Adakah ayat-ayat di dalam Kitab suci Qur’an yang menyebutkan bahwa Alkitab sudah diubah?

Apakah mungkin untuk menemukan bukti di dalam Qur’an terkait perubahan-perubahan spesifikasi pada Kitab-kitab sebelumnya atau mengenai Ahli Kitab telah mengubah Kitab-kitab mereka sendiri? Hari ini, Sebagian ulama telah menyajikan penegasan bahwa ada ayat-ayat di dalam Qur’an yang menunjukkan bahwa Alkitab sudah diubah atau dipalsukan oleh Ahli Kitab, dan oleh karenanya itu menjadi alas an mengapa Qur’an perlu diturunkan. Lima ayat yang biasanya diajukan dari Qur’an sebagai bukti bahwa Kitab-kitab sebelumnya (Alkitab) telah dirusak:

Ayat 1

وَإِنَّ مِنْهُمْ لَفَرِيقًا يَلْوُۥنَ أَلْسِنَتَهُم بِٱلْكِتَٰبِ لِتَحْسَبُوهُ مِنَ ٱلْكِتَٰبِ وَمَا هُوَ مِنَ ٱلْكِتَٰبِ وَيَقُولُونَ هُوَ مِنْ عِندِ ٱللَّهِ وَمَا هُوَ مِنْ عِندِ ٱللَّهِ وَيَقُولُونَ عَلَى ٱللَّهِ ٱلْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ

Wa inna min-hum lafarīqay yalwụna alsinatahum bil-kitābi litaḥsabụhu minal-kitābi wa mā huwa minal-kitāb, wa yaqụlụna huwa min ‘indillāhi wa mā huwa min ‘indillāh, wa yaqụlụna ‘alallāhil-każiba wa hum ya’lamụn

Artinya: Sesungguhnya diantara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al Kitab, padahal ia bukan dari Al Kitab dan mereka mengatakan: “Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah”, padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah sedang mereka mengetahui. (Ali Imran 78)

Ayat 2

Apa yang sebenarnya dimaksud oleh ayat ini? Berikut adalah fakta-fakta dari ayat tersebut.

  1. Bahwa ada beberapa orang yang “memutar-mutar” Kitab-kitab tersebut dengan lidahnya. Ini mengacu pada usaha merubah maknanya.
  2. Ini tidak berarti bahwa mereka mengubah teks yang ada di Kitab-kitab tersebut, melainkan mereka menipu orang lain mengenai isi sebenarnya dari Kitab-kitab tersebut.
  3. Ini adalah usaha memelintir mna secara lisan (ayatnya menyebutkan, “mereka memutar-mutar lidahnya”, “mengatakan “Ia datang dari sisi Allah””…”bermakna dusta terhadap Allah sedang mereka mengetahuinya”)
  4. Ayat ini mengacu pada salah tafsir secara verbal/lisan, bukan soal teks yang diubah-ubah.

Ayat 3

أَفَتَطْمَعُونَ أَن يُؤْمِنُوا۟ لَكُمْ وَقَدْ كَانَ فَرِيقٌ مِّنْهُمْ يَسْمَعُونَ كَلَٰمَ ٱللَّهِ ثُمَّ يُحَرِّفُونَهُۥ مِنۢ بَعْدِ مَا عَقَلُوهُ وَهُمْ يَعْلَمُونَ

A fa taṭma’ụna ay yu`minụ lakum wa qad kāna farīqum min-hum yasma’ụna kalāmallāhi ṡumma yuḥarrifụnahụ mim ba’di mā ‘aqalụhu wa hum ya’lamụn

Artinya: Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui?.(Al Baqarah 75)

Apa sebenarnya dimaksud oleh ayat ini? Berikut adalah fakta-fakta dari ayat tersebut.

  1. Apa yang dirusak kaum Yahudi menurut ayat ini adalah apa yang mereka dengar dan pahami; dan bukan Kitab-kitab itu sendiri.
  2. Mereka mendengar Firman Allah dan dengan sengaja mengubahnya setelah mereka memahaminya.
  3. Ayat ini tidak bermaksud menyatakan adanya pemalsuan secara tekstual melainkan salah tafsir dengan menyampaikannya secara keliru.

