Kaum muslim mula-mula mengetahui bahwa meskipun hari ibadah menurut Alkitab (salah satu Kitab sebelumnya yaitu Taurat) adalah hari Sabtu dan dikenal sebagai Sabat hari ketujuh terutama di jazirah Arab selama berabad-abad, banyak dari Ahli Kitab (Kristen) malah memelihara hari Minggu sebagai hari perhentian. Kaum Yahudi adalah bukti hidup sampai hari ini mengenai hari ibadah dan perhentian ini, dan berdasarkan ketaatan pada Kitab-kitab dan tradisi para Nabi mereka selalu memelihara hari Sabat tersebut. Perintah memelihara sabat diturunkan Allah kepada nabi Musa (as), yang diteguhkan oleh Qur’an dalam beberapa ayat, seperti ayat 65 dalam Surah Al-Baqara yang menyebutkan:
وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ الَّذِيْنَ اعْتَدَوْا مِنْكُمْ فِى السَّبْتِ فَقُلْنَا لَهُمْ كُوْنُوْا قِرَدَةً
خٰسِـِٕيْنَ
Wa laqad ‘alimtumullażīna’tadau mingkum fis-sabti fa qulnā lahum kụnụ qiradatan khāsi`īn
Dan sungguh, kamu telah mengetahui orang-orang yang melakukan pelanggaran di antara kamu pada hari Sabat, lalu Kami katakan kepada mereka, “Jadilah kamu kera yang hina!” (Al-Baqara 65)
Ahli Kitab (Kristen) yang memelihara hari Minggu sebagai hari perhentian tidak memiliki dasar untu mendukung keyakinan mereka tersebut dari Kitab-kitab sebelumnya (Alkitab) karena dalam Bahasa Arab kata Sabtu adalah al-Sabt (yang artinya “hari perhentian”) sementara Minggu adalah Yawm Al-Ahad (artinya “hari pertama). Sejarah membenarka bahwa perbahan tersebut terjadi pada abat ke empat dibawah perintah Kaisar Konstanti sementara Alkitab tetap konsistem perihal sabat. (
Al-Sabt). Pada 7 Maret 321, Konstantin pertama di Roma, yang beragama Kristen, mengeluarkan dekrit bahwa hari minggu akan di khususkan menjadi perhentian bagi warga Roma.
Kaum Muslim mengetahui perihal Sabat, hari perhentian yang sejati, yang diberikan oleh Allah, karena demikian Qur’an mengatakannya, dan juga karena Bahasa Arab untuk kata Sabtu adalah Al-Sabt selain juga kaum Yahudi sebagai bukti hidup mengenai kesakralannya. Namu, Ahli Kitab (dalam hal ini Kristen) mengikuti Minggu sebagai Sabat mereka. Ketika mereka menanggapi dengan penuh keyakinan bahwa kebiasaan mereka tersebut berdasarkan Alkitab, maka kaum Muslim kemudian menyimpulkan bahwa memang benar orang-orang Kristen telah mengubah Alkitab demi mendukung keyainan mereka sendiri. Oleh karena itu, tuduhan pun diajukan bahwa Alkitab (Kitab-kitab sebelumnya) telah dipalsukan.
Jadi sebenarnya bagaimana realitanya? Benarkah Ahli Kitab mengubah Kitab-kitab mereka ataukah mereka hanya salah menafsirkan Kitab-kitab tersebut demi mendukung tradisi-tradisi dan kebiasaan-kebiasaan mereka, gantinya mengikuti Kitab-kitab tersebut?
Ada satu hal penting yang diamati Ketika mempelajari Qur’an, bahwa ia lebih sering berbicara kepada kaum Yahudi pada Sebagian besar ayat ini. Begitupun, kitab isa mengatakan bahwa baik Yahudi maupun Kristen tidak selalu taat dalam mengikuti apa yang diperintahkan oleh Kitab-kitab mereka. Disini, poin yang perlu ditekankan bahwa Qur’an tidak menuduh Alkitab (Taurat, Zabur, Injil) diubah atau dipalsukan, melainkan bahwa Ahli Kitab mengikuti apa yang Kitab tersebut katakana. Hari ini juga setelah bertahun-tahun, hal yang sama juga bis akita katakana terjadi pada semua pengikut agama Ibrahim (Yahudi, Kristen dan Muslim), bahwa mereka tidak selalu mengikuti apa yang diperintahkan oleh Kitab-kitab mereka untuk dilakukan dan/atau mereka salah menafsirkan apa yang dikatakan oleh Kitab-kitab tersebut. Itulah sebabnya ada banyak sekte di dalam agama-agama ini dan juga ada yang moderat, liberal bahkan radikal.
Poin penting lain yang perlu dicatat adalah bahwa Qur’an tidak menuduh bahwa semua Ahli Kitab itu tidak taat saat salah menafsirkan Kitab-kitab mereka, namun menyebutkan adanya sebuah golongan diantara mereka ada Ahli Kitab sejati yang benar-benar tulus mengikuti wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada mereka. Ada beberapa golongan diantara umat Kristen, yang baik maupun ajaran-ajarannya berbeda dari Alkitab, dan ada juga banyak dari kaum Yahudi yang tidak mengikuti apa yang diajarkan dari Kitab-kitab sebelumnya. Scenario Ahli Kitab yang setia bertentangan dengan mereka yang tidak mengikuti Kitab-kitab secara jelas digambarkan di dalam Qur’an. Tapi, banyak kaum Muslim mengira bahwa Ahli Kitab itu semuanya mengikuti Kitab-kitab (Alkitab) yang sudah dipalsukan atau diubah. Keistimewaan yang disebutkan dalam Qur’an mengenai Ahli Kitab yang sejati, yang selalu setia mengikuti Firman Allah dan dibedakan dari mereka yang tidak mengikuti, dapat diamati dari ayat dibawah ini;
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ ۗ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ ٱلْكِتَٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم ۚ مِّنْهُمُ ٱلْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ
Kuntum khaira ummatin ukhrijat lin-nāsi ta`murụna bil-ma’rụfi wa tan-hauna ‘anil-mungkari wa tu`minụna billāh, walau āmana ahlul-kitābi lakāna khairal lahum, min-humul-mu`minụna wa akṡaruhumul-fāsiqụn
Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (Ali Imran 110)
Ayat tersebut secara jelas menyatakan bahwa “di antara” Ahli Kitab ada Sebagian yang beriman danmengikuti apa yang tertulis dalam Kitab-kitab Suci mereka (Alkitab) namun banyak juga yang tidak mengikutinya. Ayat itu tidak menyebutkan bahwa Kitab-kitab sebelumnya tidak lagi dapat dipercaya tapi menyatakan bahwa kebanyakan dari Ahli Kitab tidak lagi seita.
Terlepas dari peneguhan Qur’an yang berbeda, meungkinkah, pada satu titik dalam rentang sejarah, bahwa kaum Yahudi dan Kristen bersekutu untuk sama-sama mengubah Kitab-kitab mereka?
Mengingat Qur’an meneguhkan keaslian teks tertulis dari Taurat, Zabur dan Injil (Alkitab) dan sependapat dengan fakta bahwa Kitab-kitab terdahulu masih sahih, lantas darimana tuduhan mengubah itu berasal? Mari kita telaah pernyataan ini. Mari kita bertanya, dapatkan perubahan ini mungkin dilakukan mengingat pertama, adanya peneguhan dari Qur’an dan kedua, adanya perselisiahan-perselisihan mendasar antara kaum Yahudi dan Kristen?
Bagaimana kaum Yahudi, Perjanjian Lama (Taurat dan Zabur) sangat suci dan oleh karenanya jika orang-orang Kristen berusaha untu memalsukannya, dan mereka juga pasti masih menyimpan versi yang sebelumnya dipalsukan Kitab-kitab tersebut.
Begitu juga sebaliknya, jika kaum Yahudi berusaha memalsukan Perjanjian Baru (Injil), orang-orang Kristen tidak akan mengizinkannya karena itu sangat sacral bagi mereka dan jutaan orang telah mati syahid karena mempraktekkannya selama masa Kekaisaran Roma. Bahkan sekiranya Yahudi mencoba merusaknya, orang-orang Kristen pasti masih menyimpan versi Injil yang belum rusak. Faktanya, terdapat ribuan manuskrip Injil yang telah beredar sebelum Qur’an diturunkan yang tetap bertahan bahkan hingga hari ini dan terjaga dengan baik di beberapa museum di dunia. Jadi jika Qur’an, di akhir kehidupan Nabi Muhammad (saw), ditahun 632 M mengklaim tentang pewahyuan Alkitab, yang pada masa itu terdiri dari manuskrip-manuskrip Injil yang telah lebih dahulu ada sebelum Islam (dan masih ada sampai hari ini), maka kemudian dapatkah tuduhan bahwa ada perubahan yang terjadi tetap mendapatkan pembenaran?
