“Janganlah kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.” Matius 7:1.
Upaya untuk memperoleh keselamatan oleh perbuatan-perbuatan seseorang sendiri pasti membuat orang akan menumpuk tuntutan-tuntutan manusia sebagai suatu rintangan terhadap dosa. Karena, dengan mengetahui bahwa mereka gagal memelihara hukum, mereka akan merencanakan peraturan mereka sendiri untuk memaksa diri mereka menurutinya. Semua ini mengalihkan pikiran dari Allah kepada diri. Kasih-Nya padam dari hati, dan peraturan-peraturan itu membinasakan kasih kepada teman sesamanya. Suatu sistem penemuan manusia, dengan tuntutan-tuntutannya yang banyak, akan menuntun para pendukungnya menghakimi semua yang kurang dari standar yang ditentukan manusia. Suasana kritik yang mementingkan diri dan sempit mencekik emosi yang mulia dan murah hati, dan menyebabkan manusia menjadi hakim-hakim yang memikirkan diri sendiri dan pengintai-pengintai yang picik.
Dari golongan inilah orang-orang Farisi. Mereka muncul dengan upacara-upacara agama mereka, tanpa merendahkan hati dengan merasakan kelemahan mereka sendiri, tidak bersyukur atas kesempatan-kesempatan besar yang telah diberikan Allah kepada mereka. Mereka tampil penuh dengan kesombongan rohani, dan tema mereka adalah, “Diriku, perasaanku, pengetahuanku, jalan-jalanku.” Hasil karya mereka menjadi standar yang olehnya mereka menghakimi orang-orang lain. Mengenakan jubah gengsi diri, mereka menduduki kursi pengadilan untuk mengkritik dan menghukum.
Manusia sebagian besar memiliki roh yang sama, mengganggu hati nurani dan saling menghakimi dalam hal-hal yang terdapat di antara jiwa dan Allah. Sehubungan dengan jiwa dan kebiasaan inilah sehingga Yesus berkata, “Janganlah kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.” Yaitu, jangan membuat dirimu sebagai suatu standar. Jangan buat pendapatmu, pandanganmu tentang kewajiban, tafsiran mu tentang Kitab Suci, ukuran untuk orang-orang lain dan dalam hatimu menyalahkan mereka jika mereka tidak memenuhi idamanmu. jangan mengkritik orang-orang lain, menerka-nerka motif mereka dan menghakimi mereka.
“Janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. la akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan la akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati.” 1 Korintus 4:5. Kita tidak dapat membaca hati. Diri kita salah, kita tidak memenuhi syarat untuk menghakimi orang-orang lain. Manusia yang terbatas hanya dapat menghakimi penampilan luar saja. Kepada-Nya saja yang mengetahui rahasia sumber perbuatan, dan yang memberi dengan lemah-lembut dan belas kasihan, diberikan wewenang untuk memutuskan kasus setiap orang. “Karena itu, hai manusia, siapapun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama.” Roma 2:1. Jadi orang-orang yang menghakimi atau mengkritik orang lain, mengatakan diri mereka bersalah, karena mereka melakukan hal yang sama. Dalam menghakimi orang- orang lain, mereka menjatuhkan hukuman ke atas diri mereka, dan Allah menyatakan bahwa hukuman ini adil. Ia menerima putusan mereka sendiri terhadap diri mereka.
Kaki-kaki kaku ini, yang masih di dalam lumpur,
Pergi meremukkan bunga-bunga tanpa akhir;
Tangan-tangan keras, bermaksud baik ini kita sodorkan
Di antara hati sanubari seorang sahabat.
“Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu?” Matius 7:3.
Bahkan kalimat, “Engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama,” tidak menyadari besar dosanya sementara mengkritik dan menghakimi saudaranya. Yesus mengatakan, “Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?”
Kata-kata-Nya melukiskan seseorang yang cepat melihat cacat di dalam diri orang lain. Apabila dia pikir dia telah menemukan cacat dalam tabiat atau kehidupan dia sangat bersemangat untuk menunjukkannya; tetapi Yesus menyatakan bahwa ciri tabiat yang dikembangkan dalam melakukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan kehendak Kristus ini, dibandingkan dengan kesalahan yang dikritik itu, adalah bagaikan sebuah balok dengan sebutir debu. Itu merupakan kekurangan seseorang sendiri akan roh kesabaran dan kasih yang memimpin dia untuk membuat sebuah dunia dari sebutir atom. Orang-orang yang tidak pernah mengalami kesedihan yang mendalam dari penyerahan seutuhnya kepada Kristus, dalam kehidupan mereka tidak menyatakan pengaruh kasih Juruselamat yang melembutkan itu. Mereka salah menggambarkan roh Injil yang lemah-lembut dan sopan-santun itu dan melukai jiwa-jiwa berharga, untuk siapa Kristus mati. Menurut gambaran yang digunakan Juruselamat kita, orang yang memanjakan roh suka memeriksa adalah dosa yang lebih besar daripada dosa orang yang dia tuduh, karena dia bukan saja melakukan dosa yang sama, tetapi juga menambahkan ke dalamnya kecongkakan dan sifat suka memeriksa orang lain.
Kristuslah satu-satunya standar tabiat yang benar, dan orang yang membuat dirinya sebagai standar bagi orang lain adalah membuat dirinya di tempat Kristus. Dan karena Bapa “telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak” (Yohanes 5:22), banang siapa yang mencoba menghakimi motif orang-orang lain sekali lagi ia merampas hak istimewa dari Anak Allah itu. Menghakimi dan mengkritik menempatkan diri mereka di samping anti Kristus, “lawan yang meninggikan diri di atas segala yang disebut atau yang disembah sebagai Allah. Bahkan ia duduk di Bait Allah dan mau menyatakan diri sebagai Allah.” 2 Tesalonika 2:4.
Dosa yang membawa kepada akibat-akibat yang paling tidak membahagiakan adalah roh yang dingin, mengkritik dan tidak mau mengampuni yang menunjukkan ciri tabiat orang Farisi. Apabila pengalaman agama hampa tanpa kasih, Yesus tidak ada di situ; terang matahari kehadiran-Nya tidak ada di situ. Tidak ada kegiatan yang sibuk atau kegiatan tanpa Kristus yang dapat melengkapi kekurangan. Mungkin ada ketajaman melihat yang luar biasa untuk menemukan cacat orang-orang lain; tetapi kepada setiap orang yang memanjakan roh ini, Yesus berkata, “Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.” Orang yang bersalah adalah yang pertama-tama mencurigai kesalahan. Dengan menghakimi orang lain dia berupaya untuk menyembunyikan atau memaafkan kejahatan hatinya sendiri. Melalui dosalah manusia memperoleh pengetahuan kejahatan; baru saja pasangan suami istri pertama itu berdosa mereka mulai menyalahkan satu dengan yang lain; dan sifat manusia inilah yang akan dilakukan apabila tidak dikendalikan oleh kasih karunia Kristus.