Ayat 4

فَبِمَا نَقْضِهِم مِّيثَٰقَهُمْ لَعَنَّٰهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَٰسِيَةً ۖ يُحَرِّفُونَ ٱلْكَلِمَ عَن مَّوَاضِعِهِۦ ۙ وَنَسُوا۟ حَظًّا مِّمَّا ذُكِّرُوا۟ بِهِۦ ۚ وَلَا تَزَالُ تَطَّلِعُ عَلَىٰ خَآئِنَةٍ مِّنْهُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِّنْهُمْ ۖ فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱصْفَحْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ

Fa bimā naqḍihim mīṡāqahum la’annāhum wa ja’alnā qulụbahum qāsiyah, yuḥarrifụnal-kalima ‘am mawāḍi’ihī wa nasụ ḥaẓẓam mimmā żukkirụ bih, wa lā tazālu taṭṭali’u ‘alā khā`inatim min-hum illā qalīlam min-hum fa’fu ‘an-hum waṣfaḥ, innallāha yuḥibbul-muḥsinīn

Artinya: (Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (Al Mai’dah 13)

Apa sebenarnya dimaksud ayat ini? Berikut adalah fakta-fakta dari ayat tersebut.

  1. Disini kita melihat bahwa kaum Yahudi merusak maknanya secara lisan, namun tidak merusak Kitab itu sendiri
  2. Disini Allah menyebutkan bahwa kaum Yahudi suka merubah perkataan tanpa memperhatikan konteks dan melupakan Sebagian apa yang allah peringatkan kepada mereka.
  3. Ayat ini mengatakan bahwa mereka telah melupakan. Hal ini tidak mempengaruhi teks dari Ktiab-kitab yang tertulis tersebut karena Alkitab tidak hanya disampaikan secara lisan tapi juga dalam bentuk tulisan selama lebih dari dua ribu tahun.

Ayat 5

يَٰٓأَيُّهَا ٱلرَّسُولُ لَا يَحْزُنكَ ٱلَّذِينَ يُسَٰرِعُونَ فِى ٱلْكُفْرِ مِنَ ٱلَّذِينَ قَالُوٓا۟ ءَامَنَّا بِأَفْوَٰهِهِمْ وَلَمْ تُؤْمِن قُلُوبُهُمْ ۛ وَمِنَ ٱلَّذِينَ هَادُوا۟ ۛ سَمَّٰعُونَ لِلْكَذِبِ سَمَّٰعُونَ لِقَوْمٍ ءَاخَرِينَ لَمْ يَأْتُوكَ ۖ يُحَرِّفُونَ ٱلْكَلِمَ مِنۢ بَعْدِ مَوَاضِعِهِۦ ۖ يَقُولُونَ إِنْ أُوتِيتُمْ هَٰذَا فَخُذُوهُ وَإِن لَّمْ تُؤْتَوْهُ فَٱحْذَرُوا۟ ۚ وَمَن يُرِدِ ٱللَّهُ فِتْنَتَهُۥ فَلَن تَمْلِكَ لَهُۥ مِنَ ٱللَّهِ شَيْـًٔا ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ لَمْ يُرِدِ ٱللَّهُ أَن يُطَهِّرَ قُلُوبَهُمْ ۚ لَهُمْ فِى ٱلدُّنْيَا خِزْىٌ ۖ وَلَهُمْ فِى ٱلْءَاخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ

Yā ayyuhar-rasụlu lā yaḥzungkallażīna yusāri’ụna fil-kufri minallażīna qālū āmannā bi`afwāhihim wa lam tu`ming qulụbuhum, wa minallażīna hādụ sammā’ụna lil-każibi sammā’ụna liqaumin ākharīna lam ya`tụk, yuḥarrifụnal-kalima mim ba’di mawāḍi’ihī, yaqụlụna in ụtītum hāżā fa khużụhu wa il lam tu`tauhu faḥżarụ, wa may yuridillāhu fitnatahụ fa lan tamlika lahụ minallāhi syai`ā, ulā`ikallażīna lam yuridillāhu ay yuṭahhira qulụbahum, lahum fid-dun-yā khizyuw wa lahum fil-ākhirati ‘ażābun ‘aẓīm

Artinya: Hari Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu diantara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka: “Kami telah beriman”, padahal hati mereka belum beriman; dan (juga) di antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi itu) amat suka mendengar (berita-berita) bohong dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah datang kepadamu; mereka merubah perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya. Mereka mengatakan: “Jika diberikan ini (yang sudah di rubah-rubah oleh mereka) kepada kamu, maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini maka hati-hatilah”. Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatupun (yang datang) daripada Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. Mereka beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar. (Al Ma’idah 41)

Apa yang sebenarnya dimaksud oleh ayat ini? Berikut adalah fakta-fakta dari ayat tersebut.