Faktanya bahwa, sebuah persekongkolan Yahudi-Kristen untuk memalsukan Kitab-kitab sebelumnya tidak pernah terjadi dalam sejarah. Tidak pernah juga terjadi kaum Yahudi dan orang-orang Kristen saling bersepakat untuk mengubah teks-teks tersebut di periode manapun dalam sejarah mengingat mereka memandang Kitab-kitab mereka tersebut amatlah suci, bahwa itu benar-benar merupakan Wahyu Allah. Bahkan sekiranya mereka memang menginginkannya, mereka tidak akan bisa melakukannya, akrena sudah ribuan manuskrip Kitab tertulis berada ditangan orang-orang beriman di seluruh dunia dan telah beredar selama ribuan tahun.
Poin yang menarik adlah, seperti disebutkan sebelumnya, Qur’an tidak menuduh Ahli Kitab (Yahudi dan Kristen) megubah Kitab-kitab sebelumnya, melainkan menuduh mereka tidak mengikuti apa yang diajarkan oleh Kitab-kitab tersebut (Taurat, Zabur, Injil). Tuduhan bahwa teks Alkitab diubah tidak ditemukan dalam Qur’an. Sebaliknya Qur’an meneguhkan Kitab-kitab sebelumnya dan mengutuk mereka yang salah menafsirkan maknanya. Meskipun peneguhan seperti itu ada dalam Qur’an, ada sebgian yang mengklaim bahwa Qur’an memang mengajarkan bawha Alkirab sudah dipalsukan atau diubah dan oleh karenanya Qur’an diturunkan. Pandangan seperti itu tidak ada dalam Qur’an tapi berdasarkan pada filosofi dan asumsi-asumsi orang, dan bukan berdasarkan fakta. Perhatikan juga ayat berikut;
وَقَالَتِ ٱلْيَهُودُ لَيْسَتِ ٱلنَّصَٰرَىٰ عَلَىٰ شَىْءٍ وَقَالَتِ ٱلنَّصَٰرَىٰ لَيْسَتِ ٱلْيَهُودُ عَلَىٰ شَىْءٍ وَهُمْ يَتْلُونَ ٱلْكِتَٰبَ ۗ كَذَٰلِكَ قَالَ ٱلَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ مِثْلَ قَوْلِهِمْ ۚ فَٱللَّهُ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ فِيمَا كَانُوا۟ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ
Wa qālatil-yahụdu laisatin-naṣārā ‘alā syai`iw wa qālatin-naṣārā laisatil-yahụdu ‘alā syai`iw wa hum yatlụnal-kitāb, każālika qālallażīna lā ya’lamụna miṡla qaulihim, fallāhu yaḥkumu bainahum yaumal-qiyāmati fīmā kānụ fīhi yakhtalifụn
Artinya: Dan orang-orang Yahudi berkata: “Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai suatu pegangan”, dan orang-orang Nasrani berkata: “Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan,” padahal mereka (sama-sama) membaca Al Kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti ucapan mereka itu. Maka Allah akan mengadili diantara mereka pada hari Kiamat, tentang apa-apa yang mereka berselisih padanya. (Al-Baqarah 113)
Ayat diatas jelas menunjukkan bahwa Yahudi dan Kristen tidak dalam suatu kesepakatan satu sama lain jadi fakta ini menyingkirkan dugaan yang menyebutkan adanya usaha persekongkolan antara Yahudi dan Kristen untuk sama-sama mengubah teks Kitab-kitab mereka. Kedua, Qur’an menekankan bahwa kebencian dan perseteruan yang terjadi antara mereka itu tidak benar, terutama karena “mereka membaca Al-Kitab” yang tidak mengajarkan perilaku semacam itu. Lebih jauh lagi itu menyiratkan bahwa mereka tidak mengikuti Kitab tersebut. Semua fakta ini menunjukkan Qur’an menyakinkan bahwa Kitab yang mereka baca memiliki pentunjuk dan cahaya bagi mereka, serta menegaskan kesahihannya.
Pada saat Qur’an diturunkan, apakah masih ada kaum Yahudi dan Kristen yang beriman kala itu? Ataukah mereka semua menjadi tidak beriman karena mengikuti Kitab-kitab yang sudah palsu?
Qur’an membedan antara Ahli Kitab (Kristen dan Yahudi) yang beriman dan tidak beriman. Pada ayat-ayat berikut perbedaan tersebut akan ditelusuri lebih jauh. Qur’an tidak mengatakan bahwa orang-orang Kristen dan Yahudi tidak beriman karena mereka tidak mengetahui Firman Allah mengingat semua kitab mereka sudah dipalsukan. Argumentasi Qur’an adalah Kitab-kitab sebelumnya masih sahih, tapi Sebagian tidak lagi mengikutinya. Namun masih ada Sebagian lagi yang setia mengikuti kebenaran yang terdapat dalam Alkitab (bahkan pada masa Ketika Qur’an sedang diturunkan), sebagaimana ditinjau dari ayat Qur’an dibawah ini.
Ahli Kitab yang tidak beriman
Qur’an menggambarkan perilaku orang Yahudi dan Kristen yang tidak beriman dengan cara seperti berikut:
- Menyembunyikan kebenaran Kitab-kitab;
أَمْ تَقُولُونَ إِنَّ إِبْرَٰهِۦمَ وَإِسْمَٰعِيلَ وَإِسْحَٰقَ وَيَعْقُوبَ وَٱلْأَسْبَاطَ كَانُوا۟ هُودًا أَوْ نَصَٰرَىٰ ۗ قُلْ ءَأَنتُمْ أَعْلَمُ أَمِ ٱللَّهُ ۗ وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّن كَتَمَ شَهَٰدَةً عِندَهُۥ مِنَ ٱللَّهِ ۗ وَمَا ٱللَّهُ بِغَٰفِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
Am taqụlụna inna ibrāhīma wa ismā’īla wa is-ḥāqa wa ya’qụba wal-asbāṭa kānụ hụdan au naṣārā, qul a antum a’lamu amillāh, wa man aẓlamu mim mang katama syahādatan ‘indahụ minallāh, wa mallāhu bigāfilin ‘ammā ta’malụn
Artinya: Ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani?” Katakanlah: “Apakah kamu lebih mengetahui ataukah Allah, dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang menyembunyikan syahadah dari Allah yang ada padanya?” Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan. (Al-Baqarah 140)
Ayat tersebut menuduh mereka zalim karena menyembunyikan Firman Allah. Tuduhan tersebut tidak mengatakan bahwa Kitab-kitabnya yang keliru.
- Mengajarkan ajaran yang salah dan melupakan apa yang telah mereka dengarkan dari Kitab-kitab:
وَإِنَّ مِنْهُمْ لَفَرِيقًا يَلْوُۥنَ أَلْسِنَتَهُم بِٱلْكِتَٰبِ لِتَحْسَبُوهُ مِنَ ٱلْكِتَٰبِ وَمَا هُوَ مِنَ ٱلْكِتَٰبِ وَيَقُولُونَ هُوَ مِنْ عِندِ ٱللَّهِ وَمَا هُوَ مِنْ عِندِ ٱللَّهِ وَيَقُولُونَ عَلَى ٱللَّهِ ٱلْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Wa inna min-hum lafarīqay yalwụna alsinatahum bil-kitābi litaḥsabụhu minal-kitābi wa mā huwa minal-kitāb, wa yaqụlụna huwa min ‘indillāhi wa mā huwa min ‘indillāh, wa yaqụlụna ‘alallāhil-każiba wa hum ya’lamụn
Artinya: Sesungguhnya diantara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al Kitab, padahal ia bukan dari Al Kitab dan mereka mengatakan: “Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah”, padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah sedang mereka mengetahui. (Ali Imran 78)
فَبِمَا نَقْضِهِم مِّيثَٰقَهُمْ لَعَنَّٰهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَٰسِيَةً ۖ يُحَرِّفُونَ ٱلْكَلِمَ عَن مَّوَاضِعِهِۦ ۙ وَنَسُوا۟ حَظًّا مِّمَّا ذُكِّرُوا۟ بِهِۦ ۚ وَلَا تَزَالُ تَطَّلِعُ عَلَىٰ خَآئِنَةٍ مِّنْهُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِّنْهُمْ ۖ فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱصْفَحْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ
Fa bimā naqḍihim mīṡāqahum la’annāhum wa ja’alnā qulụbahum qāsiyah, yuḥarrifụnal-kalima ‘am mawāḍi’ihī wa nasụ ḥaẓẓam mimmā żukkirụ bih, wa lā tazālu taṭṭali’u ‘alā khā`inatim min-hum illā qalīlam min-hum fa’fu ‘an-hum waṣfaḥ, innallāha yuḥibbul-muḥsinīn
Artinya: (Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (Al-Ma’idah 13)
- Mencari keuntungan dari Kitab-kitab
وَإِذْ أَخَذَ ٱللَّهُ مِيثَٰقَ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَٰبَ لَتُبَيِّنُنَّهُۥ لِلنَّاسِ وَلَا تَكْتُمُونَهُۥ فَنَبَذُوهُ وَرَآءَ ظُهُورِهِمْ وَٱشْتَرَوْا۟ بِهِۦ ثَمَنًا قَلِيلًا ۖ فَبِئْسَ مَا يَشْتَرُونَ
Wa iż akhażallāhu mīṡāqallażīna ụtul-kitāba latubayyinunnahụ lin-nāsi wa lā taktumụnahụ fa nabażụhu warā`a ẓuhụrihim wasytarau bihī ṡamanang qalīlā, fa bi`sa mā yasytarụn
Artinya: Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu): “Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya,” lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruknya tukaran yang mereka terima.
- Sebagian kaum Yahudi yang melakukan pelanggaran karena ketidaktahuan mengenai Kitabnya menuliskan pemikiran-pemikiran mereka sendiri:
وَمِنْهُمْ أُمِّيُّونَ لَا يَعْلَمُونَ ٱلْكِتَٰبَ إِلَّآ أَمَانِىَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ
Wa min-hum ummiyyụna lā ya’lamụnal-kitāba illā amāniyya wa in hum illā yaẓunnụn
Artinya: Dan diantara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga (Al-Baqarah 78).
فَوَيْلٌ لِّلَّذِينَ يَكْتُبُونَ ٱلْكِتَٰبَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَٰذَا مِنْ عِندِ ٱللَّهِ لِيَشْتَرُوا۟ بِهِۦ ثَمَنًا قَلِيلًا ۖ فَوَيْلٌ لَّهُم مِّمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَّهُم مِّمَّا يَكْسِبُونَ
Fa wailul lillażīna yaktubụnal-kitāba bi`aidīhim ṡumma yaqụlụna hāżā min ‘indillāhi liyasytarụ bihī ṡamanang qalīlā, fa wailul lahum mimmā katabat aidīhim wa wailul lahum mimmā yaksibụn
Artinya: Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; “Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.( Al-Baqarah 79)
Ahli Kitab yang beriman
Qur’an mengajarkan bahwa ada orang-orang Kristen dan Yahudi (Ahli Kitab) yang beriman;
لَيْسُوا۟ سَوَآءً ۗ مِّنْ أَهْلِ ٱلْكِتَٰبِ أُمَّةٌ قَآئِمَةٌ يَتْلُونَ ءَايَٰتِ ٱللَّهِ ءَانَآءَ ٱلَّيْلِ وَهُمْ يَسْجُدُونَ
Laisụ sawā`ā, min ahlil-kitābi ummatung qā`imatuy yatlụna āyātillāhi ānā`al-laili wa hum yasjudụn
Artinya: Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (sembahyang).(Ali Imran 113)
يُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ وَيَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَيُسَٰرِعُونَ فِى ٱلْخَيْرَٰتِ وَأُو۟لَٰٓئِكَ مِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ
Yu`minụna billāhi wal-yaumil-ākhiri wa ya`murụna bil-ma’rụfi wa yan-hauna ‘anil-mungkari wa yusāri’ụna fil-khairāt, wa ulā`ika minaṣ-ṣāliḥīn
Artinya: Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh. (Ali Imran 114)
وَمَا يَفْعَلُوا۟ مِنْ خَيْرٍ فَلَن يُكْفَرُوهُ ۗ وَٱللَّهُ عَلِيمٌۢ بِٱلْمُتَّقِينَ
Wa mā yaf’alụ min khairin fa lay yukfarụh, wallāhu ‘alīmum bil-muttaqīn
Artinya: Dan apa saja kebajikan yang mereka kerjakan, maka sekali-kali mereka tidak dihalangi (menenerima pahala)nya; dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang bertakwa. (Ali Imran 115)
Menurut Qur’an, orang-orang Kristen dan Yahudi yang beriman tidak melakukan apa yang dilakukan oleh yang tidak beriman; mereka mentaati Kitab-kitabnya dan menyembah Allah. Bagaimana dengan Kitab-kitab mereka? Apakah Qur’an mempertanyakan soal Kitab-kitab kaum Yahudi dan Kristen telah dipalsukan oleh Tindakan dari mereka yang tidak beriman? Atau sebenarnya Kitab-kitab tersebut dilestarikan dan dijaga oleh yang beriman? Apakah Qur’an mengatakan bahwa hanya Sebagian saja dari Kitab-kitab tersebut yang mengandung kebenaran? Seperti disebutkan diatas, tidak ditemukan dimanapun Qur’an menuduh Ahli Kitab melakukan perubahan terhadap teks-teks dari Kitab-kitab sebelumnya (Alkirab) namun ia berulang kali menuduh mereka tidak mengikuti risalah yang diberikan, dengan demikian menunjukkan kesahihannya masih terus berlanjut. Implikasi dari semua ini adalah bahwa Qur’an menegaskan bahwa Kitab-kitab dari Ahli Kitab tidak berubah dan dapat dipercaya, karena didalamnya terkandung pentunjuk dan cahaya yang menerangi.