Bila orang-orang memanjakan roh yang mempersalahkan ini, mereka tidak akan puas tanpa menunjuk apa yang mereka anggap suatu cacat di dalam diri saudara mereka. Jika cara yang lebih enteng tidak berhasil membuatnya melakukan apa yang mereka pikir harus dilakukan, mereka akan mengambil jalan paksaan. Selama mereka berkuasa, mereka akan memaksakan orang-orang untuk menuruti pendapat mereka tentang apa yang benar. Inilah yang dilakukan orang-orang Yahudi pada zaman Kristus dan apa yang telah dilakukan gereja kapan saja gereja telah kehilangan kasih karunia Kristus. Setelah menemukan dirinya miskin dalam kuasa kasih, gereja itu menjangkau tangan yang kuat dari negara untuk memaksakan dogmanya dan melaksanakan perintahnya. Di sinilah rahasia segala hukum agama yang pernah dibuat, dan rahasia dari segala penganiayaan sejak zaman Habel hingga zaman kita.
Kristus tidak mengusir tetapi menarik manusia kepada-Nya. Penarikan satu-satunya yang Dia gunakan adalah dorongan kasih. Apabila gereja mulai berupaya mencari dukungan kuasa duniawi, sudah nyata bahwa ia tidak memiliki kuasa Kristus — dorongan kasih Ilahi.
Tetapi kesukaran terdapat pada anggota-anggota perseorangan gereja itu, dan di sinilah penyembuhan itu harus diadakan. Yesus meminta penuduh itu pertama-tama mengeluarkan balok dari matanya sendiri, membuang sifatnya yang suka memeriksa orang lain, mengakui dan meninggalkan dosanya sendiri, sebelum berupaya memperbaiki orang-orang lain. Karena “tidak ada pohon yang baik yang menghasilkan buah yang tidak baik, dan juga tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah yang baik.” Lukas 6:43. Roh mempersalahkan yang engkau manjakan adalah buah kejahatan, dan menunjukkan bahwa pohon itu adalah kejahatan. Tidak berguna bagimu membangun dirimu dalam kebenaran diri. Apa yang engkau perlukan adalah suatu perubahan hati. Engkau harus memperoleh pengalaman ini sebelum engkau layak untuk memperbaiki orang-orang lain; karena “yang diucapkan mulut meluap dari hati.” Matius 12:34.
Apabila suatu krisis datang dalam kehidupan seseorang, dan engkau berupaya untuk memberikan nasihat, kata-katamu akan hanya mempunyai bobot pengaruh untuk kebaikan yang telah diperoleh teladan dan rohmu sendiri bagimu. Engkau harus baik sebelum engkau dapat melakukan kebaikan. Engkau tidak dapat menggunakan suatu pengaruh yang akan mengubah orang orang lain sebelum hatimu sendiri telah direndahkan, dimurnikan dan dilembutkan oleh kasih karunia Kristus. Apabila perubahan ini telah diadakan di dalam dirimu, akan menjadi suatu kebiasaan bagimu untuk memberkati orang-orang lain bagaikan serumpun bunga mawar yang memberikan bunganya yang wangi atau tanaman anggur yang memberikan tandan-tandan buahnya yang merah lembayung.
Jika Kristus ada dalam dirimu — “pengharapan kemuliaan itu”, engkau tidak akan bersikap mengamati orang-orang lain, untuk memaparkan kesalahan-kesalahan mereka. Ganti berupaya untuk menuduh atau menyalahkan, yang menjadi tujuanmu adalah untuk menolong untuk memberkati, dan untuk menyelamatkan. Dalam memperlakukan orang-orang yang bersalah, engkau akan memperhatikan perintah, “menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan” Galatia 6:1. Akan engkau ingat bahwa sering kali engkau bersalah dan betapa sukarnya mencari jalan yang benar apabila engkau telah pernah meninggalkannya. Engkau tidak akan mendorong saudaramu ke dalam kegelapan yang lebih besar, tetapi dengan hati yang penuh belas kasihan engkau akan memberitahukan kepadanya tentang bahayanya.
Orang yang sering memandang ke salib Golgota, mengingat bahwa dosa-dosanyalah yang menempatkan Juruselamat itu di sana, tidak akan berupaya untuk menaksir derajat kesalahannya dibandingkan dengan kesalahan-kesalahan orang lain. Dia tidak akan menduduki kursi pengadilan untuk melontarkan tuduhan terhadap orang lain. Tidak boleh ada roh mengritik atau membesar-besarkan diri di pihak orang-orang yang berjalan dalam bayang-bayang salib Golgota.
Sesudah engkau merasa bahwa engkau dapat mengorbankan martabat dirimu sendiri, bahkan mengorbankan hidupmu untuk menyelamatkan seorang saudara yang bersalah, barulah engkau dapat membuang balok dari matamu sendiri agar engkau bersedia untuk menolong saudaramu. Kemudian engkau dapat mendekatinya dan menjamah hatinya. Tidak seorangpun yang pernah dapat diperbaiki kembali dari suatu sikap yang salah dengan kritikan atau celaan; tetapi banyak yang dengan cara demikian telah diusir dari Kristus dan menutup hati mereka terhadap keyakinan. Roh yang lemah-lembut, kelakuan yang baik dan memikat hati, dapat menyelamatkan orang yang bersalah dan menyembunyikan banyak dosa. Pernyataan Kristus dalam tabiatmu sendiri akan mempunyai kuasa yang mengubah bagi semua dengan siapa engkau berhubungan. Biarlah Kristus setiap hari nyata dalam engkau, dan Dia akan menyatakan kuasa pembaruan dari firman-Nya melalui engkau pengaruh yang lembut, membujuk namun berkuasa untuk menciptakan kembali jiwa-jiwa lain dalam keindahan Tuhan Allah kita.
“Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing.” Matius 7:6.
Di sini Yesus menunjuk kepada suatu golongan yang tidak mempunyai keinginan untuk lepas dari perhambaan dosa. Karena memanjakan kejahatan dan menajiskan sifat mereka yang telah begitu rendah sehingga mereka bergantung kepada kejahatan dan tidak akan terpisahkan dari situ. Hamba-hamba Kristus tidak boleh membiarkan diri mereka untuk dihalangi oleh orang-orang yang akan membuat Injil itu hanya menjadi suatu masalah pertikaian dan tertawaan.
Tetapi Juruselamat itu tidak pernah melewatkan satu jiwa, betapa pun tenggelamnya di dalam dosa, yang ingin menerima kebenaran surga yang berharga. Kepada para pemungut cukai dan perempuan sundal kata-kata-Nya adalah permulaan hidup baru. Maria Magdalena, yang daripadanya Dia mengusir tujuh Setan, adalah yang terakhir di kuburan Juruselamat itu dan yang pertama Dia sambut pada pagi kebangkitan-Nya. Saul dari Tarsus lah salah satu dari musuh-musuh Injil yang paling gigih, yang menjadi Paulus pelayan Kristus yang setia. Di bawah suatu penampilan kebencian dan kehinaan, bahkan di bawah kejahatan dan keburukan mungkin tersembunyi satu jiwa yang akan diselamatkan kasih karunia Kristus untuk bercahaya sebagai permata di mahkota Penebus itu.
“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.” Matius 7:7.
Untuk tidak memberikan kesempatan kepada sikap tidak percaya, salah mengerti atau salah tafsir akan kata-kata-Nya, Tuhan itu mengulangi janji yang diberikan tiga kali. Dia rindu agar orang-orang yang mencari Allah percaya kepada-Nya yang dapat melakukan segala hal. Itu sebabnya Ia tambahkan, “Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari mendapat dan setiap orang yang mengetuk, baginya pintu dibukakan.”