  1. Disni kita juga melihat bahwa kaum Yahudi mengatakan sesuatu dengan mulut mereka.
  2. Mereka suka mendengar kebohongan dan kemudian mengubah makna dari Kitab tersebut, dengan cara menggunakannya diluar konteks dan mengubah maknanya.
  3. Ayat ini menyiratkan bahwa Kitab-kitab sebelumnya itu baik namun mereka mengatakan suatu hal yang lain dengan mulut mereka.

Ketika kita membaca ayat-ayat yang disebutkan diatas, kita perhatikan bahwa ayat-ayat mengacu pada poin-poin berikut,

  • Kaum Yahudi menyembunyikan fakta bahwa Nabi Ibrahim (as) adalah seorang Muslim
  • Mereka tidak sepakat mengenai Kiblat (kearah mana berdoa)
  • Mereka tidak membaca Taurat dengan benar
  • Mereka salah menafsirkannya
  • Mereka menguci sebuah gulungan
  • Mereka menulis sebuah Kitab dan menyatakan bahwa kitab tersebut adalah “Firman Allah”
  • Mereka meletakkan kitab-kitab lain pada derajat yang sama dengan Alkitab (Firman Allah)

Ayat-ayat diatas inilah yang menjadi dasar dibuatnya tuduhan bahwa Ahli Kitab mengubah Kitab-kitab mereka; namun, ayat-ayat tersebut tidak menuduh mereka melakukan perubahan terhadap teks dari Kitab-kitab sebelumnya atau bahwa mereka membaca Kitab-kitab yang sudah dipalsukan.

Ada ayat-ayat Qur’an lain yang ditampilkan untuk menegaskan bahwa Alkitab sudah dipalsukan

Selain yang disebut sebelumnya, disini terdapat beberapa ayat lain yang ditampilkan untuk menegaskan bahwa Qur’an mebatalkan Alkitab. Tapi, bila diperhatikan secara seksama kitab isa mengamati bahwa yang terjadi bukanlah pemalsuan terhadap teks/tulisan melainkan salah tafsir yang disampaikan secara lisan yang sedang kita hadapi:

مِنَ الَّذِيْنَ هَادُوْا يُحَرِّفُوْنَ الْكَلِمَ عَنْ مَّوَاضِعِهٖ وَيَقُوْلُوْنَ سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَاسْمَعْ غَيْرَ مُسْمَعٍ وَّرَاعِنَا لَيًّاۢ بِاَلْسِنَتِهِمْ وَطَعْنًا فِى الدِّيْنِۗ وَلَوْ اَنَّهُمْ قَالُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا وَاسْمَعْ وَانْظُرْنَا لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ وَاَقْوَمَۙ وَلٰكِنْ لَّعَنَهُمُ اللّٰهُ بِكُفْرِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُوْنَ اِلَّا قَلِيْلًا

(Yaitu) di antara orang Yahudi, yang mengubah perkataan dari tempat-tempatnya. Dan mereka berkata, “Kami mendengar, tetapi kami tidak mau menurutinya.” Dan (mereka mengatakan pula), “Dengarlah,” sedang (engkau Muhammad sebenarnya) tidak mendengar apa pun. Dan (mereka mengatakan), “Raa‘ina” dengan memutar-balikkan lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan, “Kami mendengar dan patuh, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami,” tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, tetapi Allah melaknat mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali sedikit sekali. (An-Nisa 46)

Dua kali didalam ayat ini kita membaca bahwa kaum Yahudi memiliki kebiasaan mengubah makna sebenarnya dari perkataan-perkataan. Penggunaan kata dalam Bahasa Arab “Raa’ina” menunjukkan bahwa kaum Yahudi di Madinah tidak menunjukkan penghormatan. Abdullah Yusuf Ali menjelaskan mengenai ayat ini dalam tafsir Qur’an dalam Bahasa Inggris di halaman 200. Dia menulis bahwa kata yang digunakan dalam Surah An-Nisah 46 yaitu “Raa’ina” jika digunakan dengan sopan dalam tatacara orang Arab, artinya adalah ‘mohon sertai kami’. Dengan memplesetkan kata tersebut ke dalam Bahasa mereka, Ibrani, sehingga terkesan menghina, ‘yang buruk dari kami’ (yang artinya, ‘terkutuklah kamu’)

Begitupun, apakah perilaku yang tidak sopan tersebut lantas membuktikan bahwa teks Alkitab sudah diubah? Mereka memang bersikap kasar terhadap Muslim, namun itu tidak lantas menjadi acuan bahwa Kitab-kitab kaum Yahudi telah diubah pula. Scenario serupa dapat diamati pada ayat berikut:

يَٰٓأَهْلَ ٱلْكِتَٰبِ لِمَ تَلْبِسُونَ ٱلْحَقَّ بِٱلْبَٰطِلِ وَتَكْتُمُونَ ٱلْحَقَّ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ

Yā ahlal-kitābi lima talbisụnal-ḥaqqa bil-bāṭili wa taktumụnal-ḥaqqa wa antum ta’lamụn

Artinya: Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mencampur adukkan yang haq dengan yang bathil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahuinya? (Ali Imran 71)

Tuduhan menyembunyikan kebenaran dan menutupinya dengan kebatilan menuntun Sebagian penulis dan ahli tafsir pada kesimpulan bahwa kaum Yahudi dan Kristen salah menafsirkan atau meberangus apa yang tertulis dalam Kitab-kitab mereka. Tapi para sarjana atau ulama ini tidak menyatakan bahwa ayat ini mengajarkan bahwa Kitab-kitab itu sendiri sudah diubah-ubah. Tidak ada tuduhan yang spesifik terlihat didalamnya, hanya kebenaran yang disembunyikan dan diberangus, tapi bukan soal kebenaran Kitab-kitab tersebut yang diubah. Dibawah ini ayat lain yang menyebutkan bagaimana Sebagian orang ingin membingungkan orang lain.

فَوَيْلٌ لِّلَّذِينَ يَكْتُبُونَ ٱلْكِتَٰبَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَٰذَا مِنْ عِندِ ٱللَّهِ لِيَشْتَرُوا۟ بِهِۦ ثَمَنًا قَلِيلًا ۖ فَوَيْلٌ لَّهُم مِّمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَّهُم مِّمَّا يَكْسِبُونَ

Fa wailul lillażīna yaktubụnal-kitāba bi`aidīhim ṡumma yaqụlụna hāżā min ‘indillāhi liyasytarụ bihī ṡamanang qalīlā, fa wailul lahum mimmā katabat aidīhim wa wailul lahum mimmā yaksibụn

Artinya: Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; “Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan. (Al-Baqarah 79)

Dalam ayat diatas tidak ada petunjuk bahwa Kitab-kitab Yahudi dan Kristen yang sedang dibicarakan. Teks tersebut murni berbicara tentang sekelompok orang yang menuliskan sesuatu lalu kemudian mengklaim bahwa itu berasal dari Allah. Sekali lagi teks yang tersamar ini menghalangi kepastian dalam penerapannya. Ayat ini tidak menyebutkan mengenai apa yang sedang dituliskan, atau siapa tetaptnya yang menuliskan, atau kapan itu dituliskan.

Baik teks dari ayat tersebut, maupun konteksnya tidak mendukung adanya pemalsuan terhadap Alkitab itu sendiri. Teks Bahasa Arabnya tertulis ‘al-kitab’ (buku/kitab) dengan artikel yang pasti, sama seperti di ayat sebelumnya (ayat 79) dan berikutnya kita temukan ungkapan seperti ini lagi diayat 85. Pada konteks terdekat dari ayat-ayat tersebut, ungkapan ini mengacu pada Alkitab yang asli (Taurat) dimana kewenangan teks Ilahiah tersebut karena alasaln yang berbeda-beda tidak diikuti oleh berbagai kelompok Yahudi. Sebaliknya, ‘al-kitab’ yang ditulis oleh orang lain itu tidak jelas, meskipun begitu, ia tidak mengacu pada teks Alkitabiah.

Karena salah satu rukun iman dalam Islam adalah beriman kepada Kitab-kitab Suci, termasuk didalamnya Alkitab (Taurat, Zabur, Injil) dan juga Quran, hal yang memungkinkan untuk mengimani Kitab-kitab ini adalah jika Allah membimbing dengan benar orang-orang beriman untuk percaya pada Kitab-kitab yang benar dan sahih, bukan Kitab-kitab yang sudah dipalsukan.

Terdapat sebuah pandangan yang diajarkan oleh Sebagian ulama, dan diterima oleh kebanyakan Mu’min, bahwa Quran membatalkan Alkitab. Pandangan ini ditampilkan sebagai berikut; Injil telah membatalkan kewenangan Taurat Musa as, oleh karena itu Quran membatalkan kewenangan Injil. Membatalkan kewenangan berarti mengumumkan bahwa itu sudah tidak sah, tidak lagi berlaku, atau tidak diperlukan lagi. Oleh karena itu, klaim ini dibuat bahwa walapun terdapat Salinan yang masih asli dari Kitab-kitab sebelumnya, Mu’min sudah tidak perlu lagi membacanya karena Quran telah diwahyukan, dan itu adalah wahyu yang lebih baik. Quran sendiri tidak menyokong padangan semacam ini. Oleh karena ini bukanlah klaim Quran melainkan Sebagian orang yang ingin mengajukan argument yang tampak logis dengan tujuan menyangkal atau membantah Kitab-kitab sebelumnya tampa menyadarkan opini mereka pada Quran (Firman Allah)

Satu hal yang semua orang beriman harus perhatikan: keaslian Quran tidak bergantung pada pembelaan kewenangan dari Kitab-kitab sebelumnya karena Firman Allah itu tak pernah berubah. Menakjubkan melihat bagaimana pesan yang disampaikan Quran tak memihak dan inklusif sementara segelintir ulama malah membangun tembok prasangka dengan menolak wahyu yang telah Allah berikan tesebut, dan melawan dasar keimanan mereka serta Qur’an (Firman Allah) itu sendiri. Gantinya mengatakan bahwa Qur’an membatalkan Kitab-kitab sebelumnya, Qur’an sebenarnya malah menyatakan bahwa ia meneguhkan Kitab-kitab sebelumnya (Surah Al Maa’idah 48)

Sebagian mungkin mengacu pada Surah Al-Baqarah 106 untuk mengatakan bahwa Qur’an membatalkan Alkitab.

مَا نَنسَخْ مِنْ ءَايَةٍ أَوْ نُنسِهَا نَأْتِ بِخَيْرٍ مِّنْهَآ أَوْ مِثْلِهَآ ۗ أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

Mā nansakh min āyatin au nunsihā na`ti bikhairim min-hā au miṡlihā, a lam ta’lam annallāha ‘alā kulli syai`ing qadīr

Artinya: Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya. Tidakkah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu? (Al-Baqarah 106)

Namun, sepertinya tidak mungkin ayat ini mengacu pada Kitab-kitab orang Kristen dan Yahudi, karena lima ayat setelahnya Qur’an bertanya pada orang-orang Kristen dan Yahudi untuk “membawa bukti kebenaranmu” dari kitab-kitab mereka (Al-Baqara 111). Ayat ini akan menjadi tidak berarti dan tidak relevan, sekaligus bertentangan dengan perintah Allah jika Qur’an baru saja mengatakan bahwa kitab mereka telha dibatalkan. Faktanya lagi, tigapuluh ayat setelah Al-Baqara 106 tadi yaitu di ayat 136, Qur’an mengatakan bahwa ia tidak membeda-bedakan dirinya dengan Kitab-kitab manapun yang telah ada sebelumnya.

Ayat ini tidak mengacu pada pembatalan Kitab-kitab sebelumnya, namun seperti yang dicatat oleh Al-Bukhari bahwa Surah Al-Baqarah 106 mengacu pada pembatalan yang terjadi dalam Qur’an itu sendiri sebagaimana tercatat di dalam hadist dibawah ini:

Dikisahkan oleh Ibn Abbas: Umar berkata, “Ubai adalah yang terbaik diantara kita dalam melafalkan (Qur’an) namun kita meninggalkan Sebagian dari apa yang ida lafalkan”. Ubai berkata, “Aku telah mendegarnya dari bibir Rasulullah dan tidak akan pernah meninggalkan apapun darinya.” Namun Allah berfirman: “Ayat mana saja yang Kami naskahkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya.” (Al-Baqarah 106). (Bukhari: vol 6, hadist 527, hal 489, buku 61)

Surah An-Nahl 101 menujukkan bahwa pembatlan berhubungan denga nisi dari Qur’an

وَإِذَا بَدَّلْنَآ ءَايَةً مَّكَانَ ءَايَةٍ ۙ وَٱللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا يُنَزِّلُ قَالُوٓا۟ إِنَّمَآ أَنتَ مُفْتَرٍۭ ۚ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

Wa iżā baddalnā āyatam makāna āyatiw wallāhu a’lamu bimā yunazzilu qālū innamā anta muftar, bal akṡaruhum lā ya’lamụn

Artinya: Dan apabila Kami letakkan suatu ayat di tempat ayat yang lain sebagai penggantinya padahal Allah lebih mengetahui apa yang diturunkan-Nya, mereka berkata: “Sesungguhnya kamu adalah orang yang mengada-adakan saja”. Bahkan kebanyakan mereka tiada mengetahui. (An-Nahl 101)

Sebagaimana pembahasan diatas, Qur’an memandang Alkitab sebagai Kitab-kitab Allah yang tidak diragukan keasliannya, yang masih berlaku Ketika Qur’an diturunkan. Pada pembahasan selanjutnya kita akan melihat apa lagi yang Qur’an sampaikan mengenai Kitab-kitab sebelumnya (Alkitab)