang diberikan adalah sebagai berikut.
“Muslim tidak dilarang untuk membaca ataupun mendengarkan Alkitab, jika memang membutuhkannya. Nabi (saw) juga memerintah Zaid bin Tsabit untuk mempelajari Bahasa dari Kitab-kitab Kristen dan Yahudi dalam rangka untuk memahami komunikasi mereka. Dalam beberapa kesempatan beliau juga memanfaatkan orang-orang yang menguasai Kitab-kitab tersebut. Lebih jauh lagi, penting bagi kita untuk mengetahui sebagaimana Qur’an menyebutkan dengan pasti bahwa ia diturunkan untuk membenarkan Kitab-kitab sebelumnya, termasuk Taurat dan Injil.”
Bila Qur’an menegaskan bahwa semua Kitab tersebut (keempat kitab suci) diberikan oleh Allah, maka apakah mungkin pengetahuan tentang kebenaran dan system moral yang paripurna tentang benar dan salah serta rencana agung Allah untuk manusia dapat dimengerti sepenuhnya tanpa terlebih dahulu membaca seluruh wahyu-Nya? Wahyu-wahyu tersebut tidaklah terputus melainkan tetap terhubung dan berkaitan serta progresif; dimana wahyu yang datang kemudian dibangun diatas wahyu sebelumnya. Oleh karena itu Qur’an mengajak umat Islam untuk beriman pada wahyu yang diturunkan kepada mereka dan wahyu yang diturunkan sebelum mereka agar keseluruhan wahyu Allah dapat dipahami dengan sempurna.
وَٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَآ أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ وَبِٱلْءَاخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ
Wallażīna yu`minụna bimā unzila ilaika wa mā unzila ming qablik, wa bil-ākhirati hum yụqinụn
Artinya: Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. (Al-Baqarah 4)
وَلَا تَكُونَنَّ مِنَ ٱلَّذِينَ كَذَّبُوا۟ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ فَتَكُونَ مِنَ ٱلْخَٰسِرِينَ
Wa lā takụnanna minallażīna każżabụ bi`āyātillāhi fa takụna minal-khāsirīn
Artinya: Dan sekali-kali janganlah kamu termasuk orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang rugi. (Yunus 95)
قُولُوٓا۟ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَمَآ أُنزِلَ إِلَيْنَا وَمَآ أُنزِلَ إِلَىٰٓ إِبْرَٰهِۦمَ وَإِسْمَٰعِيلَ وَإِسْحَٰقَ وَيَعْقُوبَ وَٱلْأَسْبَاطِ وَمَآ أُوتِىَ مُوسَىٰ وَعِيسَىٰ وَمَآ أُوتِىَ ٱلنَّبِيُّونَ مِن رَّبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُۥ مُسْلِمُونَ
Qụlū āmannā billāhi wa mā unzila ilainā wa mā unzila ilā ibrāhīma wa ismā’īla wa is-ḥāqa wa ya’qụba wal-asbāṭi wa mā ụtiya mụsā wa ‘īsā wa mā ụtiyan-nabiyyụna mir rabbihim, lā nufarriqu baina aḥadim min-hum wa naḥnu lahụ muslimụn
Artinya: Katakanlah (hai orang-orang mukmin): “Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”. (Al-Baqarah 136)
ءَامَنَ ٱلرَّسُولُ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِۦ وَٱلْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَمَلَٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِۦ ۚ وَقَالُوا۟ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ ٱلْمَصِيرُ
āmanar-rasụlu bimā unzila ilaihi mir rabbihī wal-mu`minụn, kullun āmana billāhi wa malā`ikatihī wa kutubihī wa rusulih, lā nufarriqu baina aḥadim mir rusulih, wa qālụ sami’nā wa aṭa’nā gufrānaka rabbanā wa ilaikal-maṣīr