Tuhan tidak menentukan syarat-syarat kecuali engkau lapar akan kemurahan-Nya, ingin nasihat-Nya, dan rindu akan kasihNya. “Mintalah.” Meminta, menyatakan bahwa engkau menyadari keperluanmu; dan jika engkau meminta dengan iman engkau akan menerimanya. Tuhan telah menjanjikan sabdaNya, dan itu tidak boleh gagal. Jika engkau datang dengan penyesalan yang sungguh, tidak perlu engkau merasa bahwa engkau tekebur bila meminta apa yang telah dijanjikan Tuhan. Apabila engkau meminta berkat yang engkau perlukan, demi menyempurnakan tabiatmu supaya menyerupai Kristus, yakinlah pada jaminan Tuhan bahwa apa yang engkau minta itu sesuai dengan yang dijanjikan-Nya untuk dipenuhi. Merasa dan mengetahui bahwa engkau adalah orang berdosa merupakan dasar yang cukup untuk meminta kemurahan dan belas kasihanNya. Syarat kedatanganmu kepada Allah bukanlah bahwa engkau sudah suci, tetapi bahwa engkau merindukan-Nya untuk membersihkanmu dari segala dosa dan menyucikanmu dari segala kejahatan. Alasan bahwa kita boleh memohon sekarang dan selamanya adalah keperluan kita yang besar, keadaan kita yang sama sekali tak berdaya, itulah yang membuat Dia dan kuasa penebusan-Nya menjadi suatu keharusan.
“Carilah.” Jangan hanya merindukan berkat-Nya, tetapi Diri-Nya. “Berlakulah, ramah terhadap Dia, supaya engkau tenteram.” Ayub 22:21. Carilah, dan engkau akan mendapat Allah mencarimu, dan kerinduan yang engkau rasakan untuk datang kepada-Nya adalah tarikan Roh-Nya. Menyerahlah kepada tarikan itu. Kristus membela perkara orang yang dicobai, yang bersalah dan yang tidak beriman itu. Dia berupaya untuk mengangkat mereka agar bersahabat dengan Dia.” Jika engkau mencari. Dia, maka Ia berkenan ditemui olehmu.” 1 Tawarikh 28:9.
“Ketoklah.” Kita datang kepada Allah dengan undangan khusus, dan la menunggu untuk menyambut kita di kamar pertemuan-Nya. Murid-murid pertama yang mengikut Yesus tidak puas dengan percakapan yang terburu-buru dengan Dia, mereka berkata, “Rabi, … di manakah Engkau tinggal? . . . Mereka pun datang dan melihat di mana Ia tinggal, dan hari itu mereka tinggal bersama-sama dengan Dia.” Yohanes 1:38, 39. Jadi kita bisa diizinkan bersahabat karib dan bergaul dengan Allah. “Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi akan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa.” Mazmur 91:1. Biarlah orang-orang yang merindukan berkat Allah mengetuk dan menunggu di pintu kemurahan hati dengan jaminan yang kukuh, seraya mengatakan, Karena Engkau, O Tuhan, telah mengatakan, “Setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetuk, baginya pintu dibukakan.”
Yesus memandang orang-orang yang berkumpul untuk mendengar kata-kata-Nya, dan dengan sungguh-sungguh menginginkan agar kumpulan besar orang banyak itu dapat menghargai kemurahan hati dan kebaikan Allah yang penuh kasih itu. Sebagai suatu ilustrasi dari keperluan mereka, dan dari keinginan Allah untuk memberi, Dia tunjukkan di hadapan mereka seorang anak yang lapar meminta roti dari bapanya secara jasmani. “Adakah seorang dari padamu, kata-Nya, “yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti?” Dia memohon kasih sayang yang lemah lembut dan alamiah dari seorang bapa terhadap anaknya lalu mengatakan, “Jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak anakmu, apalagi Bapamu-yang di surga! la akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.” Tidak ada manusia dengan hati seorang bapa akan meninggalkan anaknya yang lapar dan meminta roti. Apakah mereka pikir dia sanggup mempermainkan anak-anaknya, menggiurkannya dengan menimbulkan pengharapannya hanya untuk mengecewakannya? Apakah dia berjanji untuk memberikan kepadanya makanan yang baik dan bergizi, lalu memberikan batu kepadanya? Dan haruskah seseorang menghina Allah dengan membayangkan bahwa Dia tidak akan menjawab permohonan anak anakNya?
Jadi jika kamu manusia dan jahat, tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di surga! la akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya.” Lukas 11:13. Roh Kudus, wakil-Nya, adalah yang terbesar dari segala pemberian. Semua “hal-hal yang baik” terdiri didalamnya. Pencipta itu sendiri tidak dapat memberikan apa-apa yang lebih besar dan lebih baik kepada kita. Apabila kita memohon kepada Tuhan untuk mengasihi kita di dalam kesedihan kita, dan untuk membimbing kita oleh Roh KudusNya, Dia tidak akan pernah menolak doa kita. Mungkin orang tua tega meninggalkan anaknya yang lapar, tetapi Allah tidak pernah tega menolak seruan orang miskin dan hati yang rindu. Dengan kelemahlembutan yang luar biasa apa Dia telah melukiskan kasih-Nya! Kepada orang-orang yang di dalam hari-hari kegelapan merasa bahwa Allah tidak menghiraukan mereka, ini adalah pekabaran dari hati Bapa: “Sion berkata, ‘Tuhan telah meninggalkan aku dan Tuhanku telah melupakan aku.’” Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau. Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku.” Yesaya 49:14-16.
Setiap janji dalam firman Allah melengkapi kita dengan pokok persoalan untuk berdoa, menyampaikan kata Allah yang dijanjikan sebagai jaminan kita. Berkat rohani apa saja kita perlukan, adalah hak kita untuk memintanya melalui Yesus. Dengan kesederhanaan seorang anak, kita dapat mengatakan kepada Tuhan, apa sebenarnya yang kita perlukan. Kita boleh nyatakan kepada-Nya masalah-masalah duniawi kita, meminta roti dan pakaian maupun roti kehidupan dan pakaian kebenaran Kristus Bapamu yang di surga mengetahui bahwa engkau memerlukan ini semua, dan engkau diundang untuk meminta itu semuanya. Melalui nama Yesuslah setiap kemurahan hati diterima. Allah akan menghormati nama itu. dan akan memenuhi keperluanmu dari kekayaan kemurahan hati-Nya.
Tetapi jangan lupa bahwa untuk datang kepada Allah sebagai seorang bapa engkau mengakui hubunganmu kepada-Nya sebagai seorang anak. Engkau bukan hanya mempercayai kebaikan-Nya, tetapi di dalam segala hal menyerahlah kepada kehendak-Nya, mengetahui bahwa kasih-Nya tidak berubah. Engkau serahkan dirimu untuk melakukan pekerjaan-Nya. Kepada orang-orang yang telah ditawarkan agar mencari dulu kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, diberikan janji ini, “Mintalah maka kamu akan menerima.” Yohanes 16:24.
Pemberian-pemberian dari Dia yang mempunyai segala kuasa di surga dan dunia disimpan untuk anak-anak Allah. Pemberian-pemberian yang sangat berharga datang kepada kita melalui pengorbanan darah Penebus yang mahal; pemberian pemberian yang memuaskan idaman hati yang paling dalam, pemberian-pemberian yang tahan selama-lamanya, akan diterima dan dinikmati oleh semua orang yang akan datang kepada Allah sebagai anak-anak kecil. Terimalah janji-janji Allah sebagai milikmu, akuilah itu di hadapan-Nya sebagai kata-kata-Nya sendiri, dan engkau akan menerima sukacita yang sempurna.
“Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka” Matius 7:12.
Atas jaminan kasih Allah untuk kita, Yesus memerintahkan kasih mengasihi, dalam satu prinsip luas mencakup semua hubungan persahabatan manusia.
Orang-orang Yahudi telah khawatir terhadap apa yang harus mereka terima: beban kegelisahan mereka adalah untuk mendapat apa yang mereka anggap hak kekuasaan, kehormatan dan jabatan mereka. Tetapi Kristus mengajarkan bahwa kekhawatiran kita janganlah, berapa banyak yang harus kita terima, tetapi, berapa banyak yang dapat kita berikan? Ukuran kewajiban kita terhadap orang-orang lain terdapat pada anggapan kita sendiri sebagai kewajiban mereka terhadap kita.
Dalam pergaulanmu dengan orang-orang lain, taruhlah dirimu di tempat mereka. Ikutlah di dalam perasaan mereka, kesukaran mereka, kekecewaan mereka, sukacita mereka dan dukacita mereka. Perkenalkan dirimu kepada mereka, kemudian lakukan kepada mereka bagaikan engkau bertukar tempat dengan mereka, engkau mengharapkan mereka demikian memperlakukanmu. Ini adalah peraturan kejujuran yang benar. Ada pernyataan lain dari hukum, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Matius 22:39. Dan inilah isi pokok dari ajaran para nabi. Ini adalah suatu prinsip surga, dan akan dikembangkan di dalam diri semua orang yang layak untuk persahabatan yang suci itu.
Kaidah emas adalah prinsip sopan santun sejati, dan ilustrasinya yang paling benar tampak di dalam kehidupan dan tabiat Yesus. Oh, betapa lembut dan indahnya sinar yang memancar dalam kehidupan Juruselamat kita setiap hari! Betapa manis sifat-Nya nyata dalam kehadiran-Nya! Roh yang sama akan dinyatakan dalam kehidupan anak-anak-Nya. Orang-orang dengan siapa Kristus tinggal bersama akan dikelilingi dengan suasana Ilahi. Pakaian putih kesucian mereka akan diharumkan dengan bau wangi dari taman Tuhan. Wajah mereka akan memantulkan cahaya wajah-Nya, menerangi jalan untuk kaki yang tersandung dan lelah.
Tidak ada orang yang memiliki cita-cita sejati untuk menegakkan suatu tabiat sempurna yang akan gagal untuk menyatakan simpati dan kelembutan hati Kristus. Pengaruh kasih karunia adalah melembutkan hati, membersihkan dan menyucikan perasaan, memberikan kehalusan yang berasal dari surga dan rasa kesopanan.
Tapi masih ada suatu makna yang lebih dalam dari kaidah emas itu. Setiap orang yang telah dibuat menjadi penatalayan kasih karunia Allah yang berlipat ganda itu dipanggil dan dirindukan-Nya untuk memberitahukannya kepada jiwa-jiwa yang berada dalam kebodohan dan kegelapan, bahkan sebagaimana dia di tempat mereka. Rasul Paulus berkata, “Aku berutang baik kepada orang Yunani, maupun kepada orang bukan Yunani, baik kepada orang terpelajar, maupun kepada orang tidak terpelajar.” Roma 1:14. Oleh semua yang telah engkau ketahui tentang kasih Allah, oleh semua yang telah engkau terima tentang pemberian-pemberian kasih karunia-Nya yang melimpah di atas jiwa yang paling terbelakang dan hina di dunia ini engkau berhutang kepada jiwa itu untuk memberitahukan pemberian-pemberian ini kepadanya.
Begitu juga dengan pemberian-pemberian dan berkat-berkat kehidupan ini: apa saja yang dapat engkau miliki di atas perolehan teman-temanmu engkau berhutang, sedikit banyaknya kepada semua yang dikaruniai lebih sedikit. Memperoleh kekayaan atau kesenangan hidup, lalu kita dalam kewajiban yang paling serius untuk mengurus orang yang menderita penyakit, janda, dan tidak punya ayah persis seperti kita yang menginginkan mereka menguruskan kita adalah keadaan kita dan keadaan mereka yang saling mengisi.
Kaidah emas, dengan pengertian, mengajarkan kebenaran yang sama yang diajarkan di tempat lain dalam Khotbah di atas Bukit, “ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” Bahwa yang kita lakukan kepada orang orang lain, apakah itu baik atau tidak, pasti akan bereaksi kepada diri kita, dalam berkat atau dalam kutuk. Apa saja yang kita berikan, akan kita terima kembali. Berkat-berkat duniawi yang kita berikan kepada orang lain dapat atau sering dibayar kembali dengan setimpal. Apa yang kita berikan pada waktu diperlukan, sering datang kembali kepada kita dalam ukuran empat kali lipat dalam mata uang dunia. Tetapi, selain ini, semua pemberian dibayar kembali, bahkan dalam kehidupan ini, dalam pemasukan kasih-Nya yang lebih penuh, yaitu jumlah seluruh kemuliaan surga dan kekayaannya. Dan kejahatan yang diberikan juga datang kembali. Setiap orang yang telah bebas untuk menghukum atau mengecilkan hati, dalam pengalamannya sendiri, akan diinsafkan kepada alasan di mana dia telah membuat orang-orang lain hilang; dia akan merasakan apa yang telah mereka derita karena keperluannya akan simpati dan kelembutan hati.
Kasih Allah kepada kitalah yang telah memerintahkan ini. Dia akan memimpin kita untuk membenci kekerasan hati kita sendiri dan membuka hati kita untuk membiarkan Dia tinggal di dalamnya. Dan dengan demikian, tanpa kejahatan, kebaikan dibawakan, dan apa yang tampaknya suatu kutuk menjadi suatu berkat.
Ukuran kaidah emas adalah ukuran agama Kristen sejati; sesuatu yang lain daripada itu adalah suatu penipuan. Suatu agama yang membawa manusia untuk merendahkan sesama insan, yang telah dinilai Kristus begitu berharga dan menyerahkan diri-Nya bagi mereka; suatu agama yang akan membuat kita menjadi tidak peduli akan keperluan-keperluan, penderitaan penderitaan, dan hak-hak manusia adalah agama palsu. Dengan mengabaikan hak-hak orang miskin, orang-orang yang menderita, dan orang-orang berdosa, kita sedang membuktikan diri kita pengkhianat kepada Kristus. Itu disebabkan manusia menerima nama Kristus ke atas diri mereka, sedangkan dalam kehidupan, mereka menyangkal tabiat-Nya, sehingga agama Kristen mempunyai sedikit kuasa di dunia. Karena hal ini nama Tuhan dihujat.
Tentang gereja zaman rasul, pada hari-hari cerahnya ketika kemuliaan Kristus yang dibangkitkan menerangi mereka, ada tertulis bahwa tidak seorang pun berkata, “bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri.” “Tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka.” “Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.” Kisah 4:32, 34, 33; 2:46, 47.
