Pengampunan

Pelanggaran

Satu perasaan manusia yang tidak dapat dipahami hingga saat ini ialah rasa bersalah. Perasaan bersalah sering menghantui, bahkan rasa bersalah yang berlebihan dapat mengakibatkan malapetaka yang tidak dapat diduga.

Rasa bersalah adalah perilaku yang tidak dapat diterima secara moral normatif yang dilakukan oleh pelanggar yang nantinya akan menderita akibat dari kesalahan yang dibuatnya (Smith & Ellsworth, dalam Xu, dkk., 2011).

Berdasarkan psikologi eksistensial (Hall & Lindzey, 1993) rasa bersalah adalah suatu eksistensial pemahaman yang berpusat pada diri individu yang memiliki tanggung jawab atas tindakannya yang bersifat bebas yang berarti suatu ciri fundamental dari desain atau kemampuan manusia dalam eksistensialnya atau kemampuan menetap dan memaknai hidupnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa rasa bersalah bagaimana manusia memaknai hidupnya agar tidak terjadi kesalahan.

Tuhan menciptakan manusia itu dengan amat sangat sempurna, bahkan dikatakan dalam Torah Kejadian 1:27 “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.” Jika manusia diciptakan sempurna, baik fisik dan perasaan, tetapi kenapa ada rasa bersalah? Bukankah manusia itu sempurna tanpa cacat pada awalnya?.

Torah Kejadian dalam bab 3 menjelaskan, ternyata pada saat inilah manusia itu mengetahui perasaan bersalah pertama sekali. Setelah Adam dan Hawa melanggar peraturan moral yang diberikan oleh Tuhan, dengan otomatis mereka merasa bersalah juga takut.

Orang yang telah melakukan kesalahan normalnya mereka akan merasa bersalah dan takut, karena telah melakukan pelanggaran dari standart yang telah ditetapkan, Mordiningsih (2000) mendefinisikan rasa bersalah adalah pelanggaran terhadap standar internal yang menghasilkan penurunan harga diri, jadi ketika seseorang merasakan penurunan harga diri hal ini dapat disebabkan karena orang tersebut memiliki perasaan bersalah.  

Sebelum Adam dan Hawa melakukan tindakan pelanggaran terhadap standar yang ditetapkan oleh Tuhan, mereka bebas berjumpa dan bercakap-cakap dengan Tuhan, tetapi setelah mereka melakukan pelanggaran, mereka dihantui rasa bersalah dan takut. Cerita rasa takut pertama sekali dari Adam dan Hawa dapat kita baca dalam Torah Kejadian 3:6-12 “Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya. Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat. Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman. Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: “Di manakah engkau?” Ia menjawab: “Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi.” Firman-Nya: “Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?” Manusia itu menjawab: “Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.”

Kembali dijelaskan bahwa perasaan bersalah timbul karena telah melakukan pelanggaran atas stadar yang menimbulkan rasa takut.

Pada awal penciptaan, manusia itu tidak mengenal rasa takut, bahkan tidak pernah merasakan perasaan takut, dan tiba-tiba perasaan itu timbul. Apakah yang Adam dan Hawa takutkan? Torah Kejadian 3:3 “tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati.” Ternyata mereka takut akan kematian, sekarang mereka merasakan perasaan yang aneh, yang sebelumnya mereka tidak pernah rasakan, sekarang mereka merasakan kehawatiran, ketidaklayakan dan perasaan bersalah yang amat sangat, bahkan dikatakan, mereka menyadari ketelanjangan mereka, artinya ada rasa jijik dan tidak bermoral yang mereka rasakan. Kesempurnaan itu telah mereka nodai, kemuliaan itu telah mereka kotori, dan keabadian hidup telah mereka patahkan dan mereka menghadapi hukuman mati. Inilah yang mereka takutkan, sehingga ketika Tuhan datang seperti biasanya, mereka merasakan perasaan bersalah, merasakan perasaan takut, merasakan perasaan tidak layak atau tidak pantas bertemu dengan Tuhan Sang Pencipta dan mereka memutuskan menyembunyikan diri oleh karena rasa bersalah.

Pada saat kita melakukan kesalahan, melanggar norma atau standar (Negara, social, komunitas, lingkungan, keluarga), biasanya kita berusaha untuk mengalihkan kesalahan yang kita telah perbuat kepada pihak lain dengan tujuan pembenaran diri dengan harapan dapat meringankan rasa bersalah yang sedang kita alami.

Adam sangat mencintai Hawa, dan hidup damai bersama, saling pengertian dan saling menyayangi, hingga tiba saatnya mereka saling mempersalahkan satu sama lain. Ini dapat kita baca dalam Torah Kejadian 3:11-13 “Firman-Nya: “Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?” Manusia itu menjawab: “Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.” Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: “Apakah yang telah kauperbuat ini?” Jawab perempuan itu: “Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan.”

Adam berusaha mengalihkan kesalahan kepada Hawa, dan hawa dengan polosnya mengalihkan kesalahan kepada Ular. Semua usaha nenek moyang kita itu tidak berhasil, kesalahan tetaplah kesalahan dan pelanggaran tetaplah pelanggaran.

Rasa salah dapat menutup diri dari kebenaran, membuat individu menipu diri sendiri, dan menyebabkan agresif secara berlebihan dalam usaha untuk mempertahankan diri dari serangan yang dilakukan sendiri. Mungkin mencoba menghindar dari akibat yang di timbulkan oleh rasa salah dalam diri serta berusaha menimpa akibat perbuatan salah kepada orang lain (Coleman, 1992).