Artinya: Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat”. (Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali”. (Al-Baqarah 285)
Perhatikan di ayat Surah Al-Baqarah 136 kalimat “Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka.” Jadi jelas bahwa orang-orang beriman seharunya tidak menganggap Kitab suci yang satu lebih tinggi disbanding yang lain. Prinsip dari Firman Allah selalu sama untu semua orang di sepanjang zaman. Alkitab bukan Cuma sebuah Kitab suci yang diberikan untuk seorang Nabi, melainkan sekumpulan Kitab-kitab suci yang terdiri dari Hukum/Syariat Musa (Taurat), tulisan-tulisan Daud (Zabur), pengajaran-pengajaran Yesus (Injil), dan tulisan-tulisan para Nabi (Suhuf-un Nabiyim). Tentu saja Ketika seseorang beriman pada Kitab-kitab suci, ia tidak hanya membacanya, namun juga mempelajarinya untuk mengathui apa yang harus diimani. Itu sebabnya Qur’an menyatakan:
ٱلَّذِينَ ءَاتَيْنَٰهُمُ ٱلْكِتَٰبَ يَتْلُونَهُۥ حَقَّ تِلَاوَتِهِۦٓ أُو۟لَٰٓئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِۦ ۗ وَمَن يَكْفُرْ بِهِۦ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْخَٰسِرُونَ
Allażīna ātaināhumul-kitāba yatlụnahụ ḥaqqa tilāwatih, ulā`ika yu`minụna bih, wa may yakfur bihī fa ulā`ika humul-khāsirụn
Artinya: Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi. (Al-Baqarah 121)
Sebagai tambahan, Qur’an menyebut Alkitab sebagai Kalimat Allah (kalam Allah) dalam surah sebagai berikut:
أَفَتَطْمَعُونَ أَن يُؤْمِنُوا۟ لَكُمْ وَقَدْ كَانَ فَرِيقٌ مِّنْهُمْ يَسْمَعُونَ كَلَٰمَ ٱللَّهِ ثُمَّ يُحَرِّفُونَهُۥ مِنۢ بَعْدِ مَا عَقَلُوهُ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
A fa taṭma’ụna ay yu`minụ lakum wa qad kāna farīqum min-hum yasma’ụna kalāmallāhi ṡumma yuḥarrifụnahụ mim ba’di mā ‘aqalụhu wa hum ya’lamụn
Artinya: Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui? (Al-Baqarah 75)
وَلَمَّا جَآءَهُمْ رَسُولٌ مِّنْ عِندِ ٱللَّهِ مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَهُمْ نَبَذَ فَرِيقٌ مِّنَ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَٰبَ كِتَٰبَ ٱللَّهِ وَرَآءَ ظُهُورِهِمْ كَأَنَّهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
Wa lammā jā`ahum rasụlum min ‘indillāhi muṣaddiqul limā ma’ahum nabaża farīqum minallażīna ụtul-kitāba kitāballāhi warā`a ẓuhụrihim ka`annahum lā ya’lamụn
Artinya: Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (kitab) yang ada pada mereka, sebahagian dari orang-orang yang diberi kitab (Taurat) melemparkan kitab Allah ke belakang (punggung)nya, seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah). (Al-Baqarah 101)
أَلَمْ تَرَ إِلَى ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ نَصِيبًا مِّنَ ٱلْكِتَٰبِ يُدْعَوْنَ إِلَىٰ كِتَٰبِ ٱللَّهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ يَتَوَلَّىٰ فَرِيقٌ مِّنْهُمْ وَهُم مُّعْرِضُونَ
A lam tara ilallażīna ụtụ naṣībam minal-kitābi yud’auna ilā kitābillāhi liyaḥkuma bainahum ṡumma yatawallā farīqum min-hum wa hum mu’riḍụn
Artinya: Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang telah diberi bahagian yaitu Al Kitab (Taurat), mereka diseru kepada kitab Allah supaya kitab itu menetapkan hukum diantara mereka; kemudian sebahagian dari mereka berpaling, dan mereka selalu membelakangi (kebenaran). (Ali’Imran 23)
إِنَّآ أَنزَلْنَا ٱلتَّوْرَىٰةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ ۚ يَحْكُمُ بِهَا ٱلنَّبِيُّونَ ٱلَّذِينَ أَسْلَمُوا۟ لِلَّذِينَ هَادُوا۟ وَٱلرَّبَّٰنِيُّونَ وَٱلْأَحْبَارُ بِمَا ٱسْتُحْفِظُوا۟ مِن كِتَٰبِ ٱللَّهِ وَكَانُوا۟ عَلَيْهِ شُهَدَآءَ ۚ فَلَا تَخْشَوُا۟ ٱلنَّاسَ وَٱخْشَوْنِ وَلَا تَشْتَرُوا۟ بِـَٔايَٰتِى ثَمَنًا قَلِيلًا ۚ وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْكَٰفِرُونَ
Innā anzalnat-taurāta fīhā hudaw wa nụr, yaḥkumu bihan-nabiyyụnallażīna aslamụ lillażīna hādụ war-rabbāniyyụna wal-aḥbāru bimastuḥfiẓụ ming kitābillāhi wa kānụ ‘alaihi syuhadā`, fa lā takhsyawun-nāsa wakhsyauni wa lā tasytarụ bi`āyātī ṡamanang qalīlā, wa mal lam yaḥkum bimā anzalallāhu fa ulā`ika humul-kāfirụn
Artinya: Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. (Al-Ma’idah 44)
قُلْ فَأْتُوا۟ بِكِتَٰبٍ مِّنْ عِندِ ٱللَّهِ هُوَ أَهْدَىٰ مِنْهُمَآ أَتَّبِعْهُ إِن كُنتُمْ صَٰدِقِينَ
Qul fa`tụ bikitābim min ‘indillāhi huwa ahdā min-humā attabi’hu ing kuntum ṣādiqīn
Artinya: Katakanlah: “Datangkanlah olehmu sebuah kitab dari sisi Allah yang kitab itu lebih (dapat) memberi petunjuk daripada keduanya (Taurat dan Al Quran) niscaya aku mengikutinya, jika kamu sungguh orang-orang yang benar” (Al-Qashash 49)
فَإِن كَذَّبُوكَ فَقَدْ كُذِّبَ رُسُلٌ مِّن قَبْلِكَ جَآءُو بِٱلْبَيِّنَٰتِ وَٱلزُّبُرِ وَٱلْكِتَٰبِ ٱلْمُنِيرِ
Fa ing każżabụka fa qad kużżiba rusulum ming qablika jā`ụ bil-bayyināti waz-zuburi wal-kitābil-munīr
Artinya: Jika mereka mendustakan kamu, maka sesungguhnya rasul-rasul sebelum kamupun telah didustakan (pula), mereka membawa mukjizat-mukjizat yang nyata, Zabur dan kitab yang memberi penjelasan yang sempurna. (Ali ‘Imran 184)
Lebih jauh, Qur’an mengajarkan bahwa Allah sendiri yang mengirimkan Hukum (Musa) dan Injil:
نَزَّلَ عَلَيْكَ ٱلْكِتَٰبَ بِٱلْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَأَنزَلَ ٱلتَّوْرَىٰةَ وَٱلْإِنجِيلَ
مِن قَبْلُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَأَنزَلَ ٱلْفُرْقَانَ ۗ إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ ۗ وَٱللَّهُ عَزِيزٌ ذُو ٱنتِقَامٍ
Nazzala ‘alaikal-kitāba bil-ḥaqqi muṣaddiqal limā baina yadaihi wa anzalat-taurāta wal-injīl Ming qablu hudal lin-nāsi wa anzalal-furqān, innallażīna kafarụ bi`āyātillāhi lahum ‘ażābun syadīd, wallāhu ‘azīzun żuntiqām
Artinya: Dia menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil, sebelum (Al Quran), menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al Furqaan. Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat; dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan (siksa). ( Ali ‘Imran 3,4)
Qur’an menyebutk Alkitab, dan bagian-bagian dari Alkitab (Surah 5:44,46) sebagai pedoman (Surah 11:17), dan sebuah peringatan (Surah 17:4). Disebut juga bahwa para penulis Alkitab menerima wahyu (Surah 4:163 Surah 5:111)
Diberbagai tempat dan dengan berbagai cara, Qur’an banyak sekali memberikan dukungan mengenai pentingnya Alkitab dan mengizinkan Muslim untuk belajar darinya.
Apa yang dikatakan oleh Qur’an tentang mereka yang menolak keempat Kitab Suci Allah? Apa saja konsekuensi dari penolakan terhadap Kitab-kitab Allah sebelumnya?
Surah An-Nisaa 136 menekankan fakta bahwa jika seseorang menolak yang mana saja dari wahyu Allah, dimana jelas termasuk didalamnya Kitab-kitab sebelumnya, aka nada konsekuensi yang teramat buruk.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ ءَامِنُوا۟ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَٱلْكِتَٰبِ ٱلَّذِى نَزَّلَ عَلَىٰ رَسُولِهِۦ وَٱلْكِتَٰبِ ٱلَّذِىٓ أَنزَلَ مِن قَبْلُ ۚ وَمَن يَكْفُرْ بِٱللَّهِ وَمَلَٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَٰلًۢا بَعِيدًا
Yā ayyuhallażīna āmanū āminụ billāhi wa rasụlihī wal-kitābillażī nazzala ‘alā rasụlihī wal-kitābillażī anzala ming qabl, wa may yakfur billāhi wa malā`ikatihī wa kutubihī wa rusulihī wal-yaumil-ākhiri fa qad ḍalla ḍalālam ba’īdā
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (An-Nisaa 136)
Walaupun Sebagian rang mengklaim bahwa Qur’an diturunkan karena Alkitab sudah tidak asli. Sebaliknya Qur’an justru menegaskan bahwa meskipun Qur’an sudah diturunkan, Muslim harus terus beriman kepada Kitab-kitab sebelumnya. Umat Islam sejatinya beriman pada seluruh Kitab-kitab suci yang Allah turunkan. Ini menyiratkan bahwa pada masa Qur’an diwahyukan, Kitab-kitab tersebut masih dianggap wahyu Allah yang masih sahih dan tidak berubah, jika tidak Allah tidak akan menyuruh Mu’min untuk tetap beriman padanya. Konsep ini mungkin terlihat baru bagi kebanyakan mu’min. Sebagian besar takjub saat mengetahui bahwa Qur’an ternyata sangat positif mengenai kesahihan Kitab-kitab sebelumnya.
Namun dalam ayat ini Qur’an telah maju selangkah lebih jauh dengan menyatakan bahwa barangsiapa menolak untuk beriman, salah satunya adalah “Iman kepada Kitab-kitab suci Allah,” sesungguhnya dia telah tersesat sejauh-jauhnya.” Qur’an memberikan penekanan dengan mengatakan bahwa orang tersebut tidak hanya telah “tersesat jauh” tetapi “tersesat sejauh-jauhnya”. Hal tersebut menyiratkan bahwa ini adalah peroalan yang sangat serius dalam pandangan Qur’an. Jadi siapakah orang yang telah tersesat tersesat sejauh-jauhnya itu? Sudah pasti dia adalah orang yang tidak beriman (kafir). Menurut ayat ini, seorang Mu’min tidak boleh menyangkal Allah, ataupun malaikat-malaikat-Nya, ataupun Kitab-kitab-Nya (dalam bentuk jamak), ataupun para Nabi dan Rasul-Nya, ataupun Hari Kiamat. Maka jika seorang Mu’min yang beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, para Nabi dan Rasul-Nya, Hari Kiamat, namun tidak beriman kepada seluruh Kitab Suci, itu berarti bahwa orang tersebut hamper menjadi seorang Mu’min yang sejati namun dengan menyangkal stau rukun iman (yaitu beriman kepada Kitab-kitab Allah sebelumnya), orang tersebut dianggap kafir (telah tersesat sejauh-jauhnya dari kebenaran)
Ayatnya tidak mengatakan, “jika ada yang kafir terhadap Kitab-Nya”, tapi mengatakan “barangsiapa kafir terhadap…kitab-kitab-Nya.” Yang jelas menyiratkan Kitab-kitab sebelumnya. “Kitab-kitab-Nya” merujuk pada Kitab-kitab sebelumnya termasuk juga Qur’an, dan karena ini adalah kepercayaan yang mendasar dalam rukun iman maka Qur’an sedang bersikap konsisten.
Mengapa Qur’an diturunkan?
Daripada hanya mengikuti beragam pendapat dan penafsiran orang, kita seharusnya membaca apa yang Qur’an katakana mengenai tujuan dari wahyu Allah. Apa yang Allah katakana tentu lebih penting daripada apa yang orang-orang katakana. Mari kita lihat apa yang Qur’an katakana tentang tujuan diwahyukan:
نَزَّلَ عَلَيْكَ ٱلْكِتَٰبَ بِٱلْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَأَنزَلَ ٱلتَّوْرَىٰةَ وَٱلْإِنجِيلَ
مِن قَبْلُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَأَنزَلَ ٱلْفُرْقَانَ ۗ إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ ۗ وَٱللَّهُ عَزِيزٌ ذُو ٱنتِقَامٍ
Nazzala ‘alaikal-kitāba bil-ḥaqqi muṣaddiqal limā baina yadaihi wa anzalat-taurāta wal-injīl ming qablu hudal lin-nāsi wa anzalal-furqān, innallażīna kafarụ bi`āyātillāhi lahum ‘ażābun syadīd, wallāhu ‘azīzun żuntiqām
Artinya: Dia menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil,sebelum (Al Quran), menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al Furqaan. Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat; dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan (siksa) (Ali Imran 3-4)
Ayat ini menuturkan dengan jelas bahwa Qur’an tidak diturunkan karena Alkitab sudah tidak asli atau tidak berlaku lagi. Malah Qur’an diturunkan untuk menegaskan bahwa Alkitab (kitab-kitab sebelumnya) masih berlaku dan memiliki kewenangan yang abash. Sulit untuk dimengerti mengapa Sebagian orang masih mempertanyakan wahyu Allah sementara pernyataan Qur’an sangat jelas. Kita perlu merendahkan hati untuk mendengarkan wahyu Allah lebih dari kata-kata ataupun pendapat segelintir orang.
Pada ayat diatas kitas melihat bahwa Qur’an telah datang untuk membenarkan Kitab-kitab sebelumnya (wahyu Allah), teapi pada ayat berikut ini dijelaskan lebih jauh:
وَأَنزَلْنَآ إِلَيْكَ ٱلْكِتَٰبَ بِٱلْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ ٱلْكِتَٰبِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ ۖ فَٱحْكُم بَيْنَهُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَآءَهُمْ عَمَّا جَآءَكَ مِنَ ٱلْحَقِّ ۚ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا ۚ وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَٰحِدَةً وَلَٰكِن لِّيَبْلُوَكُمْ فِى مَآ ءَاتَىٰكُمْ ۖ فَٱسْتَبِقُوا۟ ٱلْخَيْرَٰتِ ۚ إِلَى ٱللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
Wa anzalnā ilaikal-kitāba bil-ḥaqqi muṣaddiqal limā baina yadaihi minal-kitābi wa muhaiminan ‘alaihi faḥkum bainahum bimā anzalallāhu wa lā tattabi’ ahwā`ahum ‘ammā jā`aka minal-ḥaqq, likullin ja’alnā mingkum syir’ataw wa min-hājā, walau syā`allāhu laja’alakum ummataw wāḥidataw wa lākil liyabluwakum fī mā ātākum fastabiqul-khairāt, ilallāhi marji’ukum jamī’an fa yunabbi`ukum bimā kuntum fīhi takhtalifụn
Artinya: Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu (Al Maa’idah 48)
Ayat ini selangkah lebih jauh dalam menyatakan bahwa tidak ahnya Qur’an itu diturunkan untuk meneguhkan Alkitab (kitab-kitab sebelumnya) tapi juga untuk menjaganya. Oleh karena itu dugaan bahwa Alkitab telah diubah atau rusak itu tidak benar karena kepada kaum Mu’min dikatakan bahwa Qur’an itu diturunkan untuk meneguhkan keaslian dari wahyu Alkitabiah.
Tidak hanya Sebagian Mu’min yang berasumsi bahwa Alkitab sudah diubah, banyak juga dari orang yang tidak beriman di seluruh dunia juga membuat klaim menetang Alkitab selama berabad-abad. Qur’an diturunkan untuk meneguhkan bahwa Alkitab, Kitab-kitab sebelumnya, adalah Firman Allah sekaligus untuk menjadi penjaga bagi kitab-kitab tersebut (atau lebih baik dikatakan bahwa Allah yang menjaganya). Karena Qur’an sendiri mengklaim bahwa ia meneguhkan Alkitab, maka jelas bahwa Alkitab masih sahih pada saat Qur’an diturunkan. Maka klaim yang menyebutkan bahwa Alkitab sudah diubah setelah Qur’an diturunkan menjadi tak berlaku karena Qur’an sendiri meneguhkan keabsahan Kitab-kitab sebelumnya dan risalahnya yang tak berubah. Terlebih lagi, bagaimana bisa mereka yang beriman pada Qur’an mengklaim adanya Sebagian orang yang rajin membaca Qur’an seharunya menjaga dan memeliharanya tetap aman? mereka juga tidak bisa mengatakan “bawakan pada kami yang asli” Ketika sendiri awal merekalah seharusnya yang menyimpan yang asli di tempat yang aman. kabar baiknya adalah banya Salinan naskah kuno dari Kitab-kitab sebelumnya (Alkitab) yang lebih tua usianya daripada Qur’an
Ayat berikut mengajak Nabi untuk beriman pada apa yang diturunkan padanya dan juga pada yang diturunkan sebelum masa beliau.
أَلَمْ تَرَ إِلَى ٱلَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ ءَامَنُوا۟ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَآ أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَن يَتَحَاكَمُوٓا۟ إِلَى ٱلطَّٰغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوٓا۟ أَن يَكْفُرُوا۟ بِهِۦ وَيُرِيدُ ٱلشَّيْطَٰنُ أَن يُضِلَّهُمْ ضَلَٰلًۢا بَعِيدًا
A lam tara ilallażīna yaz’umụna annahum āmanụ bimā unzila ilaika wa mā unzila ming qablika yurīdụna ay yataḥākamū ilaṭ-ṭāgụti wa qad umirū ay yakfurụ bih, wa yurīdusy-syaiṭānu ay yuḍillahum ḍalālam ba’īdā
Artinya: Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. (An-Nisaa 60)
Bagaimna Qur’an menempatkan Alkitab dan dengan sebutan-sebutan positif seperti apa Qur’an menyebutkan Alktiab?
Ayat-ayat Qur’an berikut menampilkan Alkitab (kitab-kitab sebelumnya) dengan sorotan yang sangat positif dimana ia disbutkan dengan nama-nama yang terhormat:
Kalimat Allah (kalam Allah) | 2:75 |
Kitab Allah | 2:101; 3:23; 5:44; 28:49 |
Al-Kitab | 2:44,53,87,213; 57:25-26; dst |
Bagian dari Alkitab | 3:23; 4:44,51; 5:44 |
Kitab yang menjelaskan dengan sempurna (al-kitab al-munir) | 3:184; 35:25 |
Lembaran-lembaran (suhuf; secara harafiah, dedaunan atau halaman-halaman) | 53:36-37; 87:18-19 |
Kitab-kitab (zubur) | 3:184; 16:44; 26:196; 35:25 |
Pembeda (al-furqan) | 2:53; 3:3; 21:48 |
Peringatan (al-dzikir) | 5:13,14; 16:43; 21:7,42,48,105 |
Tanda-tanda Allah (ayat Allah) | 3:112,113; 5:44; 16:44 |
Penjelasan (al-bayyinat) | 2:87:, 159,213; 3:183,184; 16:44; 61:6 |
Apa saja karakteristik Alkitab menurut Qur’an
Qur’an tidak hanya memberikan sebutan-sebutan yang terhormat bagi Alkitab, namun juga berdasarkan ayat-ayat berikut, memberikan karakteristik-karakteristik khusus pada Alkitab (Kitab-kitab sebelumnya). Allah tidak akan pernah melakukan kesalahan dengan mengizinkan ini jika Allah atau Qur’an menganggap Alkitab bisa diubah-ubah. Perhatikan karakteristik-karakteristik dari Alkitab berikut ini yang terdapat di dalam Qur’an:
1. | Petunjuk dan/atau rahmat | 3:3; 5:44,46; 6:91,154; 11:17; 17:2; 23:49; 28:43; 32:23; 40:53-54; 46:12 |
2. | Cahaya/Terang | 5:44,46; 6:91 |
3. | Pengingat | 28:43; 40:53,54 |
4. | Pelajaran | 11:17; 28:43 |
5. | Peringatan | 17:4 |
6. | Penyempurna bagi orang yang berbuat kebaikan | 6:154 |
7. | Risalah yang sama dengan Qur’an | 9:111; 46:10 |
Bagaimana Qur’an menggambarkan pewayuan Alkitab
- Para penulis Alkitab, sama seperti dengan semua Nabi, disebutkan mendapatkan sumber inspirasi yang sama (wahyu) dengan Nabi yang kepadanya Qur’an diturunkan – 4:163; 5:111 mengacu pada pararasul atau murid-murid Isa, yang menuliskan kisah mengenai Isa Al-Masih – 7:160; 16:43; 21:17,25; 42:3
- Mereka juga diberi pentujuk dengan cara yang sama seperti Nabi Muhammad (saw) (menyebutkan 18 figur yang berasal dari Alkitab) – 6:83-90
- Diturunkan (tanzil) dari Allah – 2:4,91; 3:3; 5:44,66,68; 6:91; 29:46; 57:25
- Diberikan oleh Allah
- Seluruh Alkitab – 2:87; 3:84,100,187; 6:89,154; 11:110; 13:36; 32:23; 45:16
- Taurat – 23:49; 25:35; 28:43; 40:53; 41:45
- Zabur – 4:163; 17:55
- Injil – 5:46; 19:30; 57:27
- Zabur disebutkan ditulis oleh Allah – 21:105
Apakah Qur’an menyatakan bahwa Alkitab memiliki risalah yang universal?
- Taurat dan ijil adalah “peringatan untuk seluruh umat” – 6:90
- Taurat dan injil diturunkan “sebagai petunjuk bagi manusia” – 3:4
- Taurat adalah “cahaya dan petunjuk bagi manusia” – 6:91; 28:43
- Ahli Kitab berjanji kepada Allah “untuk menerangkan isi Kitab kepada manusia” – 3:187
- Beriman kepada Taurat dan Injil adalah Amanah bagi seluruh umat manusia (bukan hanya Yahudi) – 6:90; 3:3,4
Bisakah siapapun membayangkan Allah menunjuk Alkitab (Kitab-kitab sebelelumnya) dalam terang yang positif melalui Qur’an dan juga menghendaki Mu’min untuk beriman pada Kitab-kitab sebelumnya sementara ia sudah dipalsukan? Hal itu akan menimbulkan keraguan-raguan terhadap Allah dan wahyu terbarunya (Qur’an). Bila keyakinan seperti itu yang kita miliki akan menempatkan kita pada posisi yang tidak konsisten dengan Qur’an menimbang dari ayat-ayat yang telah disebutkan diatas.