Selidiklah langit dan bumi, dan di sana tidak ada kebenaran yang menyatakan lebih berkuasa daripada yang dinyatakan dalam perbuatan-perbuatan kemurahan hati kepada orang orang yang memerlukan simpati dan bantuan kita. Ini adalah kebenaran seperti yang ada di dalam Yesus. Apabila orang orang yang mengakui nama Kristus mau mengamalkan prinsip- prinsip dari kaidah emas itu, kuasa yang sama akan menyertai Injil seperti pada zaman rasul.
“Karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan.” Matius 7:14.
Pada zaman Kristus orang Palestina tinggal di dalam kota kota yang bertembok, yang kebanyakan letaknya di bukit-bukit atau pegunungan. Gerbang-gerbang yang ditutup pada waktu matahari terbenam, diberi jalan yang curam dan berbatu-batu, dan orang yang kepergian sering tergesa-gesa pulang ke rumah pada waktu petang agar bisa sampai di gerbang sebelum malam tiba. Orang gelandangan tinggal di luar.
Jalan sempit dan mendaki yang menuntun ke rumah dan beristirahat itu memperlengkapi Yesus dengan suatu gambaran yang mengesankan tentang jalan orang Kristen. Jalan yang telah saya tentukan di hadapanmu, kata-Nya, adalah sempit; gerbang itu sukar dimasuki; karena kaidah emas melarang masuk segala kesombongan dan sifat memikirkan diri sendiri. Tentu saja ada jalan yang lebih lebar; tetapi akhirnya adalah kehancuran. Jika engkau mau mendaki jalan kehidupan rohani, engkau harus terus-menerus naik; karena jalan itu adalah jalan yang menanjak. Engkau harus pergi dengan kelompok kecil; karena orang banyak akan memilih jalan yang menurun.
Di jalan yang menuju kematian kemana seluruh bangsa bisa berjalan, dengan segala keduniawian mereka, segala sifat mementingkan diri mereka, segala kesombongan, ketidak-jujuran dan kemerosotan moral mereka. Ada tempat untuk setiap pendapat dan ajaran orang, ruangan untuk mengikut kecenderungan-kecenderungannya, untuk melakukan apa saja yang dapat didiktekan cinta dirinya. Untuk menjalani jalan yang membawa kepada kehancuran, tidak perlu meneliti jalan itu; karena gerbangnya lebar, dan jalannya besar, dan secara alami kaki sedang menuju ke jalan yang berakhir dengan kematian.
Tapi jalan kepada kehidupan adalah sempit dan jalan masuk adalah sesak. Jika engkau berpaut kepada suatu dosa yang menjeratmu, engkau akan menemukan jalan itu terlalu sempit untuk dilalui. Jalan-jalanmu sendiri, kehendakmu sendiri, kelakuan kelakuan dan kebiasaan kebiasaan yang jahat, harus ditinggalkan jika engkau mau mengikuti jalan Tuhan. Orang yang mau melayani Kristus tidak boleh mengikuti pendapat pendapat dunia untuk memenuhi ukuran dunia. Jalan surga terlalu sempit untuk dilalui orang-orang berpangkat dan kaya, terlalu sempit untuk permainan ambisi yang memikirkan diri sendiri, terlalu curam dan kasar untuk didaki para pecinta kesenangan. Kerja keras, kesabaran, pengorbanan diri, celaan, kemiskinan, pembantahan orang-orang berdosa terhadap Kristus, adalah bagian-Nya, dan itu harus menjadi bagian kita, jika kita mau memasuki Firdaus Allah.
Namun jangan disimpulkan bahwa jalan yang menanjak sukar dan jalan yang menurun mudah. Di sepanjang jalan yang membawa kepada kematian ada kesakitan dan hukuman, ada dukacita dan kekecewaan, ada amaran supaya tidak jalan terus. Kasih Allah telah membuat orang-orang yang tidak mau memperhatikan dan keras kepala sukar untuk dibinasakan. Benar bahwa jalan Setan dibuat kelihatan menarik, tetapi semuanya itu adalah suatu penipuan; di jalan kejahatan terdapat penyesalan yang pahit dan kekhawatiran yang merusak. Kita boleh menganggap senang untuk mengikuti kesombongan dan cita cita duniawi, tetapi akhirnya adalah kesakitan dan dukacita. Rencana Rencana mementingkan diri dapat memberikan janji janji yang menyenangkan dan menyodorkan pengharapan sukacita, tetapi kita akan menemukan kebahagiaan kita diracuni dan kehidupan kita dipersukar oleh pengharapan-pengharapan yang berpusat kepada diri. Dijalan yang menurun pintu gerbang boleh jadi dihiasi dengan bunga-bunga, tetapi duri-duri ada di jalan. Terang pengharapan yang bersinar dari jalan masuk pudar menjadi kegelapan putus asa, dan yang mengikuti jalan itu turun ke dalam bayang-bayang malam yang tak berakhir.
“Jalan pengkhianat-pengkhianat mencelakakan mereka,” tetapi jalan kebijaksanaan “penuh bahagia, segala jalannya sejahtera semata mata.” Amsal 13:15; 3:17. Setiap tindakan yang menurut kepada Kristus, setiap perbuatan menyangkal diri untuk kepentingan-Nya, setiap kesusahan yang dapat ditahan, setiap kemenangan yang diperoleh atas pencobaan, adalah suatu langkah dalam perjalanan kepada kemuliaan dari kemenangan terakhir. Jika kita terima Kristus menjadi pemimpin kita, Ia akan memimpin kita dengan selamat. yang sangat berdosa tidak perlu kehilangan jalannya. Tidak seorang pun pencari yang gemetar perlu jatuh berjalan di dalam terang yang bersih dan suci. Walaupun jalan itu begitu sempit, begitu suci sehingga dosa tidak diizinkan ke sana, namun jalan masuk telah terjamin untuk semua, dan tidak satupun jiwa yang ragu dan gemetar perlu berkata, “Allah tidak memelihara saya.”
Jalan itu mungkin berbatu-batu dan menanjak; mungkin ada lubang perangkap di sebelah kanan atau di sebelah kiri; mungkin kita harus tahan kerja dalam perjalanan; bila lelah dan ingin berhenti, mungkin kita harus bekerja terus; apabila lemah, mungkin kita harus berjuang; apabila putus asa, kita harus tetap berharap; tetapi dengan Kristus sebagai pemimpin kita akhirnya kita tidak gagal mencapai tempat berlindung yang dirindukan. Kristus sendiri telah menginjak jalan berbatu-batu itu sebelum kita dan telah melicinkan jalan untuk kaki kita.
Dan sepanjang jalan curam yang membawa kepada kehidupan kekal terdapat sumber mata air sukacita untuk menyegarkan yang lelah. Orang yang berjalan dalam jalan-jalan hikmat walaupun dalam kesengsaraan, sangat bergembira; karena Dia yang dikasihi jiwa mereka, berjalan, tak kelihatan, di samping mereka. Di setiap langkah ke atas mereka lihat lebih jelas sentuhan tangan-Nya; di setiap langkah sinar kemuliaan yang lebih terang dari Yang Tak Kelihatan itu turun ke atas jalan mereka; dan nyanyian-nyanyian pujian mereka, mencapai nada yang lebih tinggi, naik menyertai nyanyian-nyanyian malaikat di hadapan takhta. “Tetapi jalan benar itu seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari.” Amsal 4:18.
“Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu.” Lukas 13:24.
Pejalan kaki yang terlambat itu, terburu-buru menuju gerbang kota pada waktu matahari mau terbenam, tidak bisa melihat sesuatu yang menarik perhatian di dekat jalan. Segenap pikirannya ditujukan pada satu maksud untuk memasuki gerbang. Keteguhan maksud yang sama, Kata Yesus, diperlukan di dalam kehidupan Kristen. Telah Kubukakan kepadamu kemuliaan tabiat, yaitu kemuliaan sejati kerajaan-Ku. Kemuliaan itu tidak menjanjikan kekuasaan duniawi kepadamu; namun seimbang dengan keinginan dan upayamu yang tertinggi. Aku tidak memanggilmu untuk memerangi keunggulan dari kerajaan besar dunia, tetapi oleh sebab itu janganlah disimpulkan bahwa tidak ada pertempuran untuk dilancarkan atau kemenangan untuk diraih. Aku minta, engkau berjuang, menderita, untuk masuk ke dalam kerajaan kerohanian-Ku.
Kehidupan Kristen adalah suatu peperangan dan suatu gerakan. Tetapi kemenangan yang akan diperoleh tidak diraih dengan kuasa manusia. Medan pertentangan adalah lingkungan hati. Pertempuran yang kita lancarkan pertempuran terbesar yang pernah diadakan manusia adalah penyerahan diri kepada kehendak Allah, penyerahan hati kepada kedaulatan kasih. Tabiat lama, dilahirkan dari darah dan kehendak daging, tidak dapat mewarisi kerajaan Allah. Kecenderungan-kecenderungan yang dibawa lahir, kebiasaan-kebiasaan dulu, harus ditinggalkan.
Orang yang bertekad untuk memasuki kerajaan rohani akan menemukan bahwa segala kuasa dan nafsu dari sifat manusia lama yang belum bertobat, yang diperkuat oleh kekuatan kerajaan kegelapan, sedang berjuang melawan dia. Sifat mementingkan diri dan kesombongan akan bangkit menentang segala sesuatu yang menunjuk keberdosaan mereka. Dengan kekuatan diri sendiri, kita tidak dapat mengalahkan keinginan-keinginan dan kebiasaan-kebiasaan jahat yang berjuang untuk menguasai. Kita tidak dapat mengalahkan musuh yang menahan kita dalam perbudakannya. Allah sendiri dapat memberikan kemenangan kepada kita. Dia ingin supaya kita menguasai diri kita, kehendak dan jalan-jalan kita. Tetapi Ia tidak dapat bekerja di dalam diri kita tanpa izin dan kerjasama kita. Roh Ilahi bekerja melalui kemampuan dan kuasa yang diberikan kepada manusia. Tenaga kita diperlukan untuk bekerja sama dengan Allah.
Kemenangan tidak diperoleh tanpa doa yang sungguh-sungguh, tanpa merendahkan diri dalam setiap langkah. Kehendak kita tidak dipaksakan untuk bekerja sama dengan wakil-wakil Ilahi, tetapi harus diserahkan secara sukarela. Sekalipun dapat dipaksakan kepadamu ratusan kali lipat kehebatan pengaruh. Roh Allah, itu tidak akan membuatmu se Kristen, se warga kerajaan yang layak untuk surga. Benteng Setan tidak akan nibuh. Kehendak harus dibenamkan pada kehendak Allah; tetapi jika engkau mau untuk “dijadikan mau,” Allah akan melakukan pekerjaan itu bagimu, bahkan “mematahkan setiap siasat dan merobohkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus.” 2 Korintus 10:5. Kemudian engkau “mengerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, . . . Karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya.” Filipi 2:12, 13.
Tetapi banyak tertarik oleh keindahan Kristus dan kemuliaan surga, yang segan-segan memenuhi syarat satu-satunya supaya ini dapat menjadi milik mereka. Banyak yang berada di jalan lebar sama sekali tidak puas dengan jalan yang mereka lalui itu. Mereka rindu melepaskan diri dari perhambaan dosa, dan dengan kekuatan mereka sendiri, berupaya untuk membuat suatu pendirian melawan kebiasaan-kebiasaan berdosa mereka. Mereka melihat ke arah jalan sempit dan gerbang sesak; tetapi kesenangan mementingkan diri, kasih akan dunia, kesombongan, ambisi yang tidak suci, membuat suatu rintangan antara mereka dan Juruselamat itu. Untuk meninggalkan kehendak mereka sendiri, sasaran kasih atau pencarian pilihan mereka, memerlukan suatu pengorbanan di mana mereka bimbang dan ragu serta berubah kembali. “Banyak akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.” Lukas 13:24. Mereka menginginkan kebaikan, mereka berupaya untuk memperolehnya; tetapi mereka tidak memilihnya; mereka tidak mempunyai suatu maksud yang tetap untuk memperolehnya diatas segala galanya.
Harapan satu-satunya bagi kita jika kita mau mengalahkannya adalah menyatukan kehendak kita dengan kehendak Allah dan bekerjasama dengan Dia, jam demi jam dan hari demi hari. Kita tidak bisa mempertahankan diri dan masuk kerajaan Allah. Jika kita sampai kepada kesucian, itu adalah melalui penyangkalan diri dan penerimaan pikiran Kristus. Kesombongan dan mengandalkan kekuatan diri sendiri harus disalibkan. Maukah kita membayar harta yang dituntut dari kita? Maukah kita membawa kehendak kita ke dalam persesuaian yang sempurna dengan kehendak Allah? Sebelum kita mau, kasih karunia Allah yang mengubah tidak dapat dinyatakan kepada kita.
Peperangan yang harus kita lancarkan adalah “peperangan iman.” Itulah yang kuusahakan,” kata rasul Paulus, “dan kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasa-Nya, yang bekerja dengan kuat di dalam aku.” Kolose 1:29.
Yakub, dalam krisis hidupnya yang besar, beralih ke dalam doa. Dia dipenuhi dengan satu tujuan terunggul mencari perubahan tabiat Tetapi sementara dia meminta kepada Allah, se musuh, seperti yang dia harapkan, menumpangkan tangannya kepadanya, dan sepanjang malam dia bergumul untuk hidupnya. Tetapi tujuan jiwanya tidak diubahkan oleh bahaya kehidupan itu sendiri. Ketika kekuatannya hampir habis, Malaikat itu menunjukkan kuasa Ilahi-Nya, dan ketika Yakub dijamah, sadarlah dia dengan siapa ia telah bergumul. Dengan kesakitan dan tak berdaya, ia jatuh ke pangkuan Juruselamat itu, meminta berkat. Dia tidak mau dikesampingkan atau menghentikan permohonannya, dan Kristus mengabulkan permohonan dari yang tak berdaya dan menyesal ini, sesuai dengan janji-janji-Nya, “kecuali kalau mereka mencari perlindungan kepada-Ku dan mencari damai dengan Aku, ya mencari damai dengan Aku!” Yesaya 27:5. Yakub memohon dengan roh yang tekun, “Aku tidak akan membiarkan engkau pergi, jika engkau tidak memberkati aku.” Kejadian 32:26. Roh yang gigih ini diilhami oleh Dia yang bergumul dengan Yakub. Dialah yang memberikan kemenangan kepadanya, dan Dia mengubah namanya dari Yakub menjadi Israel, seraya berkata, “Engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang.” Kejadian 32:28. Bahwa Yakub yang telah sia sia bergumul dengan kekuatannya sendiri, telah menang melalui penyerahan diri dan iman yang tabah. “Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita.” 1 Yohanes 5:4.
“Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu.” Matius 7:15.
Guru-guru palsu akan datang untuk menjauhkanmu dari jalan yang sempit dan gerbang yang sesak itu. Hati-hatilah terhadap mereka; walaupun tersembunyi dalam pakaian domba, dalam hati mereka adalah serigala-serigala yang sedang mencari mangsa. Yesus memberikan suatu ujian yang olehnya guru-guru palsu dapat dibedakan dari guru-guru sejati.“Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka,” kata-Nya. “Dapatkah memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri?”
Kita tidak diminta menguji pembicaraan mereka yang indah indah dan pengakuan yang muluk-muluk. Mereka harus dinilai oleh firman Allah. “Siapa yang tidak berbicara sesuai dengan perkataan itu. maka baginya tidak terbit fajar.” “Hai anakku, jangan lagi mendengarkan didikan, kalau engkau menyimpang juga dari perkataan-perkataan yang memberi pengetahuan.” Yesaya 8:20; Amsal 19:27. Pekabaran apa yang dibawakan guru-guru ini? Apakah itu membawamu untuk menghormati dan menakuti Allah? Apakah itu membawamu untuk menyatakan kasihmu kepada-Nya dengan setia memelihara hukum-hukum-Nya? Jika manusia tidak merasakan bobot dari hukum moral: jika mereka menganggap enteng peraturan-peraturan Allah, jika mereka melanggar salah satu dari hukum hukum-Nya yang terkecil, dan mengajarkan seperti itu kepada manusia, mereka tidak akan berharga dalam pandangan surga. Kita dapat mengetahui bahwa pernyataan-pernyataan mereka tidak mempunyai dasar. Mereka sedang melakukan pekerjaan yang benar benar berasal dari raja kegelapan, musuh Allah itu.
Tidak semua yang mengakui nama-Nya dan memakai lencana-Nya milik-Nya. Banyak yang telah mengajar atas namaKu, kata Yesus, pada akhirnya akan ternyata terlalu ringan. “Pada hari terakhir banyak akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir Setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah daripadaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!”
Ada yang percaya bahwa mereka benar apabila mereka salah. Sementara menyatakan Kristus sebagai Tuhan mereka, dan mengaku melakukan perbuatan-perbuatan besar dengan namaNya, mereka adalah para pekerja kejahatan.” Mulutnya penuh dengan kata kata cinta kasih, tetapi hati mereka mengatakan firman Allah bagi mereka adalah “seperti seorang yang melagukan syair cinta kasih dengan suara yang merdu, dan yang pandai main kecapi; mereka mendengar apa yang kau ucapkan, tetapi mereka sama sekali tidak melakukannya.” Yehezkiel 33:31,32.
Mengaku murid saja tidaklah berharga. Iman di dalam Kristus yang menyelamatkan jiwa bukanlah apa yang ditunjukkan oleh banyak “Percaya, percaya,” kata mereka, “dan kamu tidak perlu memelihara hukum.” Tetapi kepercayaan yang tidak membawa kepada penurutan adalah kepongahan. Rasul Yohanes mengatakan, “Barang siapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah se pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran.” I Yohanes 2:4. Jangan se pun menyukai pendapat bahwa pemeliharaan khusus atau manifestasi ajaib adalah menjadi bukti kesejatian dari pekerjaan mereka atau pendapat yang mereka anjurkan. Apabila menganggap enteng firman Allah, dan membuat kesan, perasaan dan pelaksanaan mereka di atas ukuran Ilahi, dapat kita ketahui bahwa tidak ada terang di dalam mereka.
Penurutan adalah ujian kemuridan. Pemeliharaan hukumlah yang membuktikan keikhlasan dari pengakuan kasih kita. Apabila ajaran yang kita terima membunuh dosa di dalam hati, menyucikan jiwa dari kecemaran, menghasilkan buah kesucian, dapat kita ketahui bahwa ajaran ini adalah kebenaran Allah. Bila kebajikan, kebaikan, kelembutan hati, simpati nyata dalam kehidupan kita, apabila kita mengagungkan Kristus, bukan diri, dapat kita ketahui bahwa iman kita itu benar. “Dan inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya.” 1 Yohanes 2:3.
“Tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.” Matius 7:25.
benar-benar telah digerakkan oleh kata-kata Kristus. Keindahan Ilahi dari prinsip prinsip kebenaran menarik hati mereka; dan amaran amaran serius Kristus telah datang kepada mereka sebagai suara hati yang mencari Allah. Kata-kata-Nya telah membongkar sampai ke akar akar pikiran dan pendapat mereka dulu, untuk mengikut ajaran-Nya akan memerlukan suatu perubahan dalam semua kebiasaan pikiran dan tindakan mereka. Ini akan membuat mereka bentrok dengan guru-guru agama mereka, karena ini akan menyangkut perubahan seluruh struktur yang dari generasi ke generasi telah dibina para rabi. Oleh karena itu, walaupun hati menanggapi Kata-kata-Nya, sedikit yang bersedia untuk menerimanya sebagai pembimbing kehidupan.
Yesus mengakhiri ajaran-Nya di atas bukit itu dengan satu ilustrasi yang jelas menunjukkan pentingnya menerapkan kata kata yang telah Dia ucapkan. Di antara banyak yang berkerumun mengelilingi Juruselamat banyak yang telah menggunakan masa hidup mereka di sekitar Laut Galilea itu. Ketika mereka duduk di lereng bukit, mendengar kata-kata Kristus, mereka dapat memandang lembah-lembah dan jurang-jurang yang melaluinya sungai-sungai kecil menemukan jalannya mengalir ke laut. Pada musim panas sungai-sungai ini sering hilang sama sekali, hanya meninggalkan saluran yang kering dan berdebu. Tetapi bila badai musim dingin menerpa bukit-bukit, sungai sungai menjadi aliran air deras yang dahsyat dan mengamuk, kadang-kadang memenuhi lembah dan membawa segala galanya pada waktu banjir yang tak terbendung. Lalu sering pondok pondok yang didirikan oleh para petani di dataran yang berumput, yang tampaknya di luar jangkauan bahaya, disapu bersih. Tetapi tinggi di atas perbukitan terdapat perumahan yang didirikan di atas batu. Di beberapa tempat dari negeri itu terdapat rumah-rumah yang sama sekali terbuat dari batu, dan banyak dari rumah-rumah itu telah menahan angin ribut selama ribuan tahun. rumah-rumah ini didirikan dengan kerja keras dan kesukaran. rumah-rumah tersebut tidak mudah didatangi, dan lokasinya tampak kurang menarik bukan seperti yang di dataran rumput. Tetapi rumah-rumah itu didirikan di atas batu, dan angin, banjir serta topan sia sia untuk merobohkannya.
Seperti para pembangun rumah-rumah di atas batu ini, kata Yesus, begitulah yang akan menerima firman yang telah Kuucapkan kepada kamu, dan membuatnya menjadi fondasi tabiat dan kehidupannya. Ratusan tahun sebelumnya, nabi Yesaya telah memuliakan “Firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya” (Yesaya 40:8); dan Petrus, lama setelah Khotbah di Atas Bukit diberikan, mengutip kata-kata Yesaya ini, menambahkan, “Inilah firman yang disampaikan Injil kepada kamu” (I Petrus 1:25). Firman Allah merupakan hal satu-satunya yang diketahui dunia kita abadi. Firman itu adalah fondasi yang pasti.
“Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataanku tidak akan berlalu.” Matius 24:35.
Prinsip Prinsip dasar hukum, tentang tabiat Allah, diwujudkan dalam kata-kata Kristus di atas bukit itu. Barang siapa membangun di atasnya adalah membangun di atas Kristus, Batu Zaman itu. Dengan menerima firman itu, kita menerima Kristus. Dan han>a yang menerima firman-Nya yang membangun di atas-Nya. ‘Tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain daripada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.” 1 Korintus 3:11. “Di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” Kisah 4:12. Kristus, Firman itu, wahyu Allah, manifestasi dari tabiat-Nya, hukum-Nya, kasih-Nya, adalah fondasi satu-satunya yang di atasnya kita dapat membangun suatu tabiat yang akan tahan.
Kita membangun di atas Kristus oleh menurut firman-Nya. Bukan yang hanya menyukai kebenaran yang benar, tetapi yang melakukan kebenaran. Kesucian bukanlah kegirangan; itu adalah hasil dari menyerahkan segalanya kepada Allah; itu adalah melakukan kehendak Bapa kita yang di surga. Ketika bani Israel berkemah di perbatasan Negeri Perjanjian, tidak cukup bagi mereka hanya memperoleh pengetahuan tentang Kanaan, atau menyanyikan lagu-lagu Kanaan. Ini saja tidak akan membuat mereka memiliki kebun anggur, dan pohon-pohon zaitun dari negeri yang subur itu. Sesungguhnya mereka dapat memiliki negeri itu hanya dengan mendudukinya, dengan mengikuti keadaannya, dengan menunjukkan iman yang hidup kepada Allah, dengan mengambil untuk diri mereka sendiri janji-janji-Nya.
Agama mengandung penerapan kata-kata Kristus; bukan diterapkan untuk memperoleh kemurahan hati Allah, tetapi karena segala ketidaklayakan, kita telah menerima pemberian kasih-Nya. Kristus menetapkan keselamatan manusia, bukan atas pengakuan semata-mata, tetapi atas iman yang dinyatakan dalam perbuatan-perbuatan yang benar. Berbuat, bukan dengan perkataan saja, diharapkan dari para pengikut Kristus. Melalui perbuatanlah tabiat dibangun. “Semua , yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.” Roma 8:14. Bukan yang hatinya dijamah Roh itu, bukan yang sekarang dan kemudian menyerah kepada kuasanya, tetapi mereka yang dipimpin oleh roh itulah putra putra Allah.
Inginkah engkau menjadi pengikut Kristus, namun tidak tahu bagaimana untuk memulainya? Apakah engkau berada dalam kegelapan dan tidak tahu untuk menemukan terang? Ikutilah terang yang engkau miliki. Pastikan hatimu untuk mengikuti apa yang engkau tahu tentang firman Allah. KuasaNya, kehidupan-Nya sendiri, tinggal di dalam firman-Nya. Bila engkau menerima firman itu di dalam iman, itu akan memberikan kepadamu kuasa untuk menurut. Apabila engkau perhati-kan terang yang engkau miliki, terang yang lebih besar akan datang. Engkau sedang membangun di atas firman Allah, dan tabiatmu akan dibangun sesuai dengan rupa tabiat Kristus.
Kristus, fondasi yang benar, adalah batu yang hidup; kehidupan-Nya diberikan kepada segala yang dibangun di atas-Nya. “Kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani.” “Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan.” 1 Petrus 2:5; Efesus 2:21. Batu-batu itu menjadi satu dengan fondasi; karena kehidupan yang biasa tinggal di dalam semua. Bangunan itu tidak dapat dirobohkan angin topan; karena
“Siapa yang turut mengambil bagian dalam kehidupan Allah, mereka akan terpelihara semuanya.”
Tetapi setiap bangunan yang didirikan di atas fondasi lain bukan di atas firman Allah akan rubuh. Seperti Yahudi pada zaman Yesus, yang membangun di atas fondasi pikiran dan pendapat manusia, di atas bentuk-bentuk dan upacara-upacara ciptaan manusia, atau di atas perbuatan apa saja yang dapat ia lakukan secara bebas tentang kasih karunia Kristus, adalah mendirikan struktur tabiatnya di atas tanah yang bergeser. Angin topan pencobaan akan menghanyutkan fondasi berpasir itu dan meninggalkan rumahnya suatu rongsokan di akhir zaman.
“Sebab itu beginilah firman Tuhan Allah . . . Aku akan membuat keadilan menjadi tali pengukur, dan kebenaran menjadi tali sipat; hujan batu akan menyapu bersih perlindungan bohong, dan air lebat akan menghanyutkan persembunyian.” Yesaya 28:16, 17.
Tetapi sekarang kemurahan hati meminta berdosa. “Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan Allah, Aku tidak berkenan kepada kematian fasik, melainkan Aku berkenan kepada pertobatan fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup. Bertobatlah, bertobatlah dari hidupmu yang jahat itu! Mengapakah kamu akan mati, hai kaum Israel?” Yehezkiel 33:11. Suara yang berbicara kepada yang tidak menyesali dosanya pada hari ini adalah suara Dia yang dalam hati merasa sedih menyerukan ketika Dia lihat kota yang disayanginya: “Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau. Sesungguhnya rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi.” Lukas 13:34, 35. Di Yerusalem, Yesus melihat suatu lambang dari dunia yang telah menolak dan menghina kasih karunia-Nya. Dia sedang meratap, wahai hati yang keras, bagimu! Bahkan ketika air mata Yesus bercucuran di atas bukit, Yerusalem masih bisa bertobat, dan lepas dari malapetakanya. Untuk suatu saat singkat Pemberian surga itu masih menunggu sambutannya. Begitulah, wahai hati, kepadamu Kristus masih berbicara dengan nada kasih: “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetuk; jikalau ada yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan is bersama-sama dengan Aku.” “Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu.” Wahyu 3:20; 2 Korintus 6:2.
Engkau yang meletakkan pengharapan kepada diri berarti membangun di atas pasir. Tetapi belum terlalu terlambat untuk menghindarkan kehancuran yang akan datang. Sebelum angin topan mengamuk, larilah ke pondasi yang tahan uji. “Beginilah firman Tuhan Allah: Sesungguhnya, Aku meletakkan sebagai dasar di Sion sebuah batu, batu yang teruji, sebuah batu penjuru yang mahal, suatu dasar yang teguh: Siapa yang percaya, tidak akan gelisah!” “Berpalinglah kepada-Ku dan biarkanlah dirimu diselamatkan hai ujung-ujung bumi! Sebab Akulah Allah dan tidak ada yang lain.” “Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan bahkan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kananKu yang membawa kemenangan.” “Kamu tidak akan mendapat malu dan tidak kena noda sampai selama-lamanya.” Yesaya 28:16; 45:22; 41:10; 45:17