Apakah standard yang kita langgar

Tuhan Maha Pencipta dan Maha Sempurna memberikan standar kepada manusia sebagai petunjuk agar manusia yang telah jatuh kedalam pelanggaran itu dapat selamat. Standard tersebut disebut juga bukti kasih Tuhan dan bukti bahwa Tuhan perduli kepada manusia berdosa.

Ketika kita gagal menuruti standar yang Tuhan telah berikan dan melakukan pelanggaran, maka kita disebut berdosa, hal ini ditegaskan dalam Kitab 1 Yohanes 3:4 “Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah.”

Apakah itu Hukum Allah? Hukum Allah yang mana yang kita langgar?

Tulisan dalam Torah, hanya 10 hukumlah yang dituliskan langsung dengan jari Allah yang berbunyi sebagai berikut:

10 Hukum Allah (Torah Keluaran 20:1-17)

1. (Torah Keluaran 20:3) Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.

2. (Torah Keluaran 20:4) Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. (Torah Keluaran 20:5) Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, (Torah Keluaran 20:6) tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku.

3. (Torah Keluaran 20:7) Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.

4. (Torah Keluaran 20:8) Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: (Torah Keluaran 20:9) enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, (Torah Keluaran 20:10) tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. (Torah Keluaran 20:11) Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.

5. (Torah Keluaran 20:12) Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.

6. (Torah Keluaran 20:13) Jangan membunuh.

7. (Torah Keluaran 20:14) Jangan berzinah.

8. (Torah Keluaran 20:15) Jangan mencuri.

9. (Torah Keluaran 20:16) Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.

10. (Torah Keluaran 20:17) Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu.”

Dosa ialah pelanggaran terhadap Hukum Allah, dan jika kita tidak melanggar Hukum Allah, maka kita tidak berdosa dan apakah mungkin kita tidak berdosa? “ Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,” (Kitab Roma 3:23) Semua manusia telah berdosa, karena kita keturunan manusia berdosa, yaitu Adam dan Hawa.

Solusi Dosa

Seseorang yang terbebas dari segala kesalahannya adalah orang yang telah mendapatkan pengampunan, tetapi jangan lupa, jika seseorang telah diampuni dan melakukan pelanggaran lagi, maka orang tersebut tetap akan mendapatkan hukuman.

Seseorang dinyatakan bebas dari pelanggarannya jika orang tersebut telah mengakui kesalahannya dan telah mendapatkan ganjaran sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan.

Pelanggaran akan hukum Allah berakibat kebinasaan, atau kematian kekal, hal ini dapat kita ketahui dari Kitab Roma 6:23 “ Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”

Setiap orang yang telah berdosa pastilah mati, karena upah dosa adalah maut, tetapi Allah Pengasih dan juga Penyayang memberikan solusi pengampunan melalui Yesus Kristus merujuk pada Injil Yohanes 3:16 “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”

Yesus Kristus adalah solusi Dosa, “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” (Kitab 1 Yohanes 1:9)

Tuhan juga menginginkan kita saling mengampuni dan saling mengakui dosa, dan ini menjadi syarat untuk mendapatkan pengampunan dari Tuhan “Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosa mu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.” (Kitab Yakobus 5:16), dalam doa yang diajarkan Tuhan Yesus Kristus juga memberikan syarat pengampunan seperti tertulis dalam Injil Matius 6:14-15 berbunyi “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.”

Setelah kita mengaku dosa kita kepada sesama kita manusia dan kepada Tuhan, maka selanjutnya Yesus Kristus mengingatkan agar kita jangan berbuat dosa lagi, hal ini sesuai dengan Injil Yohanes 8:11 “Jawabnya: “Tidak ada, Tuhan.” Lalu kata Yesus: “Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.

Dalam kepolisian ada istilah “residivis” diartikan sebagai orang yang pernah dihukum mengulangi tindak kejahatan yang serupa atau biasa disebut penjahat kambuhan, artinya orang ini suka mengulang-ulangi pelanggarannya dan akibatnya dia akan dihukum berulang-ulang.

Apa untungnya jika kita diampuni

Pengampunan akan menyelamatkan kita dari kebinasaan kekal, pengampunan mengalahkan kematian, pengampunan memulihkan kita kembali seperti ciptaan mula-mula sebelum manusia berdoa.

Pengampunan akan melayakkan kita hidup bersama dengan Tuhan Yesus Kristus seperti tertulis dalam Injil Yohanes 14:1-4 “”Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada. Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ.”

Matius 24:31 “Dan Ia akan menyuruh keluar malaikatmalaikat-Nya dengan meniup sangkakala yang dahsyat bunyinya dan mereka akan mengumpulkan orang-orang pilihan-Nya dari keempat penjuru bumi, dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain.”

Kita akan hidup seperti malaikat disorga, seperti ada tertulis dalam Injil Matius 22:30 “Karena pada waktu kebangkitan orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga.” Dan dalam Injil Markus 12:25 “Sebab apabila orang bangkit dari antara orang mati, orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga.”

Apa respon kita atas pengampunan ini

Sukacita dan puji-pujian kepada Tuhan kita atas kasih dan perhatiannya kepada kita manusia yang telah mengorbankan diri-Nya demi menebus kita dari dosa. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. (Injil Yohanes 3:16)

Injil Yohanes 3:36 “Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya.”

Kita harus menerima kebenaran dengan utuh, dan janganlah mempunyai keberanian untuk menambah dan mengurangi Firman Tuhan, hal ini diingatkan oleh Tuhan dalam Kitab Wahyu 22:18 “Aku bersaksi kepada setiap orang yang mendengar perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini: “Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini.”

Amin